Sudah satu Minggu Melodi tidak masuk sekolah. Walau menahan rindu pada Dio, tapi kini ia bisa berjalan dengan baik seperti dulu lagi.
"Kak Dio apa kabar ya?" Gumam Melodi yang berjalan riang dengan kotak makan ditangannya.
"Sepi ya gak ada Melodi" ucap Daffin.
"Gue lebih senang gak ketemu dia"
"Jahat loe, kalau gue jadi Melodi, gue udah pergi jauh ninggalin loe. Ih Kak Dio jahad" rengek Kenzi. Ia mencoba menggoda Dio, tapi candaannya tak mampu mengukir tawa disana.
Para anggota LP berjalan menuruni tangga, mereka terkejut kala melihat Melodi yang sedang jongkok membersihkan sesuatu dibalik tangga.
Daffin mendekat dan mencoba mencari tahu apa yang sedang gadis itu lakukan, tetapi Melodi melarangnya. Suara Melodi terdengar dingin dan tak bersahabat.
"Loe dengar ya?" celetuk Dio. Mereka semua mulai tersadar, pasti Melodi mendengar pembicaraan mereka saat hendak menaiki tangga.
Melodi tak menggubris pertanyaan itu, ia terus membersihkan makanan yang ia jatuhkan. Ini bukan pertama kalinya Dio menolak dan mengatakan hal kejam, tapi kali ini perasaan Melodi sangat terluka. Hatinya sangat sakit mendengar semua itu.
Daffin mencoba mendekati Melodi, ia membantu gadis itu untuk berdiri.
"Maaf ya, aku udah nyusahin kalian. Aku akan menghentikan semuanya, terimakasih" ujar Melodi. Ia melepas semua aksesoris LP yang ia kenakan. Gelang, kalung, cincin, bahkan pulpen yang selalu ia bawa kemana-mana. Ia berikan semua itu pada Daffin lalu berlari pergi meninggalkan anggota Lila Prince.
Melodi berlari memasuki kamar mandi, ia sudah tak bisa menahan tangisnya lagi. Padahal ia tahu, pria yang dicintainya memang kejam, tapi tetap saja dirinya terus bersikukuh untuk mengambil hari Dio. Dan hari ini, hatinya kembali terluka, namun rasanya ini lebih menyakitkan.
"Keren loe udah jadian sama Kak Dio. Emang loe itu lebih cocok daripada cewek alay lebay yang selalu ngikutin kemanapun Dio pergi" ucap seseorang dari luar bilik.
"Gara-gara dia, gue harus backstreet sama Kak Dio. Sialan emang tuh cewek" sahut cewek lainnya.
Melodi tentu terkejut mendengar hal itu, ia mencoba untuk melihat, tetapi kedua wanita itu sudah pergi dari kamar mandi. Sekali lagi hatinya terluka karena Dio. Kini Melodi harus sadar, semua harapan dan mimpinya untuk Dio telah usai, berakhir sudah.
Melodi berjalan menuju kelasnya, mengikuti pelajaran seolah tak terjadi apapun diluar sana. Lisa dan Karina terus menghujani dirinya dengan pertanyaan. Tetapi ia memilih untuk diam tak menjawab.
"Gue akan melupakan Kak Dio" hanya satu kalimat itu yang terdengar dari bibir Melodi.
Bel istirahat berbunyi....
Melodi, Lisa dan Karina berjalan bersama menuju kantin. Seolah kehilangan tujuan hidupnya, Melodi terus saja diam dan murung.
Mereka bertiga memesan bakso, dan jus buah sebagai pendampingnya. Karena tak bisa fokus, Melodi terus menyendok kan sambal ke mangkuk baksonya.
"Mel, loe kan gak bisa makan pedas" teriak Nathan yang melihat.
Melodi dan kedua temannya memalingkan pandangan ke arah mangkuk bakso miliknya. Gadis itupun mengalihkan mangkoknya dan memesan lagi satu mangkuk bakso untuknya.
Disisi lain, para anggota Lila Prince juga memperhatikan kejadian tersebut.
"Gue gak tahu kalau Melodi gak bisa makan pedas" celetuk Daffin.
"Gue juga, padahal tuh anak selalu aja ngikutin kita. Tapi kita gak tahu apapun tentang dia" timpal Kenzi.
"Yang kita tahu, dia suka Dio. Tapi dulu, sekarang kayaknya, kasihan tuh cewek" imbuh Valdo.
"Gue tadi lihat dia keluar dari kamar mandi, kayaknya habis nangis" sahut Nendra.
