Satu bulan berlalu, kabar pernikahan siri Rafael dengan saudara kembar istrinya mulai terdengar oleh semua orang, kedua orang tua Rafael nampak terkejut dan sangat marah pada anaknya, terutama sang papa, yang sangat kecewa dan marah besar pada anak semata wayangnya, Tuan Satria Kusuma Hadinata memanggil anak dan menantunya ke rumah besarnya, terlihat amarah sudah menguasainya, Tuan Satria tidak bisa menerima perbuatan anak lelakinya itu, dia ingin menarik semua fasilitas yang Rafael miliki saat ini, tapi dia mengurungkan niatnya, karena teringat dengan menantunya yang malang, iya jika bukan karena Melati, mungkin hidup Rafael akan sangat susah setelah papanya mengambil semua yang dia miliki, tapi istrinya Nyonya Silvia Kusuma Hadinata, berbeda pendapat dengan sang suami, Nyonya Silvia membela anak lelakinya itu dengan mengatakan, jika ada alasan kenapa Rafael melakukan pernikahan siri itu.
"Kau tidak bisa menyalahkan anak kita begitu saja, kau tau sudah dua tahun usia pernikahannya, tapi dia belum dikaruniai keturunan, mungkin Rafael sengaja menikah siri untuk mendapatkan keturunan pa, kau harus mendengarkan alasannya dulu, jangan langsung menyalahkan Rafael seperti itu, sebagai seorang ibu aku memahami apa yang telah dilakukan putraku, jadi kau jangan langsung memihak Melati karena melihat penderitaannya," seru Nyonya Silvia dengan wajah cemas.
"Hanya demi mendapatkan keturunan kau membenarkan tindakan anakmu itu? kau adalah seorang perempuan, bagaimana perasaan mu jika aku menikah lagi, apalagi menikahi adikmu sendiri, pikirkanlah sekali lagi jika kau berada diposisi Melati," seusai Tuan Satria dengan membulatkan kedua matanya.
Nampak Nyonya Silvia hanya terdiam mendengar ucapan suaminya, sebagai seorang perempuan tentu saja dia tidak akan dimadu, tapi dia juga tidak ingin melihat anak satu-satunya menjadi sasaran amarah papanya, perempuan paruh baya itu menghela nafas panjang dan memijat pangkal hidungnya, dan suaminya masih sibuk dengan ponselnya meminta beberapa orang kepercayaan nya untuk memblokir semua kartu kredit Rafael.
Sementara di tempat lain, Rafael bersama Melati sedang berada diperjalanan menuju kediaman keluarga besar Hadinata, Rafael nampak frustasi dengan keadaan saat itu, dia di nonton aktifkan dari kantornya bekerja, semua fasilitas nya dihentikan paksa oleh papanya dan sudah beberapa hari itu Rafael terpaksa mengandalkan penghasilan Melati dari butiknya, bahkan untuk memberikan nafkah lahir pada Mawar, terpaksa Rafael harus menggunakan uang Melati, tapi Melati tidak pernah mempermasalahkan hal itu, mungkin karena penghasilannya diberikan pada saudara nya sendiri.
"Sayang maafkan aku harus merepotkankanmu, papa sangat marah padaku hingga semua yang aku pegang pun disita nya, aku tidak memiliki kemampuan untuk menghidupi kalian berdua, tanpa bantuan papa aku tidak bisa bekerja dan menghasilkan uang."
"Sudahlah mas, kau tidak perlu membahas itu lagi, aku tidak keberatan untuk membantumu, yang terpenting untukku adalah kau segera mengambil keputusan, tapi kau selalu menundanya sampai mama dan papamu mendengar kabar ini dari orang lain."
Maafkan aku sayang, mungkin aku memang tidak punya pendirian, aku benar-benar tidak bisa membuat pilihan, aku juga tidak tau ada apa denganku, batin Rafael dengan mengusap rambutnya kasar.
Terlihat Melati hanya bisa terdiam dengan berbagai pertanyaan, apa yang akan mertuanya katakan pada mereka, didalam hati kecil Melati sangat tau, jika papa mertuanya akan bertindak tegas, tapi tidak dengan mama mertuanya yang selalu membela anak semata wayangnya, meski Melati tau, jika Rafael tidak sepenuhnya bersalah.
Tibalah mereka di sebuah rumah mewah bergaya Eropa, dengan pilar-pilar tinggi didepan nya, seorang pelayan membukakan pintu untuk keduanya.
"Silahkan masuk Tuan dan Nyonya muda, Tuan besar sudah menunggu kedatangan kalian di ruang keluarga," ucap seorang pembantu seraya mempersilahkan mereka memasuki sebuah ruangan yang tertutup rapat.
Ceklek...
Pembantu itu membukakan pintu untuk mereka, terlihat di dalam sana sudah ada kedua orang tua Rafael, nampak Melati berjalan pernah dengan menundukkan kepalanya, sedangkan Rafael nampak ragu melangkahkan kakinya.
"Cepat duduklah," perintah Tuan Satria dengan suara tegasnya.
Seketika suasana menjadi hening, hanya ada suara detak jam dinding saja, lalu Nyonya Silvia menghampiri anak lelakinya seraya memeluknya.
"Sekarang bukan waktu yang tepat untuk berbagi kerinduan, kau tidak bisa membela anakmu lagi Silvia."
"Tapi kau tidak bisa berbuat terlalu keras padanya, dia adalah satu-satunya anak kita, kenapa kau begitu tega mengambil semuanya darinya, lihatlah tubuhnya jadi kurus seperti ini."
"Hentikan kekhawatiran mu pada anak manja itu, apa kau tidak melihat bagaimana kondisi menantu kita, dia pasti sangat menderita dengan perbuatan anak bodoh itu."
Lalu Nyonya Silvia menatap menantu nya yang sedari tadi hanya menundukkan kepalanya, dia berjalan menghampiri Melati dan menatapnya dari atas ke bawah.
"Tentu saja Rafael memilih menikah siri, lihatlah dirinya, sampai detik ini masih belum memiliki keturunan, lelaki mana yang tahan dengan pernikahan seperti itu, harusnya kau sadar Melati, tinggalkan saja Rafael supaya dia bisa menikmati hidupnya, dan memiliki keturunan dari perempuan lain."
Nampak Melati semakin tertunduk dengan meremas kedua tangannya, dia menggigit bibir bawahnya kencang supaya tangisan tidak keluar dari mulutnya, kemudian Rafael memandang wajah istrinya yang sudah memerah menahan tangisnya.
"Cukup ma, jangan katakan apapun pada istriku yang malang ini, aku melakukannya bukan karena sengaja, semua terjadi begitu saja, dan aku tidak bisa menghindarinya, jangan katakan apapun lagi yang dapat menyakiti Melati, sudah cukup penderitaan yang dirasakannya karena aku, dan mama jangan menambah penderitaan nya lagi," seru Rafael dengan wajah sendu.
"Kau dengar itu kan Silvia, anakmu sudah mengakui kesalahannya, kenapa kau selalu menyalahkan perempuan malang itu, dia adalah korban, dia sudah kehilangan kesetiaan suaminya, dan juga kepercayaan pada saudara nya sendiri, aku tidak habis pikir, kenapa kau bisa melakukan itu dengan adik kembar istrimu sendiri, dimana naluri mu sebagai manusia Rafa?," tanya Tuan Satria seraya menggebrak meja yang ada di depannya.
"Semua salahku pa, aku tidak sadarkan diri dan melakukan hubungan terlarang itu dengan Mawar, demi menyelamatkan masa depannya, aku terpaksa menikahinya, karena Mawar menuntut pertanggung jawaban dariku, jika aku tidak menurutinya entah apa yang akan terjadi padanya, mungkin dia bisa mengakhiri hidupnya," jawab Rafael dengan mengusap rambutnya kasar.
"Baiklah kalau begitu, sekarang kau sudah menikah siri dengannya, kau bisa meninggalkan nya bukan, aku akan mencarikan lelakinya yang tepat untuknya, karena didalam agama hubungan kalian diharamkan, jadi kau harus memilih salah satu dari mereka, dan papa minta kau tetap bersama Melati, dia adalah perempuan baik, meski kau memiliki banyak kekayaan, dia tidak pernah mengandalkan mu dalam urusan materi, dia selalu bekerja keras dan tidak pernah memanfaatkan harta yang kau punya, kau tidak akan pernah menemukan perempuan baik sepertinya dimanapun, besok kau harus menjatuhkan talak pada Mawar, dan katakan padanya tidak usah hawatir dengan masa depannya, aku akan menemukan pasangan yang tepat untuknya," jelas Tuan Satria dengan wajah serius.
...Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Mhila Amhilawhaty
pantas melati di selikuhi Krn,bodoh iii,,AQ dukung mawar
2022-03-19
0
Fatimah Afath
ibu silvia anda prempuan kan?
2022-03-10
0
Asa Benita
Blm tau aja tuh mertuanya klo skr yg menghidupi si suami sama madu malah istri pertama.. Ga ada otak emang.. Klo tau bakalan digampar itu Rafa sama ayahnya..
2022-02-11
1