"Buhagh!" Ranggi ditendang oleh salah satu pemimpin 20 orang itu sampe terpental sejauh 2 meter.
Noparents, sebuah geng besar yang sebagian besarnya diisi oleh orang dewasa berusia 20 tahun hingga 30 tahun.
Geng terbesar di kota Bandung dari 3 geng lainnya. Mereka adalah yang paling sukses dan paling kuat dari segi kekuatan dan pengaruh.
Mereka adalah professional yang jarang ikut turun tangan dan tawuran, tidak seperti sebagian geng. Pada dasarnya Noparents bukanlah geng motor.
"Kita tidak ada urusan dengan kroco, kenapa kau ingin melawan kami?! Hah" ucap si ketua unit pengintai tersebut.
"Pergilah! Jangan ganggu Keisal, dia sedang mabu— aakkgh" Ranggi belum selesai bicara, ia sudah ditendang kembali oleh si ketua unit.
"Cih, mengirim kroco untuk menghadapiku. Kau pikir aku remeh!!? Namaku Bandak Wamugi! Ingat namaku Keisal brengsek!!" Bandak berjalan mendekati room 17.
Tidak lama sebelum sampai ke room 17. Seseorang melempar bola basket ke anak buah paling belakang.
Ditambah seseorang berlari lalu melompat.
"Maetobi Geri!" Tendangan melompat Fernando muncul dan mendorong 10 dari mereka yang berjajaran menggunakan tendangan yang dilakukan sambil melompat seperti domino yang dijatuhkan.
"Hahaha, Siapa yang kepikiran bawa bola basket saat gelud." ucap Hasan yang mengambil bolanya kembali.
Datanglah si Roaster handal, tukang pemanas situasi, pengendali moral musuh, peruntuh konsentrasi dan masih banyak sekali julukannya.
"Apa ini, cuma 20 orang? Seginimah sekali centil juga cukup." Danawi si pembuat onar telah datang.
"Danawi is back, Danawi is back hahaha." dengus si Vicky sambil membawa pemukul.
Lalu datang algojonya Troy-Skusher, Wargiant. "Big Rock, muehehehe." si monster dengan tinggi 2 meter dan berat 120kg.
Timbullah keributan didalam Little Seoul, mereka semua berantem dengan brutalnya. Ranggi sudah pasrah, hanya bisa memberikan segalanya pada keadaan yang ada.
"Tukang onar!" Bandak mengalahkan Danawi.
Keisal keluar dari ruangannya, ia sudah mabuk berat oleh Whisky dan ketika terkena alkohol, anehnya dia lebih jinak, biasanya agak menggila.
"Ahahahaha, wuhuu pertarungan. Ayo kakak-kakak berjas hitam!! Kalahin bocah bocah brengsek itu." Keisal yang mabuk malah mendukung Noparents agar menang melawan eksekutifnya sendiri.
Ranggi menyelinap untuk melihat kondisi di luar, ternyata semua eksekutif sudah menyiapkan pelarian dengan sepeda.
Berhubung Braga adalah area yang tidak mengizinkan kendaraan motor dan mobil masuk.
"Ah sial, mulai berdatangan orang dari luar." Ranggi masuk kedalam kembali.
"Bagus Fernando! Oi!! Sisakan satu yang dasi merah, dia Urfana!!" Keisal melihat orang dengan postur tubuh sepantar dengan Urfana, begitu juga dengan rambutnya.
"Yang mana? Bos?" tanya Fernando.
"Bosnya pake dasi merah sendirian, Keisal pengen dia." jawab Hasan.
Unit tersebut hanya tersisa satu orang, yang dimana ia adalah Bandak, orang yang Keisal lihat sebagai Urfana.
Unit yang Noparents kirim hanyalah tim pengintai, bukan petarung, dengan percaya dirinya Bandak bisa mengalahkan Keisal dalam sekejap dengan membawa 19 orang bersamanya.
Bagi Keisal, melawan 50 orang dewasa tidak ada apa-apanya. Terlebih lagi jika darahnya sudah memanas dan menyatu dengan narkoba, Keisal bertarung lebih liar, mengabaikan beladiri yang ia pelajari.
Keisal menendang wajahnya, menyikutnya, bahkan menjenggut Bandak dan membuatnya berlutut.
Ranggi meminta Keisal untuk berhenti, Keisal menurut dan mundur.
"Ada yang ingin kutanyakan, siapa yang mengirimu kemari? Mesti ini zona merah untuk geng tapi kalian memberanikan diri untuk mencari masalah dengan kami." tanya Ranggi.
Bandak menertawai Ranggi.
"Hei cebol, kami sudah menghubungi tim petarung, mereka akan datang kemari dalam jumlah 200 orang. Kami punya kekuasaan di pihak kepolisian dan kami punya uang untuk membeli hukum! Mampuslah kalian." Bandak menertawakan mereka karena akan mampus nasib semuanya jika sudah berurusan dengan Noparents.
Tanpa basa-basi, Vicky langsung mengayunkan pemukulnya ke kepala Bandak, "Dia berisik, jadi harus gue disiplinkan."
"Jadi memang mereka ditugaskan untuk membuntuti Keisal, tapi apa mereka benar-benar memanggil bantuan? Bukannya 200 orang terlalu berlebihan untuk zona merah?" Hasan mencoba membaca maksud dari Bandak.
"Itu hanya gertakan, belum tentu benar." ucap Ranggi
Keisal mabuk berat dan tertidur saat itu juga, Wargiant kemudian menggendongnya.
Ranggi memutuskan untuk membagi tim untuk pelarian. Anggota Noparents sedang berkeliling mencari keberadaan Keisal dan kawan-kawannya.
Wargiant membawa Keisal pergi menggunakan pintu belakang Bar bersama dengan Hasan dan Danawi yang menjaganya.
Fernando dan Vicky akan pergi bersama dengan Ranggi.
"Tunggu, sepedanya ada 4?" Ranggi lupa menghitung.
"Biarin aja, itu hasil maling." ucap Vicky. Ia memimpin jalan didepan dengan sepedanya.
Orang-orang melihat mereka pergi dengan sepeda layaknya terburu-buru. Sedangkan tim Keisal berjalan melewati gang kecil yang lebih sepi untuk tidak menarik perhatian banyak.
Noparents telah tiba di baris depan, mereka menghalangi rute kabur untuk Ranggi. Alhasil mereka harus mengambil rute lain.
"Oi!! Ambil ke arah sana!" teriak Ranggi.
Dikepung juga dari daerah sebaliknya. Mereka bertiga melepas sepedanya dan lari ke gang kecil untuk mempersempit Noparents yang terlalu banyak.
Vicky kemudian memutuskan untuk mengajak mereka semua lari ke gang yang kecil, jalanan yang sama dengan yang diambil tim Keisal namun terhalang tembok sehingga rutenya beda.
Noparents yang mengetahui adanya keributan yang diatasi polisi langsung turun tangan mengatasi masalah itu disana.
"Anjir kaya dikejar geng baseball hahahaha!" ucap Danawi, meledek Fernando, Ranggi dan Vicky.
"Danawi, tidak boleh begitu." ucap Wargiant dengan lemah lembut.
"Nggrrkkk......." Keisal mengorok dibelakang Wargiant.
"Kalo gitu kita harus manggil anak-anak. Kita harus evakuasi, lagian kita ga pake seragam." Hasan memasang topi di kepala Keisal supaya tak dikenal.
"Bentar lagi nyampe jalan, kita naik angkot aja." kata Wargiant.
Keisal dan Ranggi meninggalkan motor mereka berdua di parkiran daerah Braga.
Tim Ranggi benar-benar berhasil mengalihkan perhatian Noparents pada mereka, sang Bos dan kedua temannya telah berhasil evakuasi dengan kendaraan angkot.
"Hosh hosh hosh!!" Ranggi ngos-ngosan, diantara semua eksekutif ialah yang memiliki kecakapan fisik paling lemah.
Fernando kemudian membiarkan Ranggi dan Vicky pergi duluan, "HOI, LARILAH!! Kutahan mereka disini!!"
"Brengsek! Lu jangan sok pahlawan" Vicky malah ikutan berdiri disebelah Fernando.
Ranggi terus berlari dengan paniknya, sampai tidak melihat jalan.
"Aduh!" Ranggi menabrak seseorang dan tersungkur karena lari terlalu cepat.
Berdiri seorang lelaki dengan tinggi 180cm, yang memiliki postur tubuh yang sempurna. Lelaki itu mengenakan jacket sport dan celana sport.
"Christian Galeo?!" ucap Ranggi.
"Si Cebol penjilat Keisal." balas sapaan Ranggi.
"Hei, Hei, aku ingin meminta tolong!" Ranggi berusaha tersenyum meskipun panik, ia mencoba membujuk Christian Galeo.
Christian menghela nafas, ia mengecilkan earphonenya agar bisa berkomunikasi dengan baik.
Ia melihat Fernando dan Vicky sedang dikepung oleh kelompok Noparents yang berjumlah 50 orang.
Christian mencentang Ranggi, "Cetek sih segini mah, tapi bayarannya mahal sih."
Ranggi mengangguk, "Majulah."
Christian melepas jaketnya disebelah Ranggi sambil melangkah, sedikit demi sedikit semakin cepat.
Si senior boxing itu baru saja pulang latihan dan sedang mendinginkan badannya dengan berjalan di malam hari.
Pertarungan jalanan adalah hal yang ia sukai, dan badannya kini malah panas kembali.
Jalanan cukup sepi, tak ada motor dan mobil yang lewat, namun pejalan kaki tetaplah ada meskipun hanya sedikit.
"Rrrooaarr!" Christian maju, ia menggunakan Uppercut dan berhasil menerbangkan salah satu anggota Noparents setinggi 3 meter.
Semuanya terkejut, moral bertarung Noparents langsung berkurang drastis setelah melihat monster itu. Siapa yang tidak tahu?
"Wah, panas lagi badanku." ucap Christian.
Ranggi yang melihat dari kejauhan benar-benar tercengang melihatnya.
...Apa benar orang ini kalah dari Urfana??? Gamasuk akal banget...
Orang-orang yang sedang di hotel menonton dari atas.
Banyak anggota Noparents yang datang melalui gang kecil itu, hingga bertambahlah jumlahnya jadi 100.
Fernando, Vicky dan Christian melakukan Team-Up, saling melindungi satu sama lain melawan 100 orang.
Datang anak-anak dari geng Troy-Skusher berjumlah 10 orang.
"Bos, kami dateng 10an!! Kak Danawi memanggil kesini!"
"Danawi, Keisal, Hasan dan Wargiant udah pergi. Kalian bertujuh bantulah mereka, tiga dari kalian antar aku ke parkiran motor. Aku harus mengambil motorku dan punya Keisal."
Ranggi memisahkan diri dari tim dan pergi ke tempat parkiran, sedangkan 7 orang tadi bergabung dengan pertarungan.
"Kyokushin!!" teriak Fernando.
"Boxing!!" teriak Christian.
"Kyokushin lebih kuat!!".
"Boxing lebih cepat!!"
"Boxing payah!!" teriak Fernando.
"Apa katamu??!" balas Christian.
Mereka berdua tiba-tiba berdebat ditengah pertarungan. Bahkan pihak Noparents dan Troy-Skusher saja sampai berhenti dan hanya melihat mereka berdua berdebat.
"Ah... Sialan." Vicky menurunkan tongkatnya dan duduk di sisi trotoar.
Tidak lama setelah itu, terdengar sirine polisi yang datang ke tempat mereka berkelahi.
"Jangan gerak!! Serahkan diri kalian!!"
Yang datang bukan mobil biasa, tapi dua buah mobil Van yang masing-masing berisikan 8 personil.
Semuanya membubarkan diri dari area tersebut, yang patut disyukuri adalah yang paling banyak didalam tempat itu adalah Noparents, sehingga semua anggota Troy-Skusher bisa melarikan diri dengan aman.
Fernando dan Vicky melarikan diri, sedangkan Christian meminta tumpangan untuk pergi ke parkiran tempat dimana Ranggi sedang berada.
"Aman bos, teu aya Noparents."
"Oke kunci motorku aman, btw. Setirlah motor Keisal." Ranggi memerintah salah satu anak buahnya.
Ia langsung menaiki motor Keisal, dan hanya melamun meskipun Ranggi sudah menyalakan motornya.
"Kenapa diem aja!! Nyalain!" Ranggi sudah marah dan tak bisa berpikir apa-apa.
"Kuncinya mana yah?" ucap si anak buah dengan wajah polosnya.
Ranggi tertegun.
...Oh iya ya.........
Nyawa Ranggi seolah hampir melayang, motor kesayangan Keisal yang selalu dirawatnya seperti pacar sendiri harus Ranggi tinggalkan disini.
"Hiiiiiiiiii!!!!!!" Ranggi mulai bertingkah gila, dan teriak teriak panik. Ia menendang-nendang motornya sendiri.
"Bos bos bos!!" ketiga anak buahnya turun dari motor, menahan Ranggi yang bertingkah seolah-olah kesurupan.
Orang-orang yang sedang disana langsung menoleh pada Ranggi dan ketiga anak buahnya.
"Ada yang kesurupan euy." kata bapak-bapak yang lagi duduk sambil makan batagor.
"Biarin aja, disini mah emang banyak yang gitu kang." jawab tukang batagor.
Christian kemudian datang dan menghentikan Ranggi.
"Nih, tadi jatuh pas kita tabrakan." Christian mengembalikan kunci motor Keisal yang sudah disimpan Ranggi sejak awal pembagian tim di Little Seoul.
"Terima kasih Tuhann!! Terima kasih" ucap Ranggi yang lupa bahwa dirinya Atheis.
"Nanti kerjain PR Matematika ku ya, kuberitahu soalnya lewat Socialtext." Christian meninggalkan mereka semua dan berjalan kembali sendirian.
"Uhm, uhm." Ranggi mengangguk, ia merasa senang karena kini semua masalahnya telah selesai."
Hari ini, adalah hari yang terlalu cepat berlalu bagi Ranggi. Namun hari ini bukanlah apa-apa dibandingkan dengan apa yang akan terjadi esok hari. Battle-Royale dari 3 geng di Skusher-Arena.
...Late Night I : Selesai~...
.......Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments