Ada rumor yang mengatakan, bahwa ada seorang petarung dengan tubuh yang keras bagaikan baja namun berlapis tanah liat.
Orang yang tidak mengikuti organisasi geng namun ikut sebagai salah satu bagian dari perkumpulan para petarung yang selalu berada di Gym terbesar kota Bandung setiap waktu, berlatih dengan keras, mengikuti turnamen, dan tidak luput dari perkelahian jalanan.
"Lain kali jika bertemu denganku, bawalah uang lebih banyak dan jangan pakai senjata." ucap Christian Galeo, setelah ia meratakan 1 Geng jalanan berisikan 30 orang.
Ya, orang itu cukup terkenal dikalangan remaja yang berkeliaran di dunia malam.
Dengan tinjunya ia mampu mendapatkan apa yang ia inginkan, wanita dan uang menjadi salah duanya.
Orang yang kemampuan tinjunya diakui oleh seluruh ketua geng besar remaja di kota ini, Christian Galeo adalah orang yang tidak boleh diusik dan diganggu.
Seluruh murid di sekolah tentunya berisik, bahwa rumor yang disebarkan oleh Danawi tentunya mengundang banyak perhatian.
"Oi, apa benar Christian Galeo akan bertarung? Siapa lawannya?"
"Aku gatau, namun sepertinya dia anak kelas 1. Katanya orang yang pernah membuat Fernando dari geng Keisal tumbang."
Semuanya berisik, Guru tidak ikut campur karena pertandingan di sekolah adalah hal yang wajar. Bahkan disetiap pertarungan boleh memasang taruhan pada setiap pertarungan.
Aturan ini telah disepakati oleh 3 pihak, yaitu Kepala Sekolah, Keisal Saniswara, dan Sultan Kusuma dari OSIS.
"Hihihi, bisnis bisnis!! Bos Keisal senang kalau ada keributan seperti ini!!" ucap Danawi, yang senang dapat mengambil komisi dari taruhan.
OSIS bergerak untuk mengumpulkan dana taruhan para siswa.
"Sekolah ini..... Ada yang salah, kenapa para guru mengizinkan mereka untuk memasang taruhan dan diam saja?..." ucap Liran, yang ikut masuk ke Gymnasium untuk melihat pertandingan Urfana melawan Christian.
Tidak banyak yang bertaruh, karena minimal bertaruh mesti dengan minimal uang 100rb agar bagi untung kemenangan untuk petarung yang memiliki mayoritas taruhan dapat terbagikan secara merata.
Keisal dan teman-temannya datang ke tempat tersebut. Teman-temannya menyapukan jalan supaya Keisal tak kesulitan lewat.
Keisal duduk di kursi wasit tenis, yang disediakan khusus untuknya, ia bisa melihat kerumunan berkumpul dengan padatnya sekaligus bagaimana pertandingan dimulai.
...Nah, Urfana. Bagaimana kau akan mengalahkanku jika Christian Galeo saja terlihat berlebihan untukmu....
Keisal tersenyum, ia senang karena minggu ini banyak hal yang menarik perhatiannya. Rahmania Urfana dan Fadhilah Asmira Putri menjadi sorotan utama yang mengikat pikirannya.
Rahmania Urfana dari kelas 10 melawan Christian Galeo dari kelas 12.
"Kak Hasan, kali ini kita kedapatan banyak taruhan uang, banyak yang memasang taruhan tinggi pada Christian Galeo. Komisi yang lumayan meskipun terlalu banyak yang menaruh taruhan pada Christian Galeo."
"Orang itu?!" Hasan terkejut melihat Urfana, karena beberapa bulan lalu tak lama ia melihat bahwa ia sedang dihajar Yudhoyono.
Ia ikut bertaruh, namun ia hanya bertaruh pada Christian Galeo yang sudah jelas kemampuannya.
Hampir semua pemasang yang ada disana bertaruh pada Christian Galeo.
"Hmm, kalo gini kita juga sih bos. Yang harus balikin keuntungan para peserta." ucap salah satu anak buah Keisal.
"Lo lakukan aja tugas lo." centak Vicky ke anak buahnya.
