POV MELATI (HATI SEORANG ISTRI)

Tidak biasanya mas Rafael menemaniku di butik, dia mengatakan ingin menghabisi waktunya bersamaku, sudah sejak sore tadi dia bersamaku di butik, padahal sebelumnya mas Raft tidak pernah menemaniku bekerja, karena menurut nya sangat membosankan jika melihatku bergelut dengan kain-kain yang menumpuk di butik, bahkan mas Rafael terlihat lebih manja dari biasanya, di depan pegawai ku mas Rafael mengutarakan perasaan rindunya, karena sudah hampir satu minggu aku tidak memiliki waktu luang untuknya.

"Sayang setelah ini kita makan malam diluar ya, aku sangat merindukanmu, dan aku ingin menghabiskan waktu bersamamu, kalau kau mau kita bisa check in di hotel untuk menghabiskan waktu berdua saja", ucapnya berbisik ditelingaku.

"Kenapa harus di hotel sih mas, kita kan punya rumah, lebih baik kita makan malam di luar saja ya, setelah itu pulang ke rumah, tubuhku ini sangat lelah", aku menatap wajah sendu mas Rafael, seakan ada kesedihan didalam wajahnya.

Lalu aku berusaha menghiburnya dengan mengatakan hal-hal lucu yang biasa kita bicarakan, seperti mengenang kembali momen-momen yang pernah terjadi, kemudian mas Rafael mencubit pipiku karena dia gemas dengan tingkahku yang terus menggelitik perutnya, tapi tiba-tiba ponselku berdering, ternyata itu adalah telepon dari Mawar, segera ku terima panggilan itu, dan Mawar juga mengatakan hal yang sama seperti mas Rafael, adik kembarku itu berkata jika dia merasa kesepian dan merindukanku, mungkin besok aku akan pulang lebih cepat, supaya aku dapat menghabiskan waktu bersama adik kembarku, lalu Mawar bertanya kapan aku akan pulang,tapi aku mengatakan padanya, jika aku akan pulang lebih malam lagi, karena mas Rafael mengajakku makan malam diluar, lalu aku menawarkan nya untuk ku belikan sesuatu sebelum aku kembali ke rumah, tapi Mawar menolak dan berkata ingin segera istirahat saja, setelah itu aku menutup panggilan telepon itu, dan mas Rafael bertanya kenapa Mawar menelepon ku.

"Mungkin dia merindukanmu mas, karena tidak biasanya kau belum pulang setelah bekerja", gurau ku pada mas Rafael.

"Untuk apa Mawar merindukanku, kau jangan asal bicara sayang, hanya kau yang boleh merindukanku", ucapnya seraya mendekapku ke dalam pelukannya.

Setelah semua pekerjaan selesai, aku berpamitan pada beberapa pegawai, karena aku harus pulang lebih dulu, ternyata mas Rafael sudah menyiapkan segalanya, dia membawaku ke sebuah restauran mewah di hotel bintang lima, cahaya lilin menambah suasana romantis disana, mas Rafael memberikan buket bunga mawar putih kesukaan ku, dia memperlakukan ku seperti awal kami berpacaran dulu, memang ini bukan yang pertama, tapi lebih terasa istimewa karena kami sudah lama menikah, dan baru kali ini merasakan momen seperti ini.

"Mas kenapa kau tiba-tiba bersikap sangat manis padaku, apa jangan-jangan kau berbuat salah dibelakangku ya, sehingga kau membuat kejutan seperti ini, untuk menutupi kesalahanmu dariku".

"Apa maksudmu berkata seperti itu sayang, apa aku tidak boleh membuat kejutan untukmu, sehingga kau menuduh ku begitu", seru mas Rafael mendengus kesal.

"Ya ampun mas Rafael, aku hanya bergurau saja sayang, kenapa aku harus menuduhmu seperti itu, kau adalah suami terbaik yang pernah ada, kau selalu mendukungku disaat yang lain tidak percaya padaku, seperti butik yang aku jalankan saat ini, ibuku tidak yakin dengan usahaku, tapi kau meyakinkan ku untuk menjalankan bisnis itu, sehingga sekarang butik ku semakin besar dan dikenal banyak orang, terimakasih mas sudah menjadi suami terbaik untukku", ucapku seraya mengecup keningnya.

Aku pandangi wajah sendu mas Rafael, dia mendekapku sangat erat, dan ku rasakan bulir-bulir air matanya membasahi wajahnya, lalu aku menyeka air matanya, tak pernah ku lihat sebelumnya, wajah hangat yang selalu dipenuhi senyuman itu mengeluarkan air mata, pikirku karena mas Rafael hanya sedang terharu saja dengan kebersamaan kami sampai detik itu, ketika seorang pelayan mengantarkan hidangan ke meja ku, mas Rafael segera memasang wajah bahagianya, dia memintaku membuka penutup piring yang ada di atas meja, ternyata ada sebuah cincin berlian didalamnya, aku semakin terharu dengan perlakuan manis mas Rafael, dia mengenakan cincin itu di jemariku, lalu aku memeluknya, dan dia mengecup lembut bibirku.

Sepertinya mas Rafael benar-benar merindukanku, mungkin lebih baik jika aku menghabiskan waktu sehari dengan nya, batin ku merencanakan sesuatu.

Kemudian kami makan malam bersama, malam itu terasa begitu romantis untukku, dan lagi-lagi mas Rafael mengajakku untuk menginap di hotel, tapi aku menolaknya, karena aku mencemaskan keadaan ayah, karena seharian kami semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Kita pulang saja ya mas, lain waktu saja kita melakukannya, aku merindukan ayah dan juga Mawar, apalagi besok pagi kita semua harus kembali bekerja, jika kau mau kita bisa sama-sama mengambil cuti".

Lalu mas Rafael mengatakan padaku, jika dia hanya bisa libur di hari minggu, sementara di butik hari minggu merupakan hari bekerja keras, karena akan banyak pelanggan yang datang di hari libur seperti itu, dan aku katakan pada mas Rafael jika aku akan mengambil libur disaat hari libur biasa saja, nampak suamiku itu tertunduk lesu dan melangkahkan kakinya gontai kembali ke parkiran mobil, aku pun berusaha menghibur nya, sampai mas Rafael kembali bersemangat dan tersenyum kembali, tanpa terasa mobil yang kami tumpangi sudah memasuki halaman rumah, dan Mawar lah yang pertama kali membukakan pintu untuk kami, aku pun terkejut melihat Mawar memelukku dan mengatakan jika dia menghawatirkan ku, aku pun membalas pelukan adik kembarku itu, ku katakan padanya jika mas Rafael baru saja memberikan kejutan manis padaku, Mawar melihat buket bunga dan cincin berlian yang ada ditanganku, dia mengatakan jika mas Rafael adalah suami terbaik yang pernah ada.

"Lihat kan mas, Mawar mengatakan hal yang sama denganku, jika kau adalah suami terbaik, kau selalu mengerti apa yang bisa membuat istrimu ini bahagia, iya kan War", ucapku seraya merangkul Mawar.

Terlihat mas Rafael hanya menyunggingkan senyumnya dan berlalu meninggalkan ku dan juga Mawar, lalu Mawar memperhatikan cincin yang ku kenakan, dia berharap jika kelak suaminya akan memberikan hadiah yang sama untuknya, dan aku pun menjawabnya, jika Mawar harus segera menikah supaya suaminya dapat memberikan kejutan serupa untuknya.

"Apakah kakak akan memberikan segalanya ketika aku menikah?", tanya nya dengan mengerutkan keningnya.

"Kau satu-satunya saudaraku, apapun yang kau mau sudah sepantas nya aku berikan padamu, asal bukan nyawa ku saja yang kau minta, karena ketika kau meminta nyawa ku, aku tidak akan pernah bisa memberikan segalanya padamu", ucapku pada Mawar seraya memeluknya.

...Bersambung....

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***