Keempat pemuda itu menghembuskan napas mereka kasar. Rasa bersalah menghantui mereka. Tetapi tidak dengan Dio, ia bahkan tak peduli apapun yang terjadi pada Melodi.
Kenzi mulai mengomel, memarahi Dio yang sudah mengatakan hal kasar. Lagi-lagi Dio hanya bisa membuat Melodi menangis dan bersedih. Padahal gadis itu tak pernah sekalipun mengecewakan mereka. Penonton setia Lila Prince, kemanapun LP pergi, Melodi akan mengikuti dan bersorak paling keras. Ia juga suka membawakan makanan untuk anggota.
Ditengah obrolan mereka, dua orang gadis mendekat. Salah satunya membawa sebuah kotak coklat yang diberikan untuk Dio.
"Makasih ya" ucap Dio dengan senyum tipisnya.
Semua mata kini memandangi adegan langkah itu. Jangankan berterimakasih, menerima pemberian Melodi saja Dio tidak pernah mau.
Bagai disambar petir, hati Melodi serasa disayat oleh pisau paling tajam di dunia. Matanya tak pernah berpaling sekalipun dari Dio. Hatinya memang sakit, tapi melihat senyuman sangat kecil dari Dio, perasaannya kembali dipermainkan.
"Mmhhh... Kak Dio ganteng banget sih, ya ampun" ujar Melodi yang tak sadar sudah berdiri sembari menghentakkan kakinya.
"Mel malu Mel, duduk oey" sahut Lisa seraya menarik tangan Melodi.
Para murid dibuat tertawa oleh tingkah konyol gadis itu. Sekasar apapun Dio, hati Melodi masih miliknya, tak ada yang bisa menandingi pesona Dio dalam mata Melodi.
"Ehm.. eh, gak.. gak ganteng kok. A..aku gak bilang apa-apa" ucap Melodi lalu berlari meninggalkan kantin. Sangat sulit menjauh dari bayang-bayang Dio.
Gadis itu terus mengoceh selama perjalanan menuju kelasnya. Merutuki dirinya yang tak bisa lepas dari Dio.
Jam pelajaran telah usai, hujan masih saja turun setiap kali para murid SMA Lila pulang sekolah. Seperti biasa juga, para murid berdiri didepan pintu masuk sekolah sembari menunggu hujan reda.
Dan sekali lagi Melodi terlihat berlari mendekat membawa sebuah payung. Ia berjalan menuju tempat Dio dan teman-temannya. Dengan senyum megah seperti sebelumnya.
"Kak Dio I..ini ..." ucap Melodi semakin lirih.
Kini senyuman itu menghilang, kala dirinya mengingat sedang berusaha menjauh dari Dio. Melodi terdiam sejenak menatap Dio, ia kemudian berpaling pergi menghampiri teman-temannya.
"Mel, anterin gue ke parkiran dong" celetuk Nathan.
"Bawa aja, gue gak butuh" ujar Melodi memberikan payungnya pada Nathan. Ia kemudian berjalan memasuki sekolah.
"Melodi kenapa?" Tanya Nathan pada Lisa dan Karina. Kedua teman Melodi tak menjawab, mereka pergi begitu saja mengikuti langkah Melodi.
"Udahlah sayang gausah dipikirin tuh cewek centil, kita pulang yuk" ujar Friska seraya melingkarkan tangannya pada lengan Nathan.
"Gimana gue gak mikirin, kalau cewek yang gue cintai disakitin orang lain" sindir Nathan seraya menatap Dio. Ia menghempaskan Friska dari lengannya, lalu pergi ke parkiran menggunakan payung yang Melodi berikan.
Friska tampak sangat kesal, ia mengomel menyalahkan Melodi atas semuanya. Ia pun mengajak temannya untuk pergi menyusul Melodi.
Setelah mendapati Melodi yang duduk di tangga dengan teman-temannya, ia kembali menarik gadis itu dengan kasar ke arahnya. Teman-teman Friska yang lain menahan teman Melodi agar tak ikut campur.
"Cewek sialan, gue udah bilang kan, jauhin Nathan. Loe masih aja cari perhatian ke dia, ke Kenzi juga. Cih, cewek sialan loe" maki Friska. Ia mendorong Melodi hingga terjatuh ke lantai. Menginjak kaki Melodi yang pernah terluka sebelumnya.
"Maaf Kak, gue gak godain mereka, beneran" rengek Melodi berusaha menjauhkan kaki Friska dari kakinya.
"Aaahhh, brengsek" celetuk Friska kala seseorang menariknya hingga terjatuh. Ia menatap pemuda itu dengan kesal. Tetapi dirinya lebih memilih pergi bersama teman-temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Duwi Hariani
lanjut thor
2022-01-10
1