Datang Junadi, ia membisikkan sesuatu pada Keisal. Ia pun terkejut, karena ada satu orang yang bertaruh pada Urfana. Bukan hanya soal yang ditaruhkannya, namun nominal yang diberikan juga sebesar 10 juta.
"Siapa??! Di sekolah ini tidak ada yang sekaya itu" tanya Keisal.
Junadi menoleh sana kemari, mencari orang yang bertaruh pada Urfana.
"Akan kucarikan." Junadi bergegas mencarikan Keisal orang yang bertaruh, ia tak begitu mengingat orangnya, dan uangnya disimpan dalam amplop.
"Kau cukup beritahu aku, jangan bawa dia kemari."
Urfana dan Christian Galeo telah mengenakan atribut Tinju, keduanya melakukan pemanasan sebelum memulai pertarungan.
Terlihat Urfana telah membuka mata kanannya, kulit di sekitaran mata yang merah itu berubah menjadi memutih bagaikan orang yang mengalami kelainan pigmen. Orang-orang takkan tahu bahwa mata tersebut sangatlah berbahaya.
"Pivot diperbolehkan, pukulan ke leher dan kebelakang kepala dilarang, pertarungan 3 ronde, siap?." ucap seorang senior dari eskul Tinju.
Keduanya mengangguk dan mundur mengambil jarak.
Christian Galeo terpancing emosi, ia memang terlihat tenang, namun apa yang dikatakan Danawi masih mengiang-ngiang di kepalanya.
Christian maju duluan, ia langsung melancarkan double-jab. Urfana menghindari kedua pukulan itu dengan santai. Ia mundur menjaga jarak.
Meski begitu, Christian tetap maju dan tidak ingin memberikan Urfana kesempatan untuk memukul. Sayangnya pukulan yang dilancarkan Christian itu mampu dilihat oleh Urfana dan ia menghindari itu semua.
Bagaimana tidak terkejut? Semua orang yang menyaksikan terasa terhibur dengan apa yang ditontonkan.
Bocah ini, refleknya bagus. Keisal menilai kemampuan Urfana.
Urfana melancarkan counter jab ke tulang hidungnya Christian, ia pun sekilas kehilangan keseimbangan lalu membalas pukulan Urfana dengan left-hook. Urfana terkena pukulan itu ke bagian bahu kanannya lalu menjaga jarak dari Christian.
Christian sekilas mundur dan tidak percaya bahwa hidungnya mimisan.
"Brengsek...." Christian tidak percaya bahwa kerja keras dan hasil yang ia peroleh selama ini tak bisa digunakan untuk menumbangkan anak kemarin sore.
Urfana memasang kuda-kuda Tinju yang benar, ia telah mempelajari pergerakan Christian perlahan-lahan, mata kanan itu memberi petunjuk bagaimana Christian akan bergerak melalui bahasa yang hanya dipahami oleh sel sel tubuhnya sendiri.
"Ini semua hanya salah paham Christian, semua yang diucapkan Danawi tidak ada benarnya."
Banyak orang menyoraki Urfana karena fitnah yang ditimbulkan oleh Danawi. Orang yang paling mengkekeh itu berdiri disamping kursi wasit Keisal dengan sangat puas.
"Sial, fokus Urfan!!" teriak Fatlan.
Urfana menepis pukulan Cross yang dilancarkan oleh Christian dan ronde pertama berakhir dengan Christian yang masih kuat bertarung. Urfana kehilangan cukup stamina karena melakukan banyak gerakan yang tak perlu.
Mata itu bisa membacakan gerak-gerik musuh, namun Urfana sendiri masih belum terbiasa dengan mata tersebut. Christian sama sekali tidak terintimidasi dengan mata tersebut, ia menganggap bahwa hal itu adalah hal yang sangat biasa.
"Bos, Christian sepertinya unggul dalam pertandingan" ucap Hasan pada Keisal.
"Tentu saja, si brengsek itu mana bisa menang lawan Christian. Meskipun Christian bukan petinju terbaik yang kukenal namun ia sama sekali tidak bisa diremehkan."
FIGHT
Ronde kedua dimulai, mata itu memberikan Urfana kecakapan yang lebih baik mengenai cara melawan balik.
Urfana tidak tahu bahwa matanya bekerja seperti itu, namun yang ia tahu adalah ia bertambah semakin cerdas dan terampil.
Urfana melancarkan 3 kombo secara cepat ke arah Christian. Namun tinju itu tak berasa apa-apa dihadapannya.
"Ternyata ga sakit? Aku pernah ngelawan 30 orang kau tahu?" ucap Christian Galeo.
Urfana kemudian melancarkan 9 pukulan secara beruntun pada Christian Galeo, Christian tidak menahan pukulan itu sama sekali. Ia pun memukul balik Urfana dan membuatnya terjatuh 2 meter.
STOP!
Semuanya bersorak dan merasa senang Christian Galeo telah menang. Mereka memenangkan taruhan dan membuat teman-teman Urfana mengkhawatirkannya.
Namun tak lama kemudian Urfana bangun kembali, ia sempat goyah namun masih bisa bertarung.
"Menyerahlah, setidaknya kau takkan separah dipukul esok hari. Pulang ini kau tetap akan kuhajar." ucap Christian Galeo.
Urfana tak terima, bahwa dia kalah karena lebih lemah dan harus menanggung akibat dari fitnah Danawi.
"Aku tahu, bahwa aku terlalu provokatif dan bangga atas kemampuanku..... Namun entah kenapa aku masih bisa terbangun meskipun rasanya sakit sekali."
Christian kemudian memerintah wasit Tinju untuk memberikan ronde selanjutnya, ia sudah sangat yakin bahwa ia akan menang.
Ronde ketiga pun dimulai dengan Urfana yang agak kesulitan bergerak. Sistem keseimbangan tubuhnya dalam kondisi krisis. Mata itu tetap memberikan intruksi untuk menyerang di bagian yang sudah dibulati.
Urfana berteriak, kemudian ia memukul Christian ke arah Solar-Plexus, lalu melancarkan Uppercut ke dagu Christian.
Christian Galeo mulai merasa mual, ia tak menyangka bahwa Urfana tahu titik kelemahannya.
Urfana melancarkan serangan dengan kombo yang berbeda-beda, Christian menghindari itu semua. Ketika Christian ingin membalas semua pukulan itu, Urfana melakukan Clinching.
Wasit kemudian melepaskan keduanya dan memberinya jarak, semua anggota eskul Tinju tentunya terkejut melihat hal tersebut.
Tidak ada yang mampu bertahan melawan Christian Galeo sejauh itu dan mampu menerapkan beladiri itu dengan terampil.
Christian semakin marah dan kehilangan ketenangan setelah dibalas pukulan oleh Urfana.
Tinju kanan keduanya beradu dan matanya saling menatap. Seketika itu, Urfana tiba-tiba terpancarkan ingatan Christian secara sekilas.
Waktu terhenti secara tiba-tiba, dan hanya mata kanannya tersebut yang bekerja.
Ketika Christian sedang beradu Tinju, ia teringat kekalahannya melawan salah satu ketua geng, yang memiliki Tinju yang tak terlihat.
Ketua geng itu melakukan kombo pukulan yang bisa menumbangkan Christian Galeo dalam sebentar. Dan tidak lama kemudian, keinginan Urfana yang besar untuk membuat Christian tumbang telah membuat perintah baru atas mata itu.
Mata kanan itu mencetak gerakan ketua geng tersebut.
...COPY!!...
Urfana dan Christian kembali ke kuda-kuda dengan jarak 2 meter antar keduanya.
"Pash!! (Paste)" Urfana reflek mengucapkan itu tanpa sadar.
Ia melancarkan kombo pukulan tercepat yang sama cepatnya dengan ketua geng yang dilihatnya dalam ingatan Christian.
Titik yang diserangnya juga sama tepatnya.
Christian tumbang dari kuda-kudanya dan terjatuh. Ia kelelahan dan tak dapat bangun kembali, kesadarannya melemah dan tak mampu bertarung kembali.
Suasana hening seketika setelah kerasnya sorakan penonton saat kedua tinju saling beradu.
Penasaran, tidak percaya, bingung antara kesal kehilangan taruhan atau tertarik setelah pertarungan seru.
