M - 20

Esok hari tiba, untuk pertama kalinya Melodi tak ingin berangkat ke sekolah. Kejadian semalam masih mengganggu pikiran Melodi. Badannya menjadi panas, mata Melodi juga terlihat sembab. Pastilah gadis itu menangis semalaman.

"Kenapa harus ketemu mereka? menyebalkan" gumam Melodi lirih. Ia masih tidur diatas kasurnya. Mendengarkan lagu-lagu LP untuk mengurangi kesedihan. Dalam tangisnya, Melodi kembali tertidur.

Jam menunjukkan pukul empat sore, Melodi duduk termenung di taman belakang rumahnya. Memandangi kolam ikan sambil memberi makan ikan-ikan disana.

"Kenapa Melodi sangat lemah? Kenapa masalalu masih saja membuatnya jatuh? Apa kau tahu ikan, dia sangat menyedihkan"

Melodi yang awalnya mengoceh, tiba-tiba saja terdiam saat melihat coklat dihadapannya. Ia menoleh dan mendapati Dio disana.

"Kamu gak apa-apa Mel?"

"Kak Dio, aku gak apa-apa kok. Aku suruh Bibi buatin minum dulu ya"

"Bibi tadi keluar Mel, mau belanja katanya"

Melodi tersenyum canggung, ini pertama kalinya Dio melihat Melodi merasa tak nyaman ada didekatnya. Tak ingin membuat Melodi merasa aneh, Dio pun berpamitan pergi. Tetapi Melodi menahannya, ia memeluk Dio dengan erat. Menangis dalam pelukan sang kekasih.

"Kak Dio, maaf ya, aku ternyata gak sekuat itu"

"Tidak sayang, kamu gadisku yang kuat" ucap Dio mencium kening Melodi.

Dio meminta maaf atas rencana konyolnya. Ide dari Daffin malah membuat Melodi sakit. Harusnya dari awal Dio tak mengikuti saran Daffin membawa Melodi ke kafe itu. Mereka hanya ingin membuat mantan Melodi menyesal, tapi konsekuensinya, Melodi semakin terluka.

Tangis Melodi semakin keras mengetahui kebenaran itu. Sangat menyakitkan, bagaimana bisa kekasihnya memikirkan hal sebodoh ini. Melodi hanya ingin melupakan masalalunya, tak ingin membalas dendam atau apapun itu. Sebab hidup Melodi baik-baik saja tanpa sang mantan kekasih.

"Mel"

"Jahat"

"Maaf"

"Jangan gitu lagi ya, aku gak mau ketemu mereka lagi"

Dio mengangguk dan memeluk Melodi. Ia mengelus rambut panjang gadis itu lalu membawanya masuk kedalam rumah.

Tiba-tiba saja Dio bersenandung, melodinya terdengar sangat indah. Bahkan Melodi sampai memejamkan mata menikmati alunan musik itu.

"Menurut kamu gimana Mel?"

"Bagus sih, tapi feel-nya masih kurang emmhh. Kurang ngena sedikit"

"Hm..."

"Sayang, musik kalau datangnya dari hati, pasti bikin pendengarnya nyaman"

Dio mengangguk dan meminta Melodi untuk mandi. Ia hendak membawa kekasihnya pergi ke suatu tempat. Setelah selesai bersiap dan Titin sudah pulang kerumah. Dio membawa Melodi pergi ke rumahnya. Ruangan favorit Dio, studio musik.

Pemuda itu duduk dibalik keyboard nya, ia mulai memainkannya. Membiarkan Melodi mendengarkan musik indah itu. Berkali-kali di coba pun, Melodi merasa masih ada yang kurang disana. Ia meminta Dio untuk memejamkan mata sejenak.

"Buka mata" pinta Melodi.

Dio menuruti permintaan itu, perlahan matanya terbuka. Wajah kekasihnya terlihat jelas tepat didepan matanya. Debar jantung yang kencang, hembusan napas yang tak menentu, Dio bisa mendengarkan suara sesunyi apapun itu. Ia bisa mendengarkan musik disana.

"Kak Dio mendengarnya? Kak Dio merasakannya?"

"Iya"

"Itu adalah musik yang indah bukan? Oke, mulailah" pinta Melodi berjalan kembali ke tempat duduknya. Ia melipat kedua tangan didepan dada, sembari memejamkan mata mendengarkan apa yang Dio mainkan.

Kini alunan musik itu lebih lembut dan menyentuh hati. Melodi sangat terkesan dengan kemampuan sang kekasih.

