"Jika ku minta kau menceraikan nya apa kau mau mas?", tanyaku dengan wajah sendu.
"Bukannya aku tidak mau, tapi apa kata kedua orang tuamu, bayangkan saja respon ayahmu jika mengetahui hal itu, beliau sudah sakit-sakitan dan tidak sanggup mendengar hal buruk lagi, tidak akan mudah untuknya mendengar jika salah satu anaknya akan diceraikan", jawab mas Rafael dengan menundukkan wajahnya.
Benar juga yang dikatakan mas Rafael, hanya kesehatan ayah saja yang menjadi alasan untukku tetap mempertahankan Mawar di rumah ini, aku tidak ingin ayah kenapa-kenapa, mungkin aku memang harus sedikit mengalah demi kesehatan ayah, batinku resah.
Aku mengambil nafas dalam-dalam, ku renungi semua ucapan mas Rafael, lalu aku memintanya untuk segera mencari rumah lain untuk Mawar, karena aku tidak akan tahan berada di satu rumah yang sama dengannya, lalu mas Rafael memandangku dengan tidak percaya.
"Apa kau sudah menerima Mawar sebagai madumu, kau yakin memintaku untuk mencarikan nya rumah lain?", ucap mas Rafael seakan tidak percaya dengan ucapanku.
"Entahlah mas, aku sendiri bingung dengan keputusan yang harus aku ambil, mungkin ini salah satu jalan terbaik, mengingat kesehatan ayah yang tidak stabil, aku harus sedikit mengalah".
Setelah mengurus segalanya, ku minta mbak Saroh untuk mengurusi tukang yang akan merenovasi kamar, ku bilang padanya untuk memastikan kesehatan ayahku selama aku pergi, karena aku sudah tidak dapat mempercayai Mawar, apalagi jika dia tau aku akan tetap berlibur bersama mas Rafael, karena pagi itu dia harus tetap berangkat bekerja karena kontraknya dengan perusahaan menuntut nya untuk tetap bekerja, segera ku kemasi baju ke dalam koper, dua tiket ke pulau dewata sudah dipesan oleh asisten mas Rafael.
Kami tiba di bali tepat sore hari, waktu untuk melihat sunset terbaik, ku putuskan untuk pergi ke Jimbaran beach dan memesan seafood disana, dan sesampainya disana, suasana agak sedikit hening tidak seperti biasanya, ternyata mas Rafael sudah memesan full booking cafe itu, supaya kami dapat menikmati waktu berdua saja, ku langkahkan kaki ke bibir pantai, dan ku hirup udara sore itu, lalu ku rentangkan tangan terasa sangat menenangkan di tempat itu, aku sangat terkejut karena tiba-tiba ada tangan yang melingkar diperutku, ku balikan pandanganku ternyata mas Rafael sudah menyandarkan kepalanya dibahuku, rasanya begitu memilukan untukku berada di tempat ini dengan suamiku, yang sudah tidak seutuhnya menjadi milikku.
Dia menuntunku ke sebuah meja, dengan hiasan lilin-lilin kecil di atasnya, dan yang paling membuatku terkesan adalah ketika mas Rafael menyusun lilin itu menjadi bentuk hati.
"I love you Melati, sampai kapanpun aku akan selalu mencintaimu, janjiku akan selalu menjagamu, dan maafkanlah suamimu ini yang tidak becus menjaga keutuhan keluarga kita, tetaplah bersamaku sayang, jangan berpaling dariku meski kesalahan ku sangat fatal untukmu", bisik mas Rafael ditelingaku seraya memelukku.
Seketika aku meneteskan air mata, entah rasa bahagia atau sedih yang saat ini aku rasakan, gundah hanya itu perasaan yang menggambarkan keadaanku saat itu, lalu kami makan malam bersama di tepi pantai dengan suasana yang romantis, ditemani cahaya sunset yang begitu indah.
"Mas apakah kita bisa selalu bersama setelah ini, mengingat kau bukan lagi milikku seorang", ucapku seraya menyenderkan tubuhku dan dia mendekapku.
"Tentu saja sayang, kita akan selalu bersama, meski ada Mawar di antara kita, aku hanya akan menafkahi nya saja".
"Apa kau tidak akan berdosa mas jika hanya memberinya nafkah saja, dia juga membutuhkan kasih sayang dan belaian mu, aah pasti sangat berat untukku membayangkan mu memadu kasih dengannya, entah kenapa takdir begitu kejam padaku, kembaranku adalah maduku, seharusnya kami tidak berada diposisi ini, mungkin Allah sedang menghukum ku".
"Aku sudah berjanji padamu untuk menuruti ucapanmu, jika kau meminta ku berbuat adil padanya, jujur akan sangat sulit untukku".
"Sebenarnya aku juga takut mas, aku takut cintamu terbagi, dan kau akan meninggalkan ku".
Lalu mas Rafael mendekapku ke dalam pelukannya, dia meyakinkan aku dengan cintanya yang begitu besar, karena untuknya aku adalah harta terbesarnya, tertunduk pilu aku mendengar nya, ku balas pelukannya dan dia mengecup keningku dengan penuh kasih sayang.
Lima hari di Bali ku habiskan waktu dengan berwisata, untuk memperbaiki suasana hatiku yang sudah kacau berantakan, setelah itu aku memutuskan untuk kembali ke rumah, karena urusan di butik tidak dapat ku tinggal lama-lama.
Sesampainya di rumah aku begitu puas dengan dekorasi kamarku yang terlihat lebih mewah dari sebelum nya, nampak Mawar menghampiri mas Rafael dan berusaha mendekapnya, tapi mas Rafael memalingkan tubuhnya dan berjalan masuk ke dalam kamar, dia mengatakan padaku jika dekorasi kamar itu sengaja dia minta yang paling bagus untukku, kemudian aku memeluk mas Rafael sengaja untuk membuat Mawar cemburu melihat nya.
"Terima kasih ya mas, kau memang selalu tau cara membahagiakan ku".
Kemudian Mawar menarik paksa tangan mas Rafael, ternyata dia merajuk dan meminta desain kamar yang tak kalah mewahnya dariku, lalu mas Rafael mengatakan padanya, jika dia harus pergi dari rumah ini.
"Apa kau akan mencampakkan ku mas, apa kak Melati yang memaksamu melakukannya".
"Aku tidak mencampakkan mu Mawar, aku akan mencarikan mu tempat tinggal, kau bisa tinggal disana, dan akan ku cukupi semua kebutuhan mu, ayah akan tetap berada disini bersama kami".
"Kami, apa maksudnya dengan kami, kau tidak akan tinggal bersamaku mas".
Kemudian aku menengahi pembicaraan mereka, ku katakan pada Mawar, jika aku tidak akan serakah, dan memiliki mas Rafael seorang diri, tentu ada beberapa syarat yang harus disetujuinya.
"Untuk beberapa hari ini kau bisa tinggal disini, sebelum mas Rafael menemukan tempat tinggal untukmu, setelahnya kau bisa pindah dan menyetujui beberapa syarat dariku, akan ku pikirkan lagi apa saja yang bisa kau terima dari mas Rafael, karena aku tau, jika kau sudah memikirkan untuk memiliki segalanya yang aku punya di rumah ini bukan, tentu aku tidak bodoh War, sudah ku pikirkan segalanya, jika kau menyetujui nya, aku bisa menerima mu sebagai adik maduku, tapi ingatlah hanya sebagai adik madu, bukan lagi saudara kembarku", seruku dengan tersenyum kecut.
Ku pandang Mawar hanya terdiam dengan mengerutkan keningnya, dia sedang memikirkan suatu hal untuk menyerang ku balik, tapi dia belum menemukan cara yang tepat, aku tau benar jalan pikirannya, lalu dia beranjak pergi dari hadapanku dengan muka masamnya.
Terlihat ayah memandang ku dengan tatapan haru, beliau berterimakasih padaku, karena bertindak adil pada Mawar.
"Ayah tau ini sangat sulit untukmu, tapi kau berusaha adil padanya, bisa saja kau meminta Rafael untuk menceraikan Mawar, tapi kau tak melakukannya nak, sungguh hatimu sangat mulia, ayah sangat beruntung memiliki anak sepertimu", ucap ayah dengan menggenggam tanganku.
...Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Fatimah Afath
sabar ya mel
2022-03-10
0
Jessica melody junior
mending melati cerai saja ama rafael .
2022-02-12
0
Sri Hi Bando
maaf mba sebagai suami Rafael harus memilih antara mawar dan melati karena dalam Islam di haramkan mengumpulkan perempuan yang bersaudara
2022-01-09
3