"WOAAHHH KAU MENANGG SIALANNN." teriak Fatlan, ia naik ke ring tinju dan mengangkat lengan Urfana setelah menang.
Terdengar satu orang tepuk tangan di keheningan, ia adalah ketua eskul Tinju.
Erlanga Sigantaro, ketua eskul Tinju, kelas 11. Satu-satunya orang yang lebih hebat dari Christian Galeo dalam Tinju di sekolah ini.
"Pertarungan yang hebat, aku sudah mengawasimu sejak awal." Erlanga kagum terhadap kemenangan Urfana.
Keisal terkejut melihat kehadiran Erlanga saat itu, yang dia tahu Erlanga sedang izin pergi ke pertemuan bisnis dengan ayahnya.
Keisal turun mendatangi orang tersebut.
"Erlang? Bukankah kau sedang izin? Untuk urusan—"
"Aku gaboleh datang? Aku balik lagi ke sekolah karena ternyata rekan bisnisku juga anak SMK dan satu sekolah."
"Kau dari tadi menonton pertandingan, apa kau yang bertaruh pada bocah itu?!"
"Sayangnya aku bertaruh pada Christian juga, hahaha." balas Erlanga.
"Lalu..... Siapa?"
Keisal menoleh kesana kemari, ia mencari orang yang pantas membayar taruhan sebesar 10 juta namun tak ada orang yang terlihat cukup kaya dan berani untuk bertaruh pada remaja yang kelihatan lemah itu.
Kemudian tak lama kedua orang keluar dari kerumunan dan berjalan menuju pintu keluar Gymnasium.
"Me.... Melviana?!" Keisal tidak menyangka kehadirannya disini, padahal Melviana telah menjadi sahabatnya selama 4 tahun lamanya, sebelum tragedi membuat mereka berpisah.
"Diam, kau tak pantas bicara padaku." Melviana pergi bersama dengan temannya yang satu lagi.
Keisal diam membatu setelah diacuhkan oleh Melviana, ia benar-benar tak berkutik.
Selang 10 detik percakapan mereka selesai, mereka bertepuk tangan atas pertarungan seru yang telah terjadi.
Tubuh Keisal merasa kedinginan meskipun suasananya gerah dan panas di Gymnasium.
Sejak awal, bagaimanapun hasil pertandingan ini sama-sama akan menguntungkan Keisal, karena ia merekam pertandingan tersebut dan akan memasangkannya di situs gelap milik Fatherknight, yaitu tempat judi tarung.
Ia tak masalah jika Christian menang, ia tak masalah jika Urfana menang. Namun seseorang yang bernama Melviana ini membuat Keisal terdiam cukup lamanya dan tak mampu berkutik.
Ia tak percaya bahwa Melviana, orang yang telah menjadi pendengarnya hingga sebelum tragedi memilih Urfana sebegitunya hingga ia bertaruh sebesar 10 juta untuk kemenangannya.
Tidak ada satupun orang selain Melviana yang bertaruh pada Urfana.
Dingin dan sepi, seperti ditinggal di padang rumput yang terselimuti musim salju.
Matanya merasa mati, kosong.
"Yah, selamat atas kemenangannya, Rahmania Urfana. Kau diterima di eskul tinju." ucap Erlanga yang sedang melakukan sambutan terhadap Urfana.
"Kau berhasil Urfan!" ucap Liran.
"Urfanaa, hebatt." Sarah memeluknya.
"Foto bareng ayo!" Fatlan meminta tolong memfotokan pada orang disana untuk mengabadikan momen bahagia mereka.
Urfana kemudian menikmati momen kemenangannya bersama teman-teman dan ketua eskul tinju disana.
...Bunuh.... Bunuh.... Bunuh..... Bunuh..... Bunuh!!!...
Pikiran Keisal dikuasai oleh hawa nafsu dan niat membunuh yang kuat, ia menatap Urfana dengan mata yang mati. Ia berjanji akan membunuh Urfana setelah ia selesai berurusan dengan Fadhilah.
Urfana menang dan berhasil memulihkan namanya kembali, sedangkan Keisal berakhir dengan menyedihkan dihadapan orang yang ia paling inginkan perhatiannya.
..........Bersambung..........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments