Tiga hari kemudian mas Rafael sudah mendapatkan tempat tinggal untuk Mawar, dia menyewa sebuah rumah sederhana untuk istri mudanya itu, ketika aku berangkat ke butik di antar oleh mas Rafael, dia mengatakan padaku, jika rumah untuk Mawar sudah siap ditempati, dan sore hari nanti setelah mereka selesai bekerja, mas Rafael akan membantu Mawar untuk segera pindah ke rumah sewaan nya itu.
"Kau menyewa nya mas, bukankah kau bisa membelikannya sebuah rumah, aku yakin dia tidak akan senang setelah mendengarnya", ucapku dengan membayangkan wajah Mawar yang masam.
"Mau bagaimana lagi sayang, meski aku adalah CEO di perusahaan, aku tidak bisa sembarangan menarik uang dalam jumlah yang besar, karena papaku lebih memiliki wewenang disana, dia akan curiga dan menanyai ku macam-macam, aku tidak ingin orang tuaku mendengar berita pernikahan siriku sebelum aku siap mengatakan nya pada mereka, mereka pasti akan sangat kecewa padaku, apalagi papa sangat menyayangimu seperti anaknya sendiri, karena dari dulu papa sangat ingin memiliki seorang anak perempuan, dan setelah kita menikah, papa lebih menyayangimu daripada aku".
Ya aku tau itu, jika papa nya lebih menyayangi ku daripada mas Rafael, tapi mamanya tidak seperti itu, karena mama mertuaku selalu menginginkan yang terbaik untuk putranya, seperti memintaku untuk segera memberikannya cucu, tapi apa boleh buat Allah belum memeberikan kepercayaan padaku untuk mengurus seorang anak, mama mertuaku selalu mendesak ku untuk tidak terlalu sibuk di butik, dan segera memberikannya penerus, tapi mas Rafael tidak pernah memaksaku untuk segera memiliki momongan, meski segala cara telah kami lakukan untuk memiliki momongan, tapi aku belum juga mengandung.
"Sayang kau yang semangat bekerjanya ya, malam nanti ketika kau pulang ke rumah, keadaan akan kembali seperti semula".
"Tidak mungkin mas, semua sudah terjadi, keadaan akan segera kembali setelah kau menceraikan Mawar".
"Aku pasti akan melakukannya sayang, tapi setelah itu aku harus menemukan pasangan yang tepat untuk Mawar, supaya kedua orang tuamu dapat menerima perpisahan kami".
"Terserah kau saja mas, aku tidak tau harus berbuat apa lagi", sahutku seraya melangkahkan kaki ke dalam butik.
Hari itu aku disibukkan dengan pelanggan ku yang mengajukan beberapa komplain, karena pegawai ku melakukan kesalahan, aku pun meminta maaf dan memberikannya kompensasi dengan memberikan gaun gratis untuknya, terlihat pegawai ku meminta maaf berkali-kali, karena dia tidak sengaja melakukannya, tentu aku memahaminya, karena dia belum terbiasa menghandel semua pekerjaan ku, baru kemarin saja aku meninggalkan urusan butik padanya, Ratih adalah pegawai kepercayaan ku, dia yang menangani urusan di butik selama aku pergi berlibur, ku katakan padanya untuk belajar dari kesalahan nya, sehingga dia tidak perlu merasa bersalah lagi, setelah aku mengajarinya beberapa pekerjaan yang belum bisa dikerjakan nya, dia pun mulai memahami semuanya, tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat, aku menghubungi mas Rafael untuk segera menjemput ku, tapi dia tidak mengangkat telepon ku.
Apakah mas Rafael belum selesai membantu Mawar beres-beres, kenapa dia tidak menerima telepon ku, batinku penuh tanya.
Ku putuskan untuk memesan taksi online, dan sesampainya di rumah tidak ku lihat mobil mas Rafael di garasi, lalu aku meneleponnya kembali dan tetap tidak ada jawaban darinya.
Kreak...
Ayah membuka pintu kamar dan mendorong kursi rodanya, segera ku langkahkan kaki menghampirinya, ayah memandang ku dengan wajah sendu, dan ku tanyakan apa yang membuatnya bersedih seperti itu.
"Sebenarnya ayah tidak menyetujui pernikahan Mawar dengan Rafael, tapi ibu dan adik kembarmu itu memaksa ayah, bukankah tidak diperbolehkan didalam agama jika menikahi kakak dan adik sekaligus, karena itu akan memutuskan hubungan persaudaraan di antara kalian berdua, ternyata larangan itu ada benarnya, karena setelah semua itu terjadi, hubungan mu dengan Mawar menjadi renggang, kalian bermusuhan seakan kalian bukan saudara kembar, jika boleh ayah sarankan, mintalah Rafael untuk menalak Mawar, dan carikan jodoh yang tepat untuknya".
Tersentak aku mendengar ucapan ayah, beliau berusaha tegar mengatakan itu semua, aku tau sebagai seorang ayah, akan sulit baginya mengatakan hal itu, tapi beliau berusaha ikhlas dengan memintaku menjelaskan keberatannya pada mas Rafael, aku pun paham dengan alasan ayah, yang tidak ingin kedua anaknya menjadi bermusuhan seperti sekarang, karena sejak kecil aku dan Mawar sudah terpisah, sampai akhirnya kami bertemu kembali setelah sama-sama dewasa, tapi takdir kembali memisahkan kami berdua karena dia menjadi maduku.
Setelah menenangkan ayah dan meyakinkan nya jika aku akan membahas hal itu dengan mas Rafael, aku membawa ayah kembali ke kamarnya, lalu aku ke dapur dan membuat teh hangat, kembali ku lirik ponsel ku sudah hampir jam sepuluh malam, tapi mas Rafael belum juga kembali ke rumah.
Kenapa mas Rafael belum pulang ya, aku juga tidak dapat berbicara dengannya, sebenarnya apa yang sedang dia lakukan, batinku resah seraya mengaduk secangkir teh yang mulai dingin.
"Mbak Melati teh nya tumpah-tumpah loh", seru mbak Saroh menyadarkanku.
Ternyata teh yang ku sedih didalam cangkir tumpah-tumpah ketika aku mengaduk nya, lalu mbak Saroh menawarkan untuk membuatkan ku teh yang baru, aku pun berjalan gontai ke kamar, merebahkan tubuhku yang terasa sangat lelah, ingin sekali aku menghubungi Mawar dan menanyakan dimana mas Rafael berada, tapi aku mengurungkan niatku, karena dia nanti pasti akan membuatku marah saja.
Setelah selesai mandi aku meminum teh hangat buatan mbak Saroh, aku duduk di depan jendela kamar dengan memperhatikan pagar rumah, tidak ada tanda-tanda jika mobil mas Rafael akan datang, kembali ku hubungi ponselnya, panggilan pun tersambung tapi mas Rafael tidak menjawab ucapanku, dan terkejutnya aku ketika ku mendengar suara-suara aneh diseberang telepon sana, ya aku mendengar suara erangan seorang perempuan, dan aku dapat mendengar juga suara rintihan Mawar bersama mas Rafael, bagaikan tertusuk pisau tajam di jantungku, perih dan sakit sekali rasanya, kenapa dia tega melakukan semua ini kembali.
Apa yang kau lakukan bersama Mawar mas, jahat sekali kamu mas huhuhu, kau sengaja mengangkat telepon ku ketika kalian melakukan hubungan itu, gumamku dengan berderai air mata.
Kemudian ku lemparkan ponselku karena tidak tahan lagi mendengar suara mereka, ketika melakukan permainan panasnya, jantungku serasa berhenti berdetak untuk sesaat, ku pukul dadaku yang terasa sesak, lalu mbak Saroh datang menghampiri ku dan memberikan minum supaya aku sedikit tenang, ku hirup nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan, sontak aku menjerit dan menangis sejadi-jadinya, tanpa ku katakan apapun seakan mbak Saroh tau penderitaan ku, dia memelukku dan menenangkanku, ya saat itu aku hanya butuh pelukan supaya bahuku dapat kembali berdiri tegap, lidahku seakan kelu hanya tangisan saja yang mampu keluar dari mulutku.
Dret dret dret...
Ponsel ku tiba-tiba bergetar, mbak Saroh mengambilnya, ternyata itu adalah panggilan telepon dari Mawar, mbak Saroh sengaja meletakkan kembali ponsel ku, dan ku minta padanya untuk memberikan ponsel itu, setelah ku sentuh tombol terima panggilan, terdengar suara nafas Mawar yang tersengal-sengal, dia mengatakan padaku jika tadi tidak sengaja menerima panggilan telepon ku ketika mereka sedang bercinta di rumah barunya, tubuhku kembali tersentak dan aku jatuh tersungkur ke lantai, rasanya seperti Mawar sedang meledek ku dan menertawakan keadaan ku saat itu.
...Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Fatimah Afath
semangat thor
2022-03-10
1
Laila PurnamaSari
lanjut kk...semangat kk....💪💪💪💪💪💪💪
2022-01-10
1