Mama Arini mendengarkan percakapanku dengan Budi. Beliau tidak terima dan hendak memberi pelajaran pada Melisa karena telah mengkhianatiku. Akhirnya aku ceritakan awal pernikahanku yang hanya karena balas budi.
"Rendra, tapi mama tidak suka kamu direndahkan seperti itu!" Mama Arini marah dan tidak terima.
"Ma, dulu saat aku menikah dengan Melisa aku belum tahu kalau aku anak mama jadi mereka tahunya aku orang miskin."
"Cukup sayang, tapi kenyataannya kamu adalah putraku keturunan Hadinata."
Aku memberikan pengertian pada Mama Arini. Aku hanya akan menunggu mereka berubah dan aku sekarang tidak akan lagi menyentuh Melisa mungkin sekarang tubuhnya sudah diberikan pada orang lain. Tiga bulan waktu yang diberikan kakek Hadinata padaku dan setelah itu aku akan bisa hidup sesuai jatidiriku.
"Bud, aku minta rahasiakan dulu identitasku biarkan aku tetap menjadi kuli panggul!" Aku menepuk pundak Budi temanku.
"Siap bos, aku akan setia dengan rahasia ini."
"Bud, kamu tidak boleh berubah, anggap aku Rendra yang dulu."
"Tapi aku tidak bisa."
"Harus bisa dan biarkan bom meledak saat waktunya tiba."
Setelah selesai makan siang bersama mama Arini dan kakek, aku dan Budi menyempatkan menjenguk ibuku yang sedang istirahat dikamarnya. Setelah selesai aku dan Budi pamit karena takut kalau Pak Muchtar marah padaku lagi.
"Rendra, sering jenguk mama ya!" Mama Arini memelukku. Kemudian Mama Arini memberiku sebuah kartu yang bertuliskan Hadinata Family.
"Apa ini Ma?"
"Gunakan kartu ini jika ada orang yang meremehkanmu!"
Aku terima kartu itu dan aku paham maksud Mama Arini. Jika suatu saat ada orang yang tidak mempercayaiku karena penampilanku yang tidak meyakinkan.
"Iya Ma." Aku dan Budi naik ke truk kemudian keluar dari mansionku.
Di jalan Budi terlihat sangat canggung dan gak enak kepadaku.
"Bud, lo kenapa?"
"Rendra, maaf tak seharusnya kamu bekerja kotor seperti ini!"
"Sudah Bud, santai saja aku cuma diberi waktu tiga boleh oleh kakak Hadinata."
Saat kami berhenti di lampu merah aku melihat Melisa sedang ada di dalam mobil bersama seorang lelaki dan mereka begitu Mesra. Aku mengajak Budi mengikuti mobil itu.
"Bud, kita ikuti mobil itu ya!" Aku mengemudikan mobil di belakang mobil yang membawa Melisa.
"Nanti kalau Pak Muctar marah bagaimana?" Budi terlihat sangat takut.
"Budi, kamu tidak usah takut dipecat aku akan menjadikanmu asistenku dan akan membayarmu mahal jika itu terjadi." Mungkin aku sedang emosi tingkat dewa karena melihat istriku mesra dengan lelaki lain.
"Oke lah yang penting aku tetap mempunyai pekerjaan kasihan anak dan istriku."
Mobil yang membawa Melisa berhenti di sebuah hotel kecil di pinggiran kota.
"Bud, aku akan menyelidiki Melisa aku akan menggunakan nama Hadinata dan menunjukkan kartu yang tadi diberikan mamaku.
"Turunlah aku akan menunggu disini."
Akhirnya aku turun dan menghampiri resepsionis Hotel.
"Selamat siang, Tuan ada yang bisa saya bantu?" Resepsionis itu menyapaku dengan sedikit menyepelekan aku.
"Maaf mbak, saya mau tanya laki-laki dan perempuan yang check in tadi bernama Melisa kan?" Tanyaku dengan sopan.
"Maaf Tuan kami harus merahasiakan nama pelanggan kami." Resepsionis itu memandangku jijik.
Budi turun dari Mobil dan menghampiri kami.
"Maaf mbak, tolong kasih tahu atau hotel ini akan kami tutup!" Budi mengancam pegawai hotel itu.
"Menutup Hotel, apa kuasa anda mau menutup hotel hah!" Resepsionis itu menyepelekan kami berdua.
Lalu pegawai itu memanggil security dan kami dibawa ke manager hotel.
(Ini kesempatanku bertemu Manager hotel dan aku akan gunakan kekuatanku untuk mencari tahu apa yang dilakukan Melisa di tempat ini.) Aku tersenyum dalam hati.
"Rendra, ini bagaimana? " Budi terlihat sangat panik namun aku justru tersenyum bahagia.
"Bud, lo tenang aja lo tahu kan siapa aku?" Mungkin aku terlalu sombong tapi semua aku lakukan serapi mungkin.
Saat di ruang Manager Hotel aku didudukkan di sofa bersama Budi. Security yang membawa kami disuruh keluar oleh Manager hotel. Aku melihat Name tag di bajunya Herman. Berarti aku berhadapan dengan Pak Herman.
"Maaf, kenapa kalian membuat keributan di Hotel kami?"
"Maaf Pak, temen saya ini hanya tanya nama wanita yang tadi check in di hotel ini!" Budi langsung menjawab pertanyaan Herman.
"Tapi itu memang privasi setiap pelanggan."
"Pak, saya hanya ingin memastikan itu istri saya atau bukan?" Aku mencoba menjelaskan.
"Pelanggan kami itu orang berduit semua tidak mungkin istri bapak masuk kesini!" Pak Herman masih ngotot tidak mau memberi tahu.
"Pak, saya akan tutup hotel ini jika bapak masih menghalangi saya untuk mengetahui siapa wanita itu."
"Apa kuasa anda menutup hotel ini?" Herman terlihat sangat marah.
Akhirnya saya menunjukkan kartu yang diberikan Mama Arini yang bertuliskan Hadinata Family.
Dan Pak Herman seketika mundur dari hadapanku dan meminta maaf kepadaku.
"Maaf Tuan saya tidak tahu kalau anda tamu kehormatanku."
"Tadikan saya sudah meminta baik-baik seharusnya anda tidak perlu tahu namun semua aku lakukan dengan terpaksa."
Pak Herman akhirnya begitu menghormatiku dan dia menurut untuk melacakkan keberadaan istriku.
Bahkan saya dibawa keruang CCTV untuk melihatnya sendiri.
Mataku tersentak tak percaya saat aku tahu istriku bercumbu dengan lelaki itu.
"Dasar perempuan murahan." Aku mengumpat sendiri karena aku melihat CCTV itu sendiri. Akhirnya aku salin dan ku kirim adegan mesra istriku sebagai bukti.
Aku keluar dari ruang CCTV dan aku mengucapakan terimakasih kepada Pak Herman yang telah membantu penyelidikanku.
Aku dan Budi keluar hotel dan Resepsionis yang menghinaku menjadi sangat ramah kepadaku.
Budi menggantikanku mengemudikan kendaraan kami kembali ke Toko.
Kami dimarai habis-habisan oleh Pak Muctar dan dia mengancamku tidak akan memberi aku dan Budi gaji sebulan full.
Aku tidak peduli karena sekarang aku tidak membutuhkan gaji itu. Dan untuk Budi justru aku akan memberikannya bonus yang besar.
"Rendra, lo gak papa?" Budi masih saja khawatir kepadaku.
"Aku tidak apa-apa Bud, dan untukku gajimu aku yang akan mengganti dua kali lipat." Aku mencoba menenangkan Budi yang mungkin kebingungan karena dia sangat membutuhkan uang gajinya untuk keluarganya.
"Tidak usah Ren , aku ikhlas kok nolongin lo."
"Sudah anggap saja kamu bekerja dan aku membayar."
"Heh...darimana kalian kirim satu tempat kok sampai sore." Toro menghampiri kami dan mengejek kami.
"Heh Toro jaga mulutmu!" Budi berdiri dan hendak memukul Toro.
Aku menarik Budi karena aku tidak mau Budi emosi dan membuka identitasku.
"Bud, sabar tunggu bom itu meledak sesuai waktunya."
Budi mengangguk tanda dia menuruti nasehatku.
Aku dan Budi akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Sebelum aku pulang aku meminta Budi mengirimkan nomor rekeningnya dan aku akan meminta Mama Arini mentransfer uang untuk Budi karena dia bersedia membantuku .
Ketika aku sudah sampai di rumah mertuaku, aku disambut oleh Warsih yang sudah berdandan berlebihan untuk menarik perhatianku.
"Silahkan Tuan Rendra!" Warsih membukakan pintu rumah untukku.
"Mbak, apakah papa sama mama sudah kembali?" Tanyaku pada Warsih.
"Sudah Tuan mereka ada di ruang keluarga."
Aku berjalan ke arah ruang keluarga dimana papa dan mama mertuaku sedang bersantai setelah pulang daru luar kota.
Aku ucapkan salam kepada mereka dan aku duduk bergabung bersama mereka.