Wajah Dio terlihat berseri memainkan alat musik itu. Dalam bayangannya, wajah Melodi yang terlintas dalam benak Dio.

Suara tepuk tangan menggema di studio, seseorang datang dengan senyuman bangga.

"Om Pasha" sapa Melodi riang.

"Melodi? Wah makin cantik aja kamu. Ngapain disini?"

"Main dong Om, Kak Dio yang ngajak"

"Oh iya, Papa kamu udah cerita, kalian kan, hm... Jadi juga kamu sama anak Om"

Melodi hanya bisa tertawa malu mendengar perkataan Pasha. Ia sudah beberapa kali bertemu dengan Pasha, saat beliau mengajak Adam untuk makan bersama. Melodi selalu ikut andil, ia menceritakan pada Pasha betapa dirinya sangat menyukai Dio.

"Musik Kak Dio bagus kan Om?"

"Iya, ini baru namanya musik. Ada cinta dan perasaan"

"Apa yang Papa lakukan disini? Jangan menganggu ku"

"Papa hanya ingin memuji, apa kau sedang jatuh cinta Dio?"

Pasha melirik ke arah Melodi yang menatap Dio dengan senyuman lebar. Bukannya menjawab, Dio malah mengalihkan pandangannya menghindar.

"Udah makan Mel?"

"Belum, makan bareng yuk Om. Pingin makan kelinci"

"Kelinci? Kamu mau makan kelinci?" Sela Dio terkejut.

Melodi dan Pasha tertawa melihat wajah terkejut Dio. Sebenarnya gadis itu ingin makan sate kelinci, karena sudah lama tak memakannya. Walau sebenarnya tak tega, Melodi sangat menyukainya.

Dio menolak, ia tak ingin pergi. Tapi Melodi terus merengek dan memaksa untuk pergi. Ia bahkan meminta Adam untuk bergabung saat pulang kerja. Karena paksaan sang kekasih, Dio pun luluh dan menurutinya.

Pertama kalinya setelah sekian tahun Dio pergi makan bersama Pasha. Ia tak pernah mau pergi bersama, selain Pasha sibuk, ada jarak diantara Papa dan anak itu.

Melodi menunggu Pasha dan Dio yang tengah bersiap. Seperti biasa ia membuat story di sosmed, menunjukkan jika dirinya tengah berada dirumah Dio. Berbagai pesan masuk menggoda Melodi. Membuat gadis itu tersenyum sendiri membacanya.

"Mel" panggil Dio.

Gadis itu menoleh dengan mulut yang menganga lebar.

"Waah, Kak Dio sama camer ganteng banget sih" puji Melodi.

"Camer apa Mel?" Tanya Pasha.

"Calon mertua, hehe let's go"

Pasha tertawa mendengar hal tersebut. Ia berjalan sambil merangkul pundak Melodi. Mereka pun pergi bersama dengan Pasha yang menyetir mobil. Selama perjalanan, Melodi terus berbicara menayangkan ini dan itu. Ia mewakili Dio yang tak berani mengungkapkan perasaannya.

"Mel, waktu nembak kamu Dio bilang apa?"

"Aaahhh camer, Kak Dio ngomong langsung ke Papa dan Mama, so sweet"

"Nyatain ke kamu nya Mel, gimana?"

"Ehm... kayaknya gak pernah deh Om. Habisnya gimana ya, Kak Dio kan, gak romantis"

"Gak usah aneh-aneh" sela Dio.

"Camer lihat kan, ngambek deh" goda Melodi seraya menoel-noel pipi Dio.

Sampai direstoran, semua mata memandang ke arah mereka. Bagaimana tidak, siapa yang tak kenal Pasha? Pianis hebat yang karyanya di akui oleh dunia. Beliau menjadi panutan para musisi.

Dio hanya bisa berjalan di belakang Pasha dengan kepala tertunduk. Berbeda dengan Melodi yang tampak begitu nyaman bersama calon mertuanya.

"Mau makan apa Mel?" Tanya Pasha.

Melodi masih sibuk mencari dibuku menu, mencari makanan kesukaan Dio disana.

"Mmh... steik aja deh"

"Tadi katanya mau makan kelinci?"

"Kak Dio kan gak suka, mau makan apa yang Kak Dio makan"

"Mel, aku juga mau kelinci" sela Dio.

"Yakin? jangan nanti kalau Kak Dio gak suka, Kak Dio kan pemilih kalau makan"

Pasha hanya bisa tersenyum melihat Melodi yang tahu segalanya tentang Dio.

Terpopuler

Comments

Duwi Hariani

Duwi Hariani

next kak 💪

2022-02-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!