Trrriiiingggg.....
Bunyi alarm yang begitu nyaring terdengar diseluruh penjuru kamar Melodi. Gadis itu mengucek matanya dan meregangkan otot-ototnya.
Suara ketukan pintu terus berbunyi dari luar sana. Diikuti oleh suara Kania yang terus memanggil nama Melodi.
Sudah dua hari Melodi tak mau keluar kamar, semenjak dia melihat postingan terakhir Dio. Foto seorang wanita yang sedang membaca buku menu.
"Ah, mimpi sialan" umpat Melodi kesal. Ia selama ini terusik dengan postingan Dio, hingga membuatnya bermimpi menjadi pacar Dio. Hampir saja otak Melodi tak bisa keluar dari dunia khayalan yang menyenangkan tersebut.
Kamar Melodi sudah dipenuhi oleh sampah tisu yang berserakan. Bahkan kamarnya kacau tak seperti kamar Melodi biasanya. Ini sudah seminggu lebih semenjak Melodi mulai belajar dirumah karena kakinya sakit. Walau kini kakinya telah benar-benar pulih, tapi hati gadis itu hancur berkeping-keping.
Melodi bahkan tak memeriksa ponselnya sama sekali, ia biarkan mati karena kehabisan baterai. Ada begitu banyak pesan dan panggilan masuk yang berusaha menghubungi dirinya.
Kania dan Adam juga khawatir akan keadaan putrinya. Saking khawatirnya, Kania bahkan menggunakan kunci serep untuk membuka kamar putrinya.
"Sayang, mau sekolah atau besok aja?"
"Mau sekolah kok Ma, aku siap-siap dulu ya"
Dengan langkah kecil, Melodi berjalan menuju kamar mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Tidak seperti biasanya, Melodi duduk dimeja makan dan sarapan dalam diam. Walau berkali-kali Adam mencoba mengajaknya berbincang, putri tunggalnya itu hanya menjawab dengan satu dua kata saja.
Selesai makan, Melodi berangkat ke sekolah bersama dengan Adam. Masih sama seperti dirumah, Melodi hanya diam sambil menatap jalanan.
"Sayang, hp kamu nih" ujar Adam sembari memberikan ponsel putri bungsunya.
"Makasih Pa, aku masuk ya"
Setelah melihat mobil Adam pergi meninggalkan sekolah, barulah Melodi melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam sekolah.
Sial sekali Melodi hari ini, ia tak berniat menunggu anggota LP. Tetapi mereka tak sengaja berpapasan, dan saling memandang satu sama lain. Suasana canggung tiba-tiba saja hadir diantara mereka.
"Pagi Mel, lama gak ketemu ya" sapa Daffin.
"Pagi Kak, gue duluan ya" jawab Melodi singkat. Ia masuk kedalam dengan langkah kecil, karena terkadang kakinya masih terasa nyeri.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Melodi tengah duduk diruang BK, ia sudah memiliki janji dengan gurunya. Semuanya Melodi curahkan pada sang guru, walau sang guru tak tahu harus bagaimana menghibur Melodi. Beliau mencoba menenangkan muridnya dan meminta Melodi untuk mengikuti beberapa kegiatan sekolah agar bisa lupa dengan kejadian ini.
"Mel, Bapak tahu kamu galau. Tapi Mel, ini kan buat masalah disekolah, bukan masalah pribadi nak"
"Tapi katanya kalau ada masalah apapun bisa cerita ke guru BK, Pak"
Sang guru hanya bisa mengelus dadanya sabar dan kembali mendengarkan curhatan Melodi yang memakan waktu sekitar dua jam. Setelah gadis itu selesai berbicara, sang guru meminta Melodi untuk melepaskan penatnya dengan berjalan-jalan mengelilingi sekolahan beberapa kali.
Gadis itu mengikuti saran sang guru, sembari melatih kakinya agar bisa terasa lebih baik lagi. Tetapi sekali lagi, ia harus bertemu dengan anggota LP.
Daffin dan Dio terlihat sedang berjalan ke arah Melodi, gadis itu hanya bisa terdiam dan mencoba menahan tangisnya. Secepat kilat ia menatap dinding dan menempelkan dahinya disana. Sembari berharap kedua pemuda itu segera berlalu.
"Loe kenapa Mel?" Tanya Daffin yang rupanya memilih berhenti.
"Gak apa-apa kok" jawab Melodi lirih. Suaranya jelas terdengar jika dirinya tengah menangis sedih.
Daffin meraih pundak Melodi, membuat gadis itu menatap dirinya. Benar, air mata sudah menetes deras disana. Hati Melodi masih tak kuat menahan sakit bila harus bertemu dengan Dio.
"Bukannya fans itu harus dukung semua keputusan idolanya?" Celetuk Dio.
"Iya, aku tahu kok. Aku akan selalu dukung kalian, selalu" lirih Melodi. Ia memegang dadanya yang terasa sesak. Walau sudah mencoba baik-baik saja, tapi kenyataannya berkata sebaliknya.
Daffin tak tega melihat Melodi yang seperti ini. Ia mencoba menenangkan Melodi, dan membawanya ke ruang UKS untuk beristirahat.
"Badan loe panas banget Mel" ucap Daffin terkejut.
Pemuda itu semakin terkejut ketika melihat cairan merah yang keluar dari lubang hidung Melodi. Daffin yang khawatir terus mencoba membuat Melodi sadar agar tak jatuh pingsan. Dengan sigap tanpa basa-basi, Dio menggendong tubuh Melodi ke UKS.
Setelah sampai UKS, petugas segera memeriksa keadaan Melodi. Beliau mengambil cairan dan menyuntikkannya pada tubuh Melodi yang lemah.
"Kenapa selalu kau yang membawanya kemari Dio?" Tanya petugas itu keheranan.
"Itu hanya kebetulan Bu"
Dio dan Daffin lalu pergi setelah petugas UKS menghubungi keluarga Melodi. Daffin kembali menelisik, ia baru tahu jika Dio pernah membawa Melodi ke UKS sebelumnya. Tetapi pemuda dingin itu tak ingin membahas apapun.
Kedua pemuda itu menunggu didepan UKS sambil berbincang. Mereka tak tega bila harus membiarkan Melodi sendiri walau sudah ditemani oleh penjaga UKS.
Tak berselang lama, Adam terlihat tergesa-gesa menghampiri ruang UKS. Beliau menyapa Dio dan Daffin, lalu bertanya mengenai Melodi.
"Maaf ya, mungkin putriku telah menyusahkan kalian"
"Tidak Om, Melodi justru selalu membantu kami" jawab Daffin.
Adam sejenak menatap Dio sebelum masuk kedalam ruangan. Ini bukan salah Dio, hanya saja putrinya begitu menyukai dan mengidolakan sosok Dio.
"Papa, kenapa ada disini?"
"Sayang, kita pulang saja ya. Kamu masih sakit"
Dio dan Daffin masih memperhatikan dari luar ruangan. Mereka ingin tahu kabar terbaru mengenai Melodi. Tak berselang lama, gadis itu keluar dibantu oleh Papanya. Wajah Melodi terlihat sangat pucat.
"Maaf ya Kak, aku ngerepotin kalian" lirih Melodi saat berpapasan dengan Dio dan Daffin.
"Om maaf, boleh saya bicara dengan Melodi sebentar?" pinta Dio.
Adam sebenarnya tak rela, ia tak ingin putrinya lebih terluka. Tapi Melodi mengatakan jika dirinya baik-baik saja, mau tidak mau, Adam dan Daffin pergi meninggalkan keduanya.
"Ada apa Kak? Tumben Kak Dio mau ngomong sama aku, aku seneng banget, uhuk-uhuk"
Dio tak menjawab, ia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Menunjukkan sebuah foto yang membuat Melodi tertegun karenanya.
"Jadi itu foto aku Kak? Tapi kenapa?..."
"Loe lupa? Hari itu kan, anniversary LP. Dan kita ngerayain anniversary Lila Prince yang ke satu tahun Mel"
Melodi coba mengingat-ingat kejadian itu. Ah bodohnya dia, harusnya ia bahagia karena LP sudah berjalan selama dua tahun. Padahal Melodi ada disana saat anniversary pertama Lila Prince.
Gadis itu kembali terharu dengan kenyataan yang tak terduga ini.
"Jadi Kak Dio gak punya pacar?" Tanya Melodi dengan air mata berlinang.
"Baru gini aja loe udah kayak gini, gimana kalau gue beneran punya pacar"
"Tapi kan aku ...."
Perkataan Melodi terhenti karena Dio menatapnya. Ini seperti yang ada didalam mimpi, jarak yang begitu dekat dengan Dio membuat jantung Melodi berdebar dengan sangat kencang.
Bisa Dio rasakan suhu tubuh Melodi yang panas karena ia menyeka air matanya.
"Makasih ya, udah nemenin kita selama ini"
Dio lalu mengeluarkan sesuatu dari balik tubuhnya. Sebuah bungkusan kado untuk Melodi.
"Kak Dio itu sebenarnya paling manis tahu gak daripada semua anggota LP yang lain"
"Hm..."
"Makanya aku suka Kak Dio.. Ma..maksud aku, anu aku suka semua kok"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments