03-08-2016
Corcus sedang berjalan kaki sendirian, ia melewati jalan raya yang dipenuhi oleh pepohonan. Daerah yang cukup jauh dari kota namun memiliki bangunan yang lebih mutakhir dari sebagian tempat di kota Bandung.
Pagi hari itu terlihat ada banyak anak sekolahan yang berjalan menuju sekolah.
"Keisal bilang, bahwa Fadhilah Asmira Putri bersekolah di daerah sini." Corcus mencari keberadaan Fadhilah di sekolah.
SMA Harapan Bandung, sekolah swasta dengan kualitas nomor 1 di negeri ini. Yang dimana hanya orang kaya dan berprestasi yang sekolah disana.
Corcus menggunakan sihirnya untuk membuat replika seragam sekolahan tersebut dan mengganti pakaiannya.
"Hmm, aku merasa ga nyaman dibagian perut." Corcus merapikan seragam sekolah yang ia pakai.
Corcus berjalan masuk kedalam sekolahan tersebut, terlihat ada banyak siswa yang berlarian menuju kelasnya, sebelum belnya berbunyi.
"Ehm... Anu..." terdengar suara gadis lemah lembut yang menyapa Corcus dibelakangnya.
Corcus menoleh ke belakangnya, ia terkejut bahwa orang yang menyapanya adalah Fadhilah.
"Kamu murid baru di sekolah ini? Keliatannya kamu pusing mau pergi kemana, mau aku bantu ke ruang guru?" gadis itu tersenyum dan ramahnya.
"Ma... Maaf, sebenarnya aku mau ke toilet. Aku permisi dulu!" balas Corcus, lari ke arah kanan. Menghilang bersama kerumunan yang berlari juga.
"Tapi disana kan toilet perempuan?"
Corcus bersembunyi di belakang pilar, ia sedang memastikan apakah benar Fadhilah bisa melihatnya? Corcus terlihat sama seperti anak SMA sehingga Fadhilah berbicara layaknya ke orang seumuran.
"Dhilah, kamu lagi ngobrol sama siapa?" tanya temannya Nisya, gadis berkerudung yang sudah dekat dengan Fadhilah sejak pertama ospek sekolah.
"Uhm.." Fadhilah melihat ke arah Corcus berlari, "Engga, tadi cuma ada anak laki-laki yang....Langsung ke kelas...."
"Udah ayo, ke kelas kita." Syifa menarik tangan Fadhilah dan Nisya, mereka berlari menuju kelasnya.
Corcus sudah menghilang dari pandangannya, Fadhilah tadinya ingin mengikuti kemana Corcus pergi karena ia merasa bahwa Corcus hanyalah murid baru yang pemalu.
Fadhilah ingin menjadi temannya, ia ingin menolong Corcus karena merasa kasihan.
Kedua temannya sudah melihat Fadhilah dari kejauhan sejak Fadhilah berbicara dengan Corcus, sejujurnya mereka merasa aneh dengan tingkah laku Fadhilah tak lama ini.
"Sejak kapan gadis itu jadi bisa melihatku?"
Corcus pergi ke toilet perempuan untuk melihat cermin, hasilnya mengecewakan.
Corcus tidak melihat pantulan dirinya di cermin, "Yah, lagipula aku ini arwah. Kenapa aku masih berharap banyak?" Corcus penasaran, penampilan seperti apa yang Fadhilah lihat pada dirinya.
Tak bisa berbuat banyak, ia pun memilih untuk menunggu Fadhilah keluar dari kelasnya.
Ia berkeliling ke kantin, kelas-kelas siswa, ruang guru, lalu berinteraksi dengan kucing untuk menghilangkan bosannya.
Binatang hanyalah satu-satunya makhluk hidup yang bisa melihat Corcus tanpa perlu kemampuan spesial seperti Indigo pada diri manusia.
Setelah 3 jam menunggu, waktu istirahat sudah tiba.
Corcus duduk sendirian di taman sekolah.
Ia melihat ada banyak anak-anak bermain sepak bola, bermain basket, mengobrol dan bermain dengan suka ria.
Tawaan dan kebahagiaan yang terasa sangat asli dan tidak ada tanda kebebanan dalam hidup mereka. Ia
Corcus teringat kembali soal masa lalunya ketika berumur sama seperti mereka.
Tidak ada yang memaksa mereka untuk berperang, tidak ada yang memaksa mereka untuk mencuri demi bertahan hidup, semua anak-anak itu bahagia dan ceria.
Melihat bahwa zaman sekarang sangat berbeda dengan zaman dulu membuat Corcus menangis, bukan karena pada zaman dulu ia tak bahagia.
......Tetapi karena ia pernah bahagia.......
