"Begini Pak Bu, keadaan saudara Mawar baik-baik saja, dan selamat untuk suaminya, karena sebentar lagi dia akan menjadi seorang Papa." Ucap Dokter itu dengan menatap semua orang.
Sontak Melati terjatuh ke lantai, kakinya kehilangan kemampuan untuk berdiri, jantungnya berdetak sangat kencang setelah mendengar kabar kehamilan Mawar, sontak saja Rafael panik dan ingin membantu Melati berdiri, tapi Melati terdiam dan tidak bergeming sama sekali.
"Apa Dok, perempuan itu sedang mengandung keturunan putraku? syukurlah akhirnya aku akan mendapatkan cucu." Seru Nyonya Silvia dengan menyunggingkan senyumnya.
Hanya Nyonya Silvia saja yang terlihat bahagia setelah mendengar kabar itu, sementara semua orang hanya terdiam tidak tau harus berkata apa.
"Ini Pak resep yang harus ditebus di Apotik, karena kehamilannya masih muda, dia memerlukan banyak vitamin, dan tolong jangan buat dia banyak pikiran setelah ini, kalau tidak janin yang di dalam kandungannya akan terganggu."
Setelah itu Dokter itupun pergi dari sana, kemudian Nyonya Silvia datang menghampiri Mawar dan mengucapkan selamat padanya.
"Selamat ya Mawar, kau akan segera menjadi seorang Ibu, terimakasih sudah mewujudkan harapanku untuk menjadi seorang Nenek." Ucap Nyonya Silvia seraya memeluk Mawar.
Syukurlah Dokter itu percaya dengan ucapanku, dia membantuku untuk memperlancar sandiwara ku, tapi bagaimana jika mereka tau kalau kehamilan ku itu palsu, aah masa bodo, yang terpenting saat ini aku harus menyelamatkan diri supaya mas Rafael tidak meninggalkan ku, batin Mawar didalam hatinya.
Terlihat Melati menghampiri saudara kembarnya, dia menetap sendu kedua perempuan yang sedang saling memeluk itu.
"Mawar selamat ya, Dokter mengatakan kau sedang hamil muda dan tidak boleh banyak pikiran, jangan kau ingat ucapan mas Rafael tadi ya, yang terpenting adalah kau dan calon bayi yang ada didalam perutmu baik-baik saja."
"Dia akan baik-baik saja jika kau mengalah Melati, tinggalkan saja Rafael bersama Mawar, karena mereka akan segera menjadi kedua orang tua, bukankah kau tidak bisa memberikan keturunan untuk Putraku, lebih baik kau sadar diri saja." Seru Nyonya Silvia menatap tajam pada Melati.
Kemudian Rafael datang dan merangkul Melati, dia mengatakan pada Mamanya, jika dia tidak ingin melihat Melati bersedih lagi.
"Jangan katakan hal seperti itu lagi padanya Ma, dia adalah istriku yang sah dimata hukum dan agama, Mama tidak bisa mengambil keputusan sepihak seperti itu."
"Cukup Silvia, jangan ikut campur dengan kehidupan Rumah tangga anakmu, kau bisa memberikan saran, tapi tidak bisa memaksakan kehendak mu, kita harus membicarakan masalah ini lagi, untuk sementara kita tidak perlu membahasnya, biarlah Rafael yang mengambil keputusan dengan pertimbangan dari kita bersama." Seru Tuan Satria seraya menarik paksa istrinya keluar dari kamar.
Beberapa hari berlalu, kehidupan rumah tangga mereka bagaikan di ujung tanduk, Melati selalu murung setiap kali berafa di rumah, hanya di butik saja, dia bisa melupakan sejenak deritanya, karena disibukkan dengan pesanan dari pelanggannya, sore itu Rafael menjemputnya di butik, Melati bergegas masuk ke dalam mobil, tiba-tiba ponsel Rafael bergetar, ternyata itu adalah telepon dari Mawar, dengan nada manja, Mawar meminta sesuatu pada Rafael.
"Cepat mas datang ke rumah, tiba-tiba aku ngidam ingin makan seafood di tepi pantai bersamamu." Ucap Mawar diseberang telepon sana.
"Besok saja ya War, hari ini aku sangat lelah, kalau tidak ku pesankan saja seafood nya."
"Apa kau mau mas kalau anak kita ileran, cepatlah mas, aku tau kau sedang menjemput kak Melati kan, katakan saja padanya jika aku sedang ngidam, pasti dia akan mengerti."
Setelah itu Rafael terpaksa meminta Melati pulang naik taksi online, karena perjalanan ke tepi pantai membutuhkan waktu dua jam, dan akan memakan waktu lama jika dia harus mengantarkan Melati ke rumah.
"Tidak apa-apa kok mas, pergilah ke rumah Mawar, pasti dia lebih membutuhkan dirimu saat ini, aku bisa pulang sendiri."
Karena merasa bersalah dengan Melati, Rafael hanya bisa mengusap rambutnya kasar, lalu dia mengecup kening istrinya yang bersiap turun dari mobil.
"Maafkan aku ya sayang, sepertinya malam ini aku tidak pulang ke rumah, karena perjalanan pulang pergi ke tepian pantai sangat memakan waktu, dan akan melelahkan jika aku harus kembali ke rumah lagi." Ucap Rafael dengan wajah sendu.
"Iya mas aku mengerti, salam buat Mawar ya."
Di dalam taksi online Melati meneteskan air matanya, dia sudah tidak tahan lagi dengan keadaannya, beberapa minggu sudah berlalu, Rafael masih belum mengambil keputusan apapun, dan Melati sangat tau jika suaminya sedang mengulur waktu saja, disatu sisi Rafael sangat mencintainya, tapi disisi lain, ada Mawar yang sedang mengandung benihnya.
Mungkin aku yang harus mengalah, demi janin yang ada di rahim Mawar, dengan tetap berdiam diri, aku hanya akan terus menambah sakit hatiku saja, aku tidak ingin bayi itu lahir tanpa status yang jelas, karena mereka hanya menikah secara agama, batin Melati didalam hatinya.
"Bu kita sudah sampai di tujuan." Seru sopir taksi online membuyarkan renungan Melati.
"Sudah saya bayar pakai aplikasi ya Pak, terimakasih."
Melati berjalan gontai memasuki rumah, mbak Saroh mengatakan jika tadi Mawar datang menjemput ayahnya.
"Mbak Mawar meminta Bapak untuk tinggal bersamanya, karena dia merasa kesepian di rumah sendirian." Jelas mbak Saroh.
Baiklah jika itu yang kau mau War, semoga kau bisa merawat Ayah dengan baik, batin Melati dengan menghembuskan nafasnya panjang.
Setelah itu Melati mengambil koper di gudang, dia mengemasi semua pakaiannya, karena di rumah itu sudah tidak ada ayahnya, Melati memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah, tekadnya sudah bulat untuk merelakan Rafael bersama Mawar.
Mbak Saroh datang mengetuk pintu kamar Melati, dia ingin bertanya makanan apa yang harus di masaknya untuk makan malam nanti, diliriknya koper-koper yang sudah terisi dengan pakaian Nyonya rumahnya, sontak mbak Saroh terisak dan bertanya untuk apa dia mengemas pakaiannya.
"Mbak Saroh jangan bilang siapa-siapa ya, aku harus pergi dari rumah ini mbak, mbak tau kan jika Mawar sedang mengandung benih mas Rafael, tidak mungkin kan aku tega membuat bayi itu tidak memiliki ayah yang sah secara hukum, semua itu akan terjadi jika aku meninggalkan mas Rafael, karena itulah aku mengalah mbak, apalagi sekarang sudah tidak ada ayah yang akan memberatkan keputusanku, jadi ini adalah waktu yang tepat untukku pergi."
"Mbak Melati mau kemana mbak, saya harus bekerja sama siapa jika tidak ada mbak disini." Ucap mbak Saroh berderai air mata.
"Kita masih bisa berhubungan lewat ponsel mbak, butik ku juga masih ada, tapi aku tidak akan datang kesana selama beberapa waktu, aku harus menghilang dari pandangan mas Rafael, supaya dia tidak bersedih untuk memulai kehidupan barunya bersama Mawar, titip mas Rafael dan ayahku ya mbak, aku harus segera pergi sekarang juga." Jelas Melati seraya memeluk pembantunya itu.
...Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Fatimah Afath
🤨🤨🤨
2022-03-10
0
Wiwik Sri Lestari
menjatuhkan profesi dokter Thor
2022-03-08
0
Cahaya Hayati
Thor bikin mawar dan Rafael hancur selepas melati pergi
2022-02-13
0