Setelah berbicara dengan Mawar, nampak Melati bergegas masuk ke dalam kamarnya, dia mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi pribadinya, sesuai prediksi Mawar jika kakaknya akan langsung membersihkan diri sesampainya di rumah, lalu Mawar menghubungi Rafael melalui panggilan telepon, dan Rafael tidak menjawabnya, perlahan Mawar melangkahkan kakinya ke dalam kamar Melati, terlihat Rafael sedang berbaring di atas ranjang, dan Mawar masuk ke dalam begitu saja, sontak Rafael terkejut dan membulatkan kedua matanya menatap Mawar yang terang-terangan berani masuk ke dalam kamarnya.
"Apa kau sudah tidak waras hah, apa yang kau lakukan di dalam kamarku, cepat keluar dari sini sebelum Melati melihatmu", ucap Rafael menarik paksa Mawar.
"Lepaskan aku mas, aku memang sudah tidak waras karenamu, seharusnya kau menghabiskan waktu denganku, tapi kau memilih bersama kak Melati, kau bersenang-senang dengan nya dan memberikan cincin berlian di hari pernikahan kita, seharusnya kau bersikap yang sama denganku, apa kau tidak bisa adil pada kedua istrimu, kenapa hanya kak Melati saja mas, aku ini juga istrimu meski kita menikah secara siri, jika besok kau tidak menghabiskan waktu bersamaku, aku akan mengatakan segalanya pada kak Melati, buktikan saja ucapanku mas, jika kau benar-benar mengacuhkanku lagi", ancam Mawar dengan wajah kesal.
Kreeaak...
Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, nampaknya Melati sudah selesai membersihkan tubuhnya, lalu Rafael meminta Mawar kembali ke kamarnya, tapi Mawar menolak dan tetap berdiri di depan pintu kamarnya.
"Baiklah besok aku akan memberikan semua yang kau mau, tapi sekarang juga tinggalkan tempat ini".
Setelah itu Mawar mengecup wajah Rafael, dan kembali ke kamarnya dengan hati yang berbunga-bunga.
"Apa yang kau lakukan disini mas?", tanya Melati seraya menepuk pundak Rafael, dan membuat jantungnya berdegup kencang.
"Ehmm aku aku ingin memanggil mbak Saroh, biasalah sayang aku harus meminum minuman hangat sebelum tidur", jawab Rafael berbohong.
"Mandilah aku akan membuatkan teh hangat untukmu".
Lalu Melati pergi ke dapur, nampak mbak Saroh sedang duduk melamun disana, Melati menyapanya, tapi mbak Saroh terlihat gugup setelah melihatnya, seakan ada yang ingin dia katakan tetapi dia hanya tertunduk diam.
"Ada apa mbak Saroh, jika ada yang ingin dikatakan, jangan sungkan-sungkan", ucap Melati seraya menyeduh teh di secangkir gelas.
Sebenarnya aku curiga dengan perilaku mbak Mawar, dia mengecup wajah suami kakaknya sendiri, tapi aku ragu untuk mengatakan nya, aku tidak ingin terjadi masalah di keluarga ini, karena mbak Melati sangat baik kepadaku, batin mbak Saroh yang ternyata melihat Mawar dan juga Rafael.
"Anu mbak tidak ada apa-apa, saya hanya merindukan keluarga di kampung saja".
"Apa mbak Saroh ingin ambil cuti untuk pulang ke desa".
"Tidak usah mbak, saya akan tetap bekerja saja, kan video call dari sini sama saja, sudah mengobati rindu", jelas mbak Saroh yang tidak tega meninggalkan Melati bersama adik kembarnya yang picik.
Keesokan paginya, Melati sudah menyiapkan sarapan untuk suaminya, dan Rafael bergegas untuk memakannya, nampak Mawar tidak ikut sarapan pagi itu, Melati yang menghawatirkan adik kembarnya segera mendatangi nya di kamar, lalu Mawar mengatakan jika pagi itu badannya agak demam, dan dia sudah ijin libur pada staf di kantornya, Melati menawarkan untuk mengantarnya ke dokter sekalian mereka akan berangkat bekerja, tapi Mawar menolaknya dengan alasan ingin istirahat saja di kamar, tapi tiba-tiba Mawar datang menghampiri nya disaat Melati dan Rafael memasuki mobil.
"Kak bolehkah aku menumpang sampai di klinik, sepertinya aku harus chek up ke dokter".
"Tentu saja War, tadi kan aku sudah mengajakmu dan kau menolaknya, cepat masuklah", sahut Melati dengan menyunggingkan senyumnya.
Disepanjang perjalanan Rafael hanya terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Mawar mengatakan pada mereka, jika klinik dokter yang ingin dia kunjungi belum buka, karena dokternya belum datang di jam pagi seperti itu, lalu Melati meminta Rafael untuk mengantarkan Mawar ke Rumah Sakit yang dekat dari kantornya.
"Mas kau antarkan aku ke butik dulu, setelah itu kau bisa langsung membawa Mawar ke Dokter, kan jarak Rumah sakit ke kantormu sangat dekat".
Setelah menurunkan Melati di depan butik nya, Rafael segera pergi dari sana, lalu Melati memibta Rafael untuk menghentikan laju mobilnya, karena dia ingin duduk di depan bersamanya.
"Kau tau kan mas, aku tidak sakit, aku sengaja mengatakan itu pada kak Melati supaya dia tidak curiga, jika aku ingin satu mobil dengan kalian, sekarang kau harus memberikanku cincin berlian seperti kak Melati, aku juga ingin mendapatkan hadiah darimu mas, setelah itu kita ke hotel untuk bersenang-senang".
"Aku tidak mungkin mengajakmu ke hotel, apa yang akan dikatakan orang, jika mereka melihat kita kesana bersama, setelah memberikanmu cincin berlian, aku akan langsung ke kantor".
"Kali ini kau tidak bisa menolak ku mas, jika kita tidak bisa bersama di hotel, di rumah juga tidak apa-apa, aku ingin kau memenuhi kebutuhan lahir dan batinku mas, karena kita tidak bisa melakukannya jika kak Melati ada di rumah, apalagi di hotel, di tempat umum seperti itu, akan banyak orang yang melihat kita, kau pilih saja mau melakukannya di hotel atau di rumah".
"Baiklah kalau itu mau mu, kita kembali ke rumah saja, tapi jangan sampai mbak Saroh melihat kita bersama, apalagi perawat ayah ada di rumah di jam-jam ini, kau harus mengatur supaya mereka tidak melihatku bersamamu".
Singkat cerita setelah membelikan cincin berlian untuk Mawar, Rafael memacu mobilnya kembali ke rumah, sengaja Mawar masuk ke dalam rumah terlebih dulu, untuk mengatur rencana supaya mbak Saroh dan perawat yang ada disana tidak melihat Rafael yang akan masuk ke dalam kamar Mawar, tapi nyatanya mbak Saroh baru saja pulang dari pasar dan menyapa Rafael yang baru turun dari mobilnya.
"Loh mas Rafael tumben sudah pulang, apa ada yang ketinggalan mas", sapa mbak Saroh seraya masuk ke dalam rumah.
"Hmm tidak ada mbak, kebetulan pekerjaan di kantor tidak terlalu banyak, jadi aku bisa mengerjakannya dari rumah".
Diam-diam Rafael berjalan ke arah kamar Mawar, sedangkan Mawar sedang membuat sibuk mbak Saroh dengan memintanya membelikan obat ke apotik.
"Mbak Saroh tolong tebus kan resep obat ini ke dokter ya, jika sudah berikan saja pada perawat, karena ayah harus segera meminumnya".
Setelah itu mbak Saroh pergi dari rumah tanpa perasaan curiga, meski mbak Saroh sempat bertanya-tanya didalam hatinya, karena tidak biasanya Rafael bekerja dari rumah, sementara perawat yang merawat ayahnya sedang sibuk melakukan terapi dengan ayahnya di taman belakang, bagaikan gayung bersambut, tidak ada halangan lagi untuk Mawar menghabiskan waktu bersama suami barunya, dia melangkahkan kakinya ke kamar, disana sudah ada Rafael yang sedang duduk dengan menundukkan kepalanya, terlintas di kepala Mawar jika dia akan memberikan obat kuat yang kemarin dibelinya.
Untung saja kemarin aku sempat membeli obat kuat untuk mas Rafael, aku ingin dia melakukannya dengan sadar, tidak seperti kemarin, kami melakukannya begitu saja, dan mas Rafael dalam pengaruh obat penenang, kalau dia meminum obat kuat yang siapkan untuknya, dia akan semakin berhasrat padaku, batin Mawar dengan tersenyum licik.
...Berikan dukungan untuk Author yuk kak, jangan lupa tekan tombol like dan favoritnya, berikan Vote dan hadiahnya juga ya, terimakasih 🙏...
...Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Yuni Mardini
rafael kan gk suka mawar kenapa mau melayani mewar kan kejadiannya pas gk sadar juga bukan karena suka sama suka
2022-03-11
1
@🍫ᶜᶠ⃝❥︎𝙅eon𝙅ungkook♕ᶠ²ᶜ🌠
kak novii.. kakak kemana aja kak
2022-01-21
3