"Ibu.... Kuharap ibu ada disini untuk terakhir kalinya.....Aku sudah meninggalkan dunia dengan lamanya, namun malaikat tak mengangkatku ke langit. Aku......Aku....rindu kalian semua." pecah tangisnya, Corcus menangis seperti anak kecil.
Terkadang, manusia harus menerima nasibnya. Dimana ia tak bisa memiliki kehendak untuk lahir kapan dan ingin kehidupan seperti apa.
Dan kali ini yang bisa ia lakukan hanyalah melakukan tugasnya, membantu Urfana dan berharap tubuhnya akan diterima di surga sana.
...----------------...
03-08-2016
"Ketika Kovern-Talok ingin menyatukan negeri kita ini, apa pendapatnya ketika ia melihat bahwa Nusantara berpecahan?" tanya seorang guru sejarah di salah satu kelas IPS.
Fadhilah mencoba mencari jawaban di buku sejarahnya. Namun terlambat saat ia ingin menjawab, ada satu orang yang langsung mengangkat tangan dengan percaya diri.
"Kovern-Talok mengatakan, bahwa negeri ini membutuhkan seorang pemimpin cerdas dan berkarisma yang mampu membawa perdamaian bagi perpecahan kerajaan dan juga pengusiran penjajah." laki-laki berkacamata itu menjawab pertanyaan gurunya dengan benar.
Di kelas ini, tak aneh jika Fadhilah yang terkenal sebagai peraih nilai UN tertinggi tahun ini adalah yang terpintar di kelasnya, namun fakta bahwa ada satu anak yang tak terkenal memiliki prestasi khusus bisa menggunggulinya.
Kobayashi Rion, lelaki berdarah Nozomu yang dibesarkan di Nusantara. Ia sama sekali tak berinteraksi banyak dengan orang-orang, tak memiliki ketertarikan pada sosial, dan ekspresinya selalu kaku seperti itu.
Ia adalah murid baru yang menjadi incaran para gadis karena wajahnya yang tampan, kulitnya putih dan rambutnya hitam panjang.
Kedua matanya berwarna biru muda, namun wajahnya seperti orang depresi yang tak menikmati hidup.
1 minggu tak banyak tingkah saja sudah banyak yang membicarakannya.
Secara fisik, Fadhilah tertarik pada orang seperti Rion. Namun ia masih menyimpan rasa cintanya untuk Urfana.
Gadis itu tidak memiliki kebebasan dalam mencintai seseorang, ibunya bahkan berencana untuk menjodohkannya dengan salah satu keturunan konglomerat, demi mempertahankan kejayaan keluarganya.
Rion duduk di bangku paling depan dekat jendela, remaja itu seolah-olah sedang terkurung di dalam sangkar burung, ia lebih tertarik dengan apa yang terjadi di luar jendela.
"Saatnya kita pulang teman-teman, sebelum pulang mari kita membacakan doa terlebih dahulu." ucap sang Guru menutup pelajaran hari ini.
Fadhilah, Nisya dan Syifa berjalan barengan ke luar gerbang sekolah. Fadhilah biasa pulang dengan dijemput oleh supir pribadinya.
Seseorang berlari dari arah barat, ia melemparkan petasan yang bisa meledak berkali-kali.
DUAR DAR DAR—
"Naon eta?!" security keluar dari posnya dan pergi ke sumber suara yang ia dengar, sekitaran 30 meter ke bagian sekolah lebih dalam.
Corcus tak sadar bahwa Fadhilah sudah berada di luar sekolah, ia pun lekas mencarinya ke gerbang luar sekolah.
Tak lama kemudian seseorang dengan baju seragam sekolah, melepaskan bom asap besar di bagian depan gerbang sekolah, lalu menutup gerbang dan menguncinya dari luar.
Tidak lama kemudian, banyak orang berseragam sekolah muncul dan mereka melempar bom asap yang jumlahnya banyak sekali, terlebih lagi rute jalanan agak terpencil dari jalan besar dan cukup banyak pepohonan.
Tak lama kemudian, 1 mobil dan rombongan 9 motor datang. Mereka semua turun untuk mencari Fadhilah yang keberadaannya sudah dikonfirmasi di luar gerbang.
"Dapat!" Keisal pertama yang menemukannya, ia langsung menyuntikkan bius ke lengan kanannya.
Anak buah Keisal membawa Fadhilah dengan paksa dan memasukannya ke dalam mobil.
Corcus melihat kejadian tersebut namun ketika dirinya ingin menolong, ia teringat bahwa ia disini untuk memastikan kebenarannya.
Urfana harus berkembang, Corcus merasa bahwa mungkin kejadian ini bukanlah suatu kebetulan dimana Urfana, Keisal dan Fadhilah saling memiliki ikatan.
