Disaat aku melangkahkan kaki ke arah kamar mas Rafael, terdengar suara mbak Saroh yang berteriak meminta pertolongan karena ayah mendadak kejang, dan tanpa sadar aku menjatuhkan susu jahe yang mas Rafael inginkan, aku berlari ke kamar ayah dan segera memberikan nya obat tidur, supaya kejang nya bisa berhenti dan beliau badannya bisa rileks, tidak berselang lama mas Rafael bergegas mendatangi ayah di kamar, dan dia sangat terkejut melihat tubuh ayah yang mengejang di atas ranjang.
"Astaga, apa yang terjadi pada ayah War, mari kita bawa beliau ke rumah sakit saja".
"Hmm tidak usah mas, aku sudah memberikan ayah obat penenang supaya kejangnya berkurang, sebentar lagi juga ayah akan baik-baik saja", ucapku seraya mengusap peluh dikeningku.
"Apakah kau yakin tidak ingin membawa ayah ke rumah sakit?", mas Rafael meyakinkan ku kembali.
Setelah itu aku mengatakan pada mas Rafael supaya dia tidak usah hawatir, karena kejang ayah sudah berangsur berhenti, tapi efek yang ditimbulkan obat itu adalah ayah menjadi berhalusinasi, seakan beliau melihat ibuku ada disana, berulang kali ayah memanggil nama ibu, dan mengucapkan permintaan maaf, ternyata ayahku masih saja merasa bersalah karena perpisahan mereka dulu, dan disaat mas Rafael akan kembali ke kamarnya, dia bertanya pada mbak Saroh dimana minuman yang diminta nya tadi, lalu aku teringat jika minuman itu sudah jatuh karena aku panik mendengar mbak Saroh berteriak tadi.
"Sebenarnya mbak Saroh sudah membuatkan minuman itu untukmu mas, tapi aku tidak sengaja menjatuhkan nya, biar aku buatkan lagi ya", ucapku seraya berjalan ke arah dapur.
Kemudian mas Rafael menghampiri ku dan mengatakan, jika aku tidak perlu membuatkan nya minum, tapi aku bersikeras membuatkan nya minuman susu jahe kesukaan nya, lalu mas Rafael berterimakasih padaku dan kembali ke kamarnya, disaat aku sedang sibuk membuat minuman untuk mas Rafael, tiba-tiba aku teringat dengan ayah yang berhalusinasi setelah minum obat penenang nya.
Bagaimana jika aku mencampurkan obat penenang itu ke dalam minuman ini, mungkin saja mas Rafael akan berhalusinasi seperti ayah, sehingga aku bisa menggoda nya, batin Mawar dengan tersenyum licik.
Kemudian aku mengambil obat milik ayah dan mencampur nya ke dalam minuman mas Rafael, aku sudah kehabisan akal untuk membuat mas Rafael tertarik padaku secara normal, apapun akan aku lakukan supaya mas Rafael bisa menjadi milikku, lalu aku memberikan segelas susu jahe untuk mas Rafael, dan segera dia meminumnya, karena cuaca malam itu cukup dingin setelah hujan, dan aku sangat tau mas Rafael sangat suka meminum susu jahe pada cuaca seperti sekarang, setelah aku memastikan dia menghabiskan minumannya, aku berusaha mengajaknya berbicara tentang kesehatan ayah yang semakin menurun setiap harinya, aku sengaja mengulur waktu untuk melihat reaksi apa yang akan terjadi pada mas Rafael setelah dia meminun habis susu jahe itu, tidak membutuhkan waktu lama, baru lima menit setelahnya, mas Rafael mulai kehilangan kesadarannya, dia mengeluh jika pandangan matanya agak kabur, dan dia melihat hal-hal yang aneh.
"Disini tidak ada apa-apa mas, memangnya apa yang kau lihat?", tanyaku seraya berjalan menghampirinya lebih dekat.
Aku mendengar deru nafas mas Rafael mulai berat, dan keringat membasahi seluruh tubuhnya, aku mengatakan pada mas Rafael, apakah dia sedang sakit, karena dia berkeringat dingin saat itu, lalu mas Rafael membuka bajunya dan memintaku untuk menghidupkan AC yang ada dibelakang ku, tapi aku tidak dapat menemukan remot AC nya, aku menatap tubuh mas Rafael yang nampak menggoda, tanpa sadar aku mendekap tubuhnya, sedangkan mas Rafael hanya terdiam dengan mengusap kedua matanya, untuk sesaat mas Rafael sadar jika akulah yang sedang memeluknya, tapi aku tidak mengatakan siapa aku yang sebenarnya, karena aku tau saat itu mas Rafael sedang mengalami halusinasi sama seperti ayah tadi.
Tanpa ku duga-duga, mas Rafael membalas pelukanku, dia mengecup lembut bibirku, dan merebahkan tubuhku di atas ranjangnya, dengan perlahan mas Rafael menjamah seluruh tubuhku, membawaku ke dalam angan-angan, aku terbawa oleh belaian nya, dan aku pasrahkan tubuhku begitu saja, meski dalam pengaruh obat penenang, mas Rafael begitu membuatku berhasrat, kedua tangan nya menyentuh kedua milikku yang sudah sangat kencang, karena sedari tadi kedua tangan mas Rafael memainkannya, serta bibirnya yang terus bermain di atasnya, membuatku mengeluarkan suara-suara aneh ku, dan ku lihat milik pribadi mas Rafael sudah tegak berdiri dari tempatnya bersembunyi, tanganku meraih miliknya yang sudah berusaha keluar dari sarangnya, mas Rafael pun memainkan miliknya kedalam bibirku, sehingga sesuatu miliknya keluar begitu saja, dan kami pun melakukan penyatuan kami setelahnya, malam itu ku nikmati tanpa pernah ku bayangkan sebelumnya, mas Rafael yang sangat ingin ku miliki sedang melakukan permainan panasnya denganku, meski sesekali terdengar dia menyebut nama kak Melati, dan membuatku berubah sangat kesal, tapi kenikmatan yang dia berikan saat itu membuatku mengacuhkan nya, aku tidak perduli meski mas Rafael selalu menyebut nama kakak kembarku, karena yang terpenting untukku adalah aku bisa merasakan sentuhannya, sampai akhirnya kami bedua sama-sama tersentak di permainan panas kami, ternyata kami berdua sudah puas melakukannya, dan sesuatu sudah keluar begitu saja, memasuki milikku yang terasa sangat hangat didalamnya, aku pun melenguh merasakan kenikmatan yang baru kali ini ku rasakan, lalu aku memeluk mas Rafael dan mengecup bibirnya, seraya membisikan kata-kata cinta dan terimakasih, karena memberikan kehangatan padaku malam itu, sementara mas Rafael hanya terdiam dengan nafas yang tersengal-sengal, sebelum akhirnya dia terkulai lemas dan memejamkan matanya.
Brum brum...
Terdengar olehku suara mesin mobil yang baru saja datang, dan aku tersadar jika itu pasti kak Melati yang baru saja pulang, aku panik dan ingin beranjak dari kamar mereka, tapi langkahku terhenti mengingat penyatuan ku dengan mas Rafael, yang terjadi begitu saja.
Jika aku pergi meninggalkan kamar ini, mas Rafael tidak akan pernah mengingat apa yang terjadi malam ini, karena dia sedang berhalusinasi, dan dia selalu menyebut nama kak Melati disaat kami sedang melakukan hubungan itu, lebih baik aku tetap di kamar ini, supaya kak Melati melihat semuanya dengan mata kepalanya sendiri, batin Mawar dengan tersenyum licik.
Tapi apa yang aku pikirkan ternyata salah, saat itu yang datang ke rumah bukanlah kak Melati, tapi ibuku yang datang mencariku karena dia merasa bersalah setelah berdebat denganku pagi tadi, dan sialnya aku lupa menutup pintu kamar mas Rafael, sehingga ibuku masuk ke dalamnya, dan dia sangat terkejut setelah melihatku di atas ranjang dengan mas Rafael, ibuku sangat marah kepadaku dan juga mas Rafael, tapi sayangnya dia belum tersadar dari lelapnya, sehingga hanya aku saja yang mendengar amarah ibuku, kemudian aku bangkit dari tempat tidur dan menutupi tubuh polos ku dengan selimut seraya bersimpuh dibawah kakinya, aku meminta pada ibu untuk diam dan menutupi apa yang terjadi malam ini, entah kenapa mendadak aku kasihan pada kakak kembarku, karena ibuku menangis dan meratapi nasib kak Melati yang sangat buruk, aku pun tersadar akan kemalangan yang akan di alami kakak kembarku itu, sehingga aku pun sedikit merasa bersalah, dan menangis di bawah kaki ibuku.
...Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
zeefany
hadeuhhhh
2023-01-24
1
Fatimah Afath
jalang
2022-03-10
0
Mei
sok2an merasa bersalah 🙄
2022-01-31
3