01-08-2016
2 bulan telah berlalu semenjak tahun pelajaran baru dimulai, seorang remaja bernama Rahmania Urfana itu mulai bersekolah lagi di bangku pendidikan.
Urfana berubah menjadi lebih berotot dan memiliki nilai sosial yang baik di sekolahnya. Meskipun memiliki banyak teman hatinya begitu sepi, semenjak pertemuan terakhirnya dengan Fadhilah, tak pernah saling mengabari kembali.
Ibunda Fadhilah takkan memberikan restu terhadap orang murahan seperti Urfana, setidaknya begitulah yang ada dipikiran Ratu kerajaan, yang duduk dirumah mewah dan hidup jauh dari rakyat jelata.
Urfana memegang prinsip bahwa ia ingin menjadi orang yang bermanfaat, meskipun dunia membenci atau mengutuknya.
"Urfan, ke kantin yok. Aku mau beli nasi goreng." tepuk salah satu teman sekelasnya, ia adalah Fatlan Adipura.
"Bentar, ini lagi contek PR." balas Urfana dengan santai.
Atas kebaikan yang ia perbuat, Urfana mendapatkan banyak teman yang tidak sungkan rela untuk membantunya dalam situasi apapun. Anak itu sudah berjanji bahwa ia akan lebih rajin, namun ia masih belum terbiasa belajar dengan membaca buku.
Kelas yang Urfana tempati tidak lain adalah jurusan Teknik Komputer dan Jaringan, dengan jumlah siswa 34 orang dan siswi berisikan hanya 5 orang.
"Beres aku, sekarang kita bisa ke kantin." Urfana beranjak dari bangkunya dan pergi ke kantin, berdua bersama Fatlan.
Urfana dan Fatlan berjalan melewati banyak kelas sambil melihat-lihat kanan kirinya, kelasnya menjadi salah satu kelas yang berada paling jauh dari kantin. Dan berada di lantai 2, bangunannya panjang.
"Wahahahaha, woi si Fadhli ucingg!" ucap karakter random dari kelas yang dilewati.
Mereka berlarian, bermain kejar-kejaran di sekolah dengan ria. Urfana tersenyum melihat orang-orang tadi.
"Masih main kejar-kejaran, padahal udah kelas 1 SMK" Urfana kemudian terhenti sejenak, "Kelas yang didepan berisik banget."
Fatlan menghela nafas, "Suka bikin penasaran aja."
Pukul 10 pagi, waktu istirahat pertama. Seorang laki-laki sedang dirundung oleh 5 orang kakak kelasnya. Urfana dan Fatlan mendengar kata-kata yang tidak pantas disebutkan.
Mereka memukul, menginjak wajahnya, dan meludahinya. Urfana kemudian mendorong lembut para siswa seangkatan yang menghalanginya.
"Kenapa ikut campur? Mau ikut dihajar juga? Adik kelas?" ucap kakak kelas cebol, yang punya sifat paling menjengkelkan. Danawi
Urfana langsung melayakangkan tinjunya ke Danawi, tinju tersebut langsung ditahan oleh salah satu kawanannya. Urfana kemudian ditendang ke bagian perut oleh Fernando.
Fatlan yang ingin menyelamatkan Urfana takut dan tak bisa masuk kedalam. Kemudian Junadi naik ke atas meja dan melompat, ia menginjak bahu Urfana dari atas dan menumbangkannya.
"Gua gamau ikut campur, tuh bocah buat lu aja." dengus Vicky, yang sedang memegangi Liran.
Urfana yang terkapar tiba-tiba bangun kembali setelah dihajar hingga babak belur. Ia kesulitan mempertahankan posisi berdirinya.
"Hahahaha, makannya jangan belaga jadi pahlawan brengsek." tendang Danawi, menumbangkan Urfana kembali.
Urfana bangun kembali, ia berjalan mendekati Danawi. Ia benar-benar diselimuti oleh aura pembunuh.
Fernando kemudian mendorong Urfana ke arah papan tulis dan membuat papan itu jatuh. Kepala Urfana berdarah, namun itu tak membuatnya berhenti.
"Bocah ini gatau kapan harus berhenti, pecundang harusnya tahu tempatnya. Jadi penonton aja brengsek!!" Fernando melayangkan tendangan 360 derajat.
Urfana reflek menghindari gerakan itu, lalu ia menendang kaki Fernando yang mendarat dluan dan membuatnya jatuh, kepalanya terbentur ke lantai dan itu membuatnya tumbang.
Tak lama kemudian datang seseorang, ia benar-benar sangat ditakuti oleh rumor yang disebarkan anak sekolah, badannya setinggi 183cm, kekar, kulitnya putih blasteran arab. Semua yang menghalangi jalannya akan langsung minggir.
Ia langsung lari mendekat dan melayangkan Karate-Chop pada tengkuk Urfana. Urfana kemudian jatuh tak sadarkan diri.
"Lain kali jangan belaga, kau memukul anak buahku?." ucap orang tersebut sambil mengintimidasi Urfana yang sudah terjatuh.
Semua orang yang mengeroyok Liran kemudian menundukkan kepala mereka didepan sang ketua sekolah SMK 2 Ciwalung sekaligus ketua geng Troy-Skusher, Keisal Saniswara.
"Bos, sebuah kehormatan untuk melihatmu membantu kami!" salam Danawi pada Keisal.
"Bereskan masalah ini, bubarlah. Hei, para domba! bawa kedua bocah itu ke UKS." teriak Keisal pada seluruh personil yang ada dilingkup itu.
5 orang kakak kelas itu pergi meninggalkan ruangan itu, Fernando tidak dibawa ke UKS karena ga ingin keributan, Keisal kemudian menyusul.
"Kak, terima kasih banyak." ucap Liran.
Keisal yang baru berjalan hingga kusen pintu terhenti, ia berbalik melihat Liran yang ia anggap terlalu banyak tingkah.
"Jangan salah paham, aku tidak menolongmu. Berjanjilah untuk tutup mulut di UKS jika kau tak ingin dibantai diluar sekolah. Kau paham?....!" Keisal melotot kehadapan Liran.
Urfana perlahan-lahan mulai tertawa, kemudian agak terdengar lebih keras. Ia sedikit-sedikit mengangkat kepalanya, lalu mencoba untuk bangkit kembali.
"Jangan asal bicara bangsat, kaulah yang akan terbantai." balas Urfana mendengar pernyataan itu.
Semua personil kelas benar-benar terkejut, mereka ketakutan melihat apa yang akan Keisal lakukan selanjutnya.
Keisal sendiri juga sama, ia sudah lama tak mendengar ada orang yang berani berkata itu padanya. Melihat Urfana yang begitu gigih dan terus-menerus bangkit setelah ditumbangkan membuatnya mengingat seseorang.
Keisal tidak membalas apa yang dikatakan Urfana dan memilih untuk pergi dari tempat tersebut. Tak lama kemudian mereka berdua dituntun untuk pergi ke UKS.
Fatlan berlari mendekati Urfana, ia kemudian menggendong Urfana pergi dari tempat tersebut. Liran dituntun berjalan oleh dua orang teman kelasnya, mengikuti Fatlan dari belakang.
Semua orang yang mereka lewati seketika diam melihat ada 2 anak babak belur.
Liran merasa sangat ingin berterimakasih pada orang yang sedang digendong Fatlan, ia merasa bahwa ia sedang melihat pahlawannya.
"Hei, kenapa kau menolongku?" tanya Liran pada Urfana.
Urfana tidak menjawab.
"Kenapa ia diam?" tanya teman Liran.
"Dia sedang tidur." balas Fatlan.
Sesampainya di UKS, Urfana dan Liran langsung dirawat oleh para petugas PMR yang sedia siaga untuk meringankan dan memulihkan kondisi personil sekolah siapapun dan apapun gejalanya.
Fatlan kemudian pergi ke kantin sendirian untuk mencarikan makanan untuk Urfana dan Liran.
Seorang gadis memasangkan perban pada Liran, "Tahan ini bakalan agak sakit."
"Aahh!....Aduhh" Liran mengkikih kesakitan.
"Ada apa sih, sampe kaya gini?" tanya ia, gadis yang bernama Sarah.
Ia adalah angkatan tahun pertama sekolah, yang tak lain adalah angkatan yang sama dengan Urfana dan Liran. Gadis berkerudung dari jurusan Teknik Mesin.
"Kami....kami... Uhm." Liran tak berani mengucapkan apa-apa.
"Sarah, biarin mereka istirahat dulu. Jangan banyak tanya." tegur teman cewenya yang juga PMR.
Mendengar hal itu, Sarah langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan teh tawar hangat untuk Liran.
Liran kemudian mengalihkan pandangannya pada Urfana. Yang saat ini sedang pingsan, tertidur dengan kepala diperban, dan tulang rusuk yang retak.
Para petugas PMR senior berdatangan dan kemudian mengurus Urfana dengan tindakan medis lebih lanjut setelah pertolongan pertama.
"Uhm, teteh? Apa dia bakal gapapa?"
"Panggil Sarah aja, dia gabakal kenapa-napa. Cuma butuh beberapa hari istirahat." Sarah kemudian mendatangi Liran, "Ini, diminum dulu ya."
"Makasih." Liran mengambil teh tawar hijau kemudian langsung meminumnya.
Ia menyemprotkan airnya, "Pa... PAHIT!!"
"Gila, jangan disemprot. Teh hijau bagus buat kesehatan." Sarah menampar Liran dengan pelan.
"Huah, ma... maafkan aku Sarah." Liran meminum teh itu kembali dan menahan rasa pahitnya.
Fatlan datang kembali ke UKS setelah membeli makanan dari kantin, Liran dan Fatlan kemudian memakan-makanannya di ruangan UKS.
Mereka berdua tak lama kemudian menjadi teman dan mengobrol suka ria. Dalam keadaan dimana ada musibah, Urfana menjadi seorang penyatu hubungan baru didalamnya.
Seorang guru berjalan ke arah UKS secara inisiatif. Guru itu adalah guru olahraga, pa Hanto. Secara tak sengaja ia melihat keributan di kelas lantai 2 dan pergi menuju UKS.
Sarah yang mengetahui itu langsung berkumpul bersama Riko dan para seniornya untuk berunding. Bahwa mereka akan mengimprovisasikan kejadian yang menimpa Urfana dan Liran karena Keisal ingin mereka tutup mulut.
UKS sudah menjadi tempat yang Keisal janjikan kontrak bahwa jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan itu ada hubungan dengan dirinya, temannya atau anggota geng yang ada disekolah, UKS yang merawat korban akan tutup mulut.
"Bapa dengar tadi ada masalah, anak-anak berantem?" pa Hanto datang dengan terburu-buru.
Riko mencoba untuk membujuk pa Hanto, "Tolong jangan berisik pa, mereka berdua mengalami luka ringan, mereka cuma jatuh karena main bo..."
"DIA DULUAN PA, KAMI BERANTEM KARENA DIA HINA ORANG TUA SAYA" ucap Liran menuduh Urfana.
"Liran, kau?!" Fatlan terkejut karena Liran menjelek-jelekkan Urfana.
Liran kemudian menyenggol Fatlan, memberikan kode untuk diam.
Demi kebaikan mereka berdua, Liran memutuskan untuk menuduh Urfana dan dirinya sendiri saling berantem, sehingga ketika masuk ruangan BK Tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai ancaman Keisal.
"Jangan bohong kamu!!" marah pa Hanto.
Sial, apa kita ketauan?? , Fatlan panik dalam hati.
"Bapak tahu kalo kamu yang ngehina dia, kamu ngehina dia, terus kamu pukulin dia dari belakang kan?" tuduh pa Hanto. Ia merasa jijik dengan sikap preman Liran dan Play-Victim.
Sarah menghela nafas, "Pa, tolong jangan ribut disini. Pasien yang lain bisa keganggu, disini bukan cuma ada mereka berdua." Sarah mengerti kode Liran.
Pa Hanto tak lama setelah itu, ia memutuskan untuk pergi, "Kamu berdua nanti ke BK." pa Hanto pergi meninggalkan ruang UKS.
Fatlan, Liran, Riko dan Sarah saling tos tangan. Mereka tertawa setelah hal menegangkan telah berlalu. Mereka kemudian memakan jajanan mereka bersama-sama.
"Hei, kayanya aku juga pengen masuk eskul PMR, UKSnya enak banget buat tidur." ucap Fatlan dengan nada riang.
Sarah mendorong Fatlan " Haha, bodoh, yang tidur disini cuma orang yang sakit. Tugas kita jadi pelayan, bukan tidur."
Mereka bertiga asik mengobrol, dan kedepannya mereka menjadi teman satu sirkel. Dengan Urfana sebagai orang yang mereka kagumi.
"Udah bel masuk, sepertinya aku harus ke kelas lagi." Fatlan berdiri dan membereskan sisa makanan di tempatnya.
Sarah pun berpikir demikian, ia memutuskan untuk melepaskan atribut PMRnya dan kembali ke kelas bersama Fatlan dan Riko.
"Liran, Urfana, jaga diri ya!" Sarah melambaikan tangan.
"Iya, makasih banyak Sarah dan Fatlan." balas Liran dengan lambai tangan.
"Namaku disebut terakhir huu."
"Ladies first y"
Waktu istirahat telah berakhir, semua murid di sekolah kembali ke jam pelajarannya masing-masing. Suasana yang tadinya ramai tiba-tiba senyap dalam 1 menit.
Liran berdiri, ia mendekat ke kasur dimana Urfana tertidur lelap.
..."Rahmania Urfana, pahlawan kami semua."...
Pada hari itu, Liran memutuskan untuk mengikuti kemanapun Urfana melangkah, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa apapun yang terjadi. Ia akan mengabdikan dirinya untuk Urfana.
...Karena bagi si pria kecil itu, Urfana adalah rajanya....
.......Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments