Sesampainya di butik, aku disibukkan dengan pesanan dadakan dari pelanggan ku, beberapa gaun mewah yang akan segera di ambil untuk acara pernikahan, puas rasanya mendapatkan repeat order dari pelanggan, meski agak mepet waktunya.
Setelah selesai membuat desain gaun nya, aku meminta pegawai ku untuk menangani semua pekerjaan ku, karena aku cemas memikirkan Mawar yang tiba-tiba sakit, lalu terlintas dipikiran ku untuk pulang lebih cepat, dan menghabiskan waktu bersama saudara kembarku itu, sengaja aku pulang lebih awal tanpa memberi kabar pada mas Rafael, sekalian memberikan kejutan untuknya pikirku, kemudian aku memesan taksi online dan segera pulang.
"Buk maaf, kita sudah sampai di rumah ibu", ucap sang sopir taksi.
"Duh maaf Pak, saya tertidur rupanya, terimakasih ya pak, kembaliannya ambil saja", aku menyerahkan beberapa lembar uang berwarna biru, seraya keluar dari taksi online itu.
Aku membuka pintu dan langsung masuk, rasanya rumah ini sepi sekali, padahal aku lihat mobil mas Rafael sudah ada di dalam garasi, tumben sekali mas Rafael sudah ada di rumah, padahal kan aku ingin memberinya kejutan, tapi dia sudah lebih dulu di rumah, ingin sekali rasanya aku bergegas menemui mas Rafael di kamar kami, tapi rasa dahaga mengurungkan niatku, ku putuskan untuk ke dapur mengambil minum, dan ku lihat belanjaan mbak Saroh masih ada di luar kulkas, tumben sekali mbak Saroh belum merapikan bahan belanja an itu, pikirku mbak Saroh sedang membantu perawat mengurusi ayahku, lalu aku memutuskan untuk melihat kondisi Mawar di kamarnya, tapi seketika duniaku berhenti berputar, dadaku terasa sesak sehingga aku kesulitan untuk bernafas, badanku lemas seketika, disaat aku mendengar suara ******* di dalam kamar Mawar, butuh beberapa saat untuk mengumpulkan kekuatan, agar aku bisa berdiri menopang tubuhku sendiri, aku meyakinkan diri jika itu bukanlah suara mas Rafael suamiku, tidak mungkin dia yang begitu setia padaku menghianati ku, apalagi dengan saudara kembarku sendiri.
Aku kembali meyakinkan diri, perlahan kakiku melangkah maju mendekati pintu yang tertutup dari luar, meski tertutup rapat aku dapat mendengar suara erangan dari dalam sana, dengan tubuh gemetar aku memberanikan diri membuka pintu kamar itu.
Ceklek...
Betapa terkejutnya aku, ketika aku melihat mas Rafael bersama Mawar sedang berdua di atas ranjang dengan keadaan tanpa busana, keduanya menatapku dengan wajah yang tak kalah terkejutnya.
Praang...
Reflek ku jatuhkan gelas yang sedari tadi ku genggam, sontak keduanya menghentikan kegiatannya, kakiku seakan terpaku disana, seakan aku kehilangan kemampuan untuk sekedar berjalan, lidahku seakan kelu tidak mampu berkata-kata, aku bahkan tidak menangis sedikitpun, hatiku terasa sangat sakit, dan aku masih berharap jika itu hanyalah mimpi saja.
Mas Rafael mengenakan kembali pakaiannya, lalu menghampiri ku dan memapahku untuk duduk di kursi, dia belum mengatakan apapun padaku, reflek aku menampar wajahnya sekeras mungkin, saat itu juga aku menangis sejadi-jadinya.
"Maafkan aku Melati, aku mohon maafkan aku, terimalah kenyataan ini dengan hati yang lapang, karena saat ini aku sudah menikahi Mawar, bukankah tanggung jawab ku memberikannya nafkah lahir dan batin", ucap mas Rafael yang berusaha menenangkan ku dan mengatakan segalanya, tapi aku sama sekali tidak bergeming.
Duaar... Rasanya bagai disambar petir, aku tidak pernah menyangka, jika ternyata kembaranku adalah maduku, sontak saja aku mendorong tubuh mas Rafael supaya menjauh dariku, aku masih belum bisa percaya jika ini adalah nyata, aku merasa jijik melihatnya, ku palingkan wajahku seraya berjalan masuk ke dalam kamarku.
Tetapi mas Rafael terus mengikuti langkahku, dia masuk ke dalam kamar sebelum aku bisa mengunci pintunya, dia terus memohon maaf padaku, aku pun tak sudi melihatnya karena hatiku terasa sangat pilu.
"Sudah berapa lama aku menjadi orang bodoh di rumah ini mas?", tanyaku dengan memalingkan wajah.
"Aku baru menikahinya kemarin sayang, dan semua itu terpaksa aku lakukan untuk menyelamatkan masa depan Mawar, kemarin malam saat kau pulang larut malam, aku tidak sadar telah menodai nya, kami melakukan hubungan itu tanpa sengaja, lalu ibumu datang dan melihat semuanya, Mawar menuntut tanggung jawabku, karena kesuciannya telah ku renggut, dan ibumu memintaku untuk menikah siri dengannya, sungguh aku terpaksa melakukannya, karena sekarang Mawar sudah resmi menjadi istriku secara agama, dia memintaku untuk memberikan nafkah lahir dan batin, karena tidak ingin membuatnya marah dan mengadu padamu, aku memberinya apa yang dia inginkan", jawab mas Rafael seraya bersimpuh dibawah kakiku.
Meskipun saat itu aku belum sanggup menerima kenyataan, aku harus kuat dan tegar, ku yakinkan diriku dan meminta keduanya untuk berhadapan langsung denganku, untuk menjelaskan seberapa jauh mereka menghianati ku.
"Apa kurangku mas, sehingga kau tega menghianati ku, dengan kembaran ku sendiri".
"Aku minta maaf sayang, sungguh tidak ada satupun yang kurang darimu, kau perempuan yang mandiri, aku sangat bersyukur memilikimu, meski kau memiliki segalanya dariku, kau tetap berusaha dengan kemampuan mu sendiri".
Aku menatap Mawar yang ada dihadapkan ku, dia hanya tertunduk diam, tanpa berani melihatku, entah saudara macam apa dia, sehingga begitu tega menghianati ku, di depanku Mawar terlihat begitu menyayangiku, tapi diam-diam dia merebut suamiku, apalagi ibuku sendiri mendukungnya, tidak masuk di akalku ketika orang tua kandungku mendukung tindakan mereka untuk menikah siri tanpa ijin ku.
"Sungguh sayang aku terpaksa melakukannya, apa kau rela jika masa depan adikmu rusak jika aku tidak bertanggung jawab atas perbuatan ku".
"Kau bilang ingin menyelamatkan masa depannya mas, apa kau tidak pernah berpikir bagaimana masa depan rumah tangga kita setelahnya, kau tega menyakiti dan menghianati istri mu dengan saudara kembarnya sendiri, dimana hati dan naluri mu mas".
Mati-matian aku supaya tidak menangis didepannya, meski aku terlihat lemah dan mudah menangis, saat itu seperti ada dorongan yang meyakinkan ku, jika aku bisa kuat dan tegar.
"Sedikitpun aku tidak pernah menginginkan ini terjadi, aku tidak tau bagaimana semuanya bisa terjadi begitu saja, aku dalam keadaan tidak sadar dan terasa seperti mimpi saat aku melakukannya".
"Jangan munafik mas, semua itu tidak mungkin terjadi, jika kau tak menginginkannya".
"Kau ingat sayang, waktu itu aku memintamu untuk segera pulang karena aku ingin melakukan nya, tapi kau masih sibuk dengan pekerjaan mu, saat itu aku langsung pulang dan mandi untuk menyegarkan pikiran ku, tapi tiba-tiba Mawar masuk ke dalam kamar dan memberikan ku minuman hangat, setelah aku meminumnya tubuhku terasa sangat ringan, dan aku tertidur dengan bermimpi melakukan hubungan itu denganmu, nyatanya aku terbangun setelah melakukan hubungan itu dengan Mawar yang sudah tanpa busana di kamar ini, ibumu melihat semua, bukan aku yang mendatangi nya, tapi Mawar sendiri yang menemuiku", jelas mas Rafael menatap tajam pada Mawar.
...Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Fatimah Afath
rasanya sakit betul
2022-03-10
0
Oranci Kase
saudara menjadi duri dlm selimut... ngga sudi aku punya saudara kaya githu,,,,pergi saja ke neraka kau mawar wanita penggoda dan perebut suami saudara kembarmu,,,dimn hati nurani mu sebagai seorang wanita, seandaix kamu yg ada di posisi melati apa yg mau kamu lakukan
2022-02-12
3
Setian Nurhalimah
rasa ya mau tak Jambak si mawar thor
2022-01-06
1