"Kau harus menderita, jika dia bahagia maka akan lebih banyak orang yang mati. Ia harus menderita supaya lebih kuat, ia harus belajar banyak agar masa depan terselamatkan.....Maafkan aku Urfana, ini bukan waktu yang tepat." Corcus berbalik arah dan membiarkan Fadhilah diculik oleh Keisal. Ia menutup mata dan membiarkan semuanya terjadi begitu saja.
Disisi lain, penculikan berhasil dilakukan tanpa ada perlawanan sama sekali, tentu saja ini tugas yang sangat mudah sekali bagi Keisal.
"Eksekutif Killing-Maniac, ini sangatlah mudah. Kurasa Fatherknight akan merasa sangat bahagia sekali dengan hal ini." ucap salah satu teman Keisal yang berpangkat eksekutif juga di Painraiders.
"Kau bahkan tidak melakukan apa-apa Fat-Pig. Makan saja terus." Keisal merasa jijik harus bersebelahan dengan si jorok Fat-Pig yang badannya gemuk dan besar.
Ranggi sibuk memainkan handphonenya dan membuat laporan yang akan dikirimkan Keisal pada Fatherknight.
"Ngomong-ngomong siapa orang berseragam yang melemparkan bom asap sekolah tersebut? Aku tak menyuruh melempar bom asap setelah petasan." tanya Ranggi.
"Eh? Bukankah itu bagian dari rencanamu?" Keisal menoleh ke arah Ranggi yang duduk paling depan bagian mobil.
"Aku hanya menyuruh seseorang untuk mengkonfirmasi keberadaan Fadhilah dan melemparkan petasan. Yang tanggung jawab kan salah satu anggota Painraiders, aku tak mengenalnya." balas Ranggi.
Orang yang bertanggung jawab melepaskan bom asap di bagian gerbang sekolah adalah Kobayashi Rion.
Rion telah menetralkan salah satu anggota Painraiders setelah melempar bom asap dan menutup gerbang sekolah tersebut, ia bergerak sangat cepat sekali dan membawanya ke tempat yang jauh.
Ia bertindak seolah-olah ia tahu apa yang akan terjadi.
Tujuan menutup gerbang sekolah adalah untuk mencegah keramaian yang ada didalam memancing orang dari luar dan bom asap itu bertujuan untuk menghilangkan pandangan dan membuat orang dari dalam dan luar tidak melewatinya.
"Ternyata benar, kau dari Painraiders." ucap Rion sambil memeriksa identitas pelempar petasan tersebut.
"Brengsek, siapa kau?!" teriak anggota Painraiders, yang mencoba menggertak setelah dijatuhkan ke tanah dan di borgol.
Rion mengeluarkan Glock-19 untuk mengancam bahwa ia tak sedang bermain-main dan tak ragu untuk mengambil nyawanya.
"Aku sudah membunuh banyak orang dengan senjata ini, kau harus menuruti perintahku jika ingin hidup. Aku bisa datang kapan saja meskipun kau bersembunyi di atas menara Eiffel." Remaja sekolahan tersebut menodongkan senjatanya pada anggota Painraiders.
"F*ck you, senjata palsu." ia meludah ke sepatu milik Rion.
Sepatu itu cukup mahal, Rion membelinya dengan harga 3 juta. Ia tak suka jika ada seorang sampah mengotori barang miliknya.
Inner-Evil miliknya keluar dan tak sengaja menarik pelatuk yang membunuh anggota tersebut. Beruntungnya ia agak jauh dari sekolah sehingga tak ada satupun di sekitar yang mendengar suara tembakannya.
"Master bilang bahwa Fatherknight berencana untuk menculik Fadhilah Asmira Putri, yang dimana ia adalah teman sekelasku." Rion meretas handphone milik anggota Painraiders dan menjadikan setiap sosial media sebagai matanya untuk terhubung dengan Painraiders.
Ia kemudian mengecek salah satu aplikasi khusus buatan Undervalue yang dimana terdapat beberapa jaringan informasi mengenai aktivitas organisasi milik para Raja.
Setiap anggota dari satu Raja hanya bisa melihat milik organisasinya, tidak bisa melihat milik organisasi Raja lain.
"Jadi ada eksekutif Painraiders yang umurnya tak jauh dariku? Sepertinya ia akan mengadakan event di salah satu Bar daerah Lembang bersama dengan 2 geng besar lainnya. Tentunya tak bisa kulewatkan."
...Kuharap akan ada sesuatu yang menarik dalam 2 hari lagi, karena hidup jauh lebih menarik dibandingkan belajar di samping jendela....
..........Bersambung..........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments