M - 2

Di hari berikutnya, Melodi tengah berdiri didepan pintu masuk sekolah. Dengan tongkat kruk yang menemaninya. Ia menunggu seseorang seperti biasanya, siapa lagi jika bukan Dio sang pujaan hati.

"Kak Dio, selamat pagi" sapa Melodi kala melihat Dio dan anggota LP lainnya berjalan memasuki sekolah.

Mereka berhenti sejenak, menatap Melodi yang berjalan mendekat menggunakan tongkat kruk.

"Kaki loe gak apa-apa Mel? Kenapa gak istirahat aja sih dirumah?" Tanya Kenzi.

"Uuu uh, gue gak bisa kalau gak lihat Kak Dio" jawab Melodi dengan cengengesan.

Kenzi hanya bisa menggelengkan kepala, adik kelasnya yang satu ini memang keras kepala. Melodi berjalan perlahan di belakang anggota LP. Walau terasa menyulitkan, ia tetap berjalan dengan senyuman lebar karena berada di dekat Dio.

Saat sampai di depan tangga, Kenzi menawarkan bantuan untuk membantu Melodi naik ke kelasnya yang ada dilantai dua. Tetapi gadis itu menolak, ia berdalih bisa melakukannya sendiri.

"Kita bantuin aja ya Mel" ujar Daffin. Ia berjalan mendekati Melodi, tapi Lisa dan Karina lebih dulu mendekatinya.

"Gak usah Kak, kita aja yang bantuin" ucap Lisa sembari menaruh lengan Melodi di bahunya. Karina juga melakukan hal yang sama, mereka menggendong Melodi dengan cara seperti itu, agar cepat sampai di kelas.

Dalam perjalanan menuju kelas, Karina dan Lisa kembali mengomeli Melodi. Ini semua terjadi karena Melodi yang keras kepala ingin membantu Dio. Terlebih ia rela hujan-hujanan hanya untuk memberikan payung dan jas hujan pada Dio.

Gadis itu hanya mengangguk-angguk mendengarkan ceramah kedua sahabatnya. Tapi ceramah itu bagaikan angin lalu untuk Melodi, karena ia tetap akan memprioritaskan Dio dibandingkan apapun.

"Pak, ijin ke kamar mandi" teriak Melodi seraya mengangkat tangannya.

Pak guru mengangguk, beliau memberi ijin untuk muridnya itu. Beliau bahkan meminta satu murid lagi untuk membantu Melodi, tetapi gadis itu menolak. Ia tak ingin merepotkan siapapun.

Perlahan, Melodi berjalan menuju kamar mandi. Tetapi saat ia sampai didepan kamar mandi, ada pemberitahuan jika kamar mandi sedang diperbaiki. Mau tak mau, ia harus turun ke lantai dasar karena sudah tak tahan ingin buang air kecil.

Satu persatu anak tangga ia lalui dengan hati-hati. Rasanya menyesakkan, hampir saja Melodi menyerah karena kakinya terasa ngilu. Namun ia terus berusaha, karena sudah tak tahan ingin pipis.

"Aah lega" ujar Melodi setelah keluar dari bilik kamar mandi.

"Eh cewek murahan" celetuk salah seorang siswi yang menjambak rambut Melodi.

"Aauh, Kak Friska ngapain sih? Sakit tahu" rengek Melodi berusaha melepaskan tangan Friska dari rambutnya.

Friska sangat marah, ia terus memaki Melodi dan menjambak rambutnya dengan keras. Ini semua karena Friska mengira jika Melodi berusaha merebut Nathan darinya. Sebab kemarin apa yang Nathan lakukan sudah tersebar ke seluruh penjuru sekolah.

"Kak Friska salah paham, gue gak godain Kak Nathan. Dia cuma mau nolongin gue kok, lepasin Kak sakit" bela Melodi.

"Cih, awas aja kalau loe coba deketin Nathan ataupun Kenzi, gue bakal lakuin hal yang lebih parah dari ini" bentak Friska. Ia menarik rambut Melodi dengan sangat keras hingga membuat gadis itu terjatuh.

"Dan ya, loe pikir gue gak tau? Sakit loe ini cuma pura-pura kan, biar narik perhatiannya Nathan. Dasar cewek murahan" imbuh Friska.

Sebelum Friska dan kedua temannya pergi, ia menendang kaki Melodi yang terluka. Tak peduli apapun yang dirasakan oleh Melodi. Sebab dirinya telah kalut dalam kecemburuan.

Melodi menghembuskan napasnya perlahan, ia mencoba meredam emosinya. Ia berusaha untuk bangun, walau kakinya terasa sangat sakit.

Di lorong yang sepi, Melodi berjalan seorang diri, sembari sesekali menyeka air matanya yang tumpah. Bukan karena tuduhan Friska atau perlakuan kasarnya, ia hanya tak bisa menahan rasa sakit dikakinya.

"Kelas gue masih jauh ya, sakit banget kaki gue" gumam Melodi. Ia menyandarkan dirinya ke dinding, sambil menatap lurus lorong yang sepi itu.

Berharap ada seseorang yang datang dan membantunya, tetapi ini masih jam pelajaran, kemungkinannya akan sangat kecil.

Melodi sesekali memejamkan matanya, mungkin ia bisa menahan sakit yang tak terlihat, tetapi ia tak bisa menahan sakit fisik. Karena itulah, Melodi tak ingin terlibat dalam kekerasan apapun.

"Kenapa loe nangis?" Tanya seseorang yang sudah berdiri di depan Melodi.

Gadis itu perlahan membuka matanya, menatap seseorang yang ada dihadapannya, dari ujung kaki hingga menatap wajahnya. Mata Melodi seketika terbelalak, tanpa sadar ia menghentakkan kakinya yang terluka. Membuatnya semakin parah dan terasa sakit.

"Aaahhh" teriak Melodi yang hendak terjatuh. Namun dengan sigap, pemuda dihadapannya itu menopang tubuh Melodi.

"Kak Dio, kakiku sakit banget" lirih Melodi sebelum ia pingsan karena tak kuat menahan rasa sakit di kakinya.

Beberapa menit kemudian...

Melodi tersadar dari pingsannya, ia membuka mata dan menatap ruangan yang sedikit asing untuknya, ruang UKS.

Kakinya masih terasa sedikit nyeri, ia memiringkan tubuhnya ke arah bangsal di sampingnya.

"Kak Dio" ucap Melodi terkejut ketika melihat Dio yang sedang duduk menatapnya.

"Hm .." Dio hanya berdehem membalas panggilan Melodi.

Tiba-tiba saja Melodi menutup matanya dan tertawa kegirangan. Jika ia berada di UKS, dan ada Dio disana, maka pastilah Dio yang membawa dirinya ke UKS. Itu berarti, Dio menggendong Melodi.

"Makasih ya Kak" ujar Melodi. Ia masih sangat senang dan menutupi mulutnya dengan kedua tangan.

"Badan loe berat" sahut Dio ketus. Ia lalu pergi keluar UKS setelah penjaga UKS datang.

Penjaga UKS menghampiri Melodi, menanyakan apa yang terjadi dan alasan gadis itu tak sadarkan diri.

Melodi berusaha menenangkan jantungnya yang masih berdebar. Setelah mereda ia baru menjelaskan pada penjaga UKS jika kakinya terasa sangat sakit, karena tak bisa menahan rasa sakit itu, ia tiba-tiba saja pingsan. Hanya itu yang bisa Melodi jelaskan.

"Saya telepon orang tua kamu ya, biar dia jemput kamu" saran penjaga UKS.

"Jangan Bu, saya tidak apa-apa, kasih saya obat pereda nyeri saja" pinta Melodi.

Gadis itu tak ingin pulang kerumah, dirumah yang sepi itu pasti ia akan merasa bosan disana. Lebih baik ia berada disekolah, terlebih ia bisa dapat melihat orang yang ia sukai.

Penjaga sekolah menuruti permintaan Melodi, setelah beliau memeriksa dan memastikan jika siswinya itu baik-baik saja.

Kesempatan bagus ini, Melodi tidak menggunakannya untuk berbaring di UKS. Ia malah pergi ke perpustakaan untuk membaca novel disana. Ditempat paling ujung perpustakaan, di dekat jendela kecil yang menghadap langsung ke ruang musik.

Tempat itu adalah tempat favorit Melodi, darisana ia dapat melihat Dio dan anggota Lila Prince yang sedang berlatih. Walau terlihat sangat kecil, Melodi sudah menyiapkan teropong yang ia simpan di perpustakaan.

Jika saja Dio tahu akan hal ini, pastilah ia akan menyebut Melodi sebagai penguntit.

Terpopuler

Comments

Duwi Hariani

Duwi Hariani

aku ikuti karya kk
ikuti juga krya ku dengn judul 2R Rafi&Reva 🙏

2021-12-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!