Terlihat Mawar hanya menundukan wajahnya, dia tidak berani menatap wajahku, dan aku membentak Mawar dengan amarah yang sudah memuncak di kepalaku, kenapa saudara kembarku begitu tega padaku, risih rasanya harus berhadapan dengan dua orang yang telah menghianati ku, tapi aku harus tegar dalam menghadapi masalah serumit ini, aku meminta Mawar menjelaskan semuanya, dengan suara bergetar dia menceritakan segalanya padaku.
"Maafkan aku kak, sebenarnya semenjak aku datang ke kota ini, aku tidak sengaja bertemu dengan mas Rafael di kantor tempatkh bekerja sekarang, aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama, aku begitu mengagumi sosoknya yang terlihat tampan dan menawan, aku mengira dia bekerja di kantor itu, tapi nyatanya tidak pernah lagi aku menjumpai nya disana, sampai akhirnya aku harus menetap di kota ini, dan ayah menyarankan ku untuk tinggal bersamamu dan juga ibu, nyatanya kalian sudah memiliki kehidupan masing-masing, ibu yang sudah memiliki suami baru, mana mungkin aku bisa tinggal bersamanya, dan ketika aku tau kau pun sudah menikah, aku gelisah harus bagaimana, apalagi aku harus meninggalkan ayah di desa dengan keadaan yang sakit-sakitan, lalu aku menelepon mu dan mengatakan segalanya tentang keadaan ku, kau sendiri yang meminta ku untuk tinggal di rumahmu dengan membawa ayah kesini, dan begitu aku tau suamimu adalah lelaki yang pernah aku taksir sebelumnya, hatiku begitu kecewa, kenapa harus kau yang menjadi istrinya, seandainya aku tidak tinggal di desa bersama ayah, pasti akulah yang akan menjadi istri mas Rafael, karena aku tidak kalah cantiknya denganmu, setiap hari aku semakin jatuh cinta pada mas Rafael, bahkan aku sangat tergila-gila ingin memiliki nya, disaat kau sibuk dengan pekerjaan mu, akulah yang menggantikan posisi mu untuk melayani nya, dan tanpa sadar aku memberikan obat penenang milik ayah, karena aku sudah melihat reaksi obat itu, ketika ayah meminumnya, dia berhalusinasi seakan melihat ibu di rumah ini, dan perlahan ayah tidak sadar dengan hayalan nya, dan aku putuskan untuk memberikan obat itu pada mas Rafael, seperti dugaanku, mas Rafael tidak sadarkan diri dan berhalusinasi seakan sedang bercinta denganmu, aku pun terbawa oleh permainan nya, dia yang memaksaku melakukannya di kamarmu, apa aku salah menerima semua kenikmatan itu, sungguh kak terima saja kenyataan ini, karena sekarang mas Rafael adalah suamiku, dan kembaranmu ini adalah madumu, apa kau tidak bisa berbagi sedikit kebahagiaan mu padaku, karena dari kecil kita tidak terbiasa berbagi apapun, saat ini adalah waktu yang tepat untukmu berbagi suami denganku", ucap Mawar dengan senyum bahagia nya.
Sungguh rasanya ingin sekali aku menampar wajahnya, tapi terlintas di kepalaku tentang ayah yang berada di kamarnya, aku tidak ingin dia mendengar keributan kami, aku takut jika jantungnya melemah, ketika mendengar perdebatan ini.
Oh Tuhan, aku tak menyangka akan sesakit ini rasanya, batinku didalam hati seraya memegang dadaku yang terasa sesak ini.
Lalu ku pukul dadaku yang terasa sesak itu, ingin rasanya aku berteriak sekeras mungkin, jika bukan karena ayahku, mungkin bukan hanya teriakan saja yang akan keluar dari mulutku tapi juga caci maki pada kembaranku yang tak tau diri itu, untuk sekilas aku melirik mas Rafael yang menundukkan kepalanya, dan nampak air mata membasahi wajahnya.
Astaghfirullah, aku tidak kuat ya Allah huhuhu, batinku meratapi nasib burukku.
Tanpa sadar aku menggebrak meja yang ada didepanku dengan sekuat tenaga.
Pyaar...
Kaca meja itu pecah dan tanganku mengucurkan darah yang deras, tak ku rasakan luka yang menyayat pergelangan tanganku ini, tapi mas Rafael sangat panik dan segera menutup luka itu dengan taplak meja yang ada disana, tanpa memperdulikan luka ditanganku, aku melangkahkan kaki masuk ke dalam kamarku, rupanya ayahku mendengar keributan di ruang tamu, dengan dibantu perawat ayah menghampiri ku di kamar, beliau memeluk ku seraya mengucapkan permintaan maaf, ternyata ayahku juga ikut andil dalam pernikahan siri mereka, saat itu juga tubuhku terasa sangat ringan, dan aku kehilangan kesadaran, tubuhku lemas tak berdaya dan terbaring di atas ranjang.
Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri, ketika aku terbangun sudah ada dokter yang memeriksa keadaanku, dokter mengatakan jika luka ku tidak terlalu dalam, sehingga tidak perlu dilakukan tindakan medis lainnya, di dalam kamarku sudah ada ibu dan ayahku, keduanya tertunduk lesu tanpa berani menatap wajahku, sedangkan mas Rafael sedang mengantarkan dokter itu keluar, sedangkan Mawar, entah dimana adik penghianat itu, aku sudah muak dan tidak ingin melihat nya lagi, bebanku terasa begitu berat ketika kedua orang tuaku ikut andil dalam pernikahan siri itu.
"Tolong tinggalkan aku sendiri, aku ingin istirahat".
"Sayang dengarkan penjelasan ibu dulu, sungguh ibu tidak bermaksud menyakiti mu, ibu hanya ingin menyelamatkan masa depan putri ibu saja, jika menurut mu ibu salah, maka anggap saja ibu memang bersalah, tapi ibu melakukan itu semata-mata demi menjaga martabat adikmu".
"Benar Melati, ayah juga terpaksa menyetujui nya, karena Mawar memohon pada ayah, dia menangis karena kesuciannya telah direnggut Rafael, dan tidak akan ada lelaki lain yang mau bertanggung jawab setelah itu, sehingga ayah dengan berat hati menerima pernikahan siri itu".
Aku hanya terdiam dengan berlinang air mata, tanganku yang terkoyak tidak begitu terasa sakitnya, dibandingkan dengan luka hatiku yang menganga lebar.
Kemudian aku meminta mereka untuk keluar dari kamarku, aku merenungi semua yang telah terjadi didalam hidupku, dan ku putuskan untuk mengadu pada Tuhanku, ku ambil air wudhu dan shalat untuk sekedar menenangkan hati, dengan berlinang air mata, aku mencurahkan semua isi hatiku pada Allah, entah sudah berapa lama aku menangis saat itu, sampai akhirnya aku tertidur di atas sajadahku.
Ketika aku terbangun memang hati ini sedikit terasa lega, walau aku masih belum percaya dengan apa yang telah terjadi padaku, lalu aku bangkit berdiri dan menghembuskan nafas panjang, ku lipat mukena dan sajadahku, setelah semalaman aku meminta petunjuk pada Allah, dan aku putuskan untuk tidak gegabah mengambil keputusan, bagaimanapun mereka adalah orang-orang yang ku sayangi, meski mereka semua telah menghianati ku, segera aku mandi dan menyegarkan tubuhku, setelah itu aku berjalan keluar kamar, ternyata mas Rafael tertidur di sofa ruang tamu.
Kenapa kau tidak tidur bersama istri barumu itu mas, kau pikir aku perduli jika kau tertidur disini, batinku sudah mati rasa, ku tinggalkan mas Rafael disana.
Aku memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar komplek perumahan, menghirup udara pagi yang menyejukkan, tiba-tiba ada seseorang yang menggapai tanganku, ternyata dia adalah mas Rafael yang mengikuti ku, aku menghempaskan tangan nya dan memalingkan wajahku, muak sekali melihat wajahnya di pagi hari seperti itu, membuatku tidak bersemangat lagi untuk sekedar mencari udara segar, aku terus melangkahkan kaki ke taman komplek, dan mas Rafael masih terus mengikuti ku dari belakang, entah apa yang ada didalam pikirannya, mungkin dia takut jika aku bunuh diri di luar rumah, aku tidak sebodoh itu mas, batinku dengan mendengus kesal.
...Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Fatimah Afath
semangat thor
2022-03-10
0
Setian Nurhalimah
agak banyak sedikit cerita ya thor... semangat thor..aku menanti kelanjutan ceritanya...
2022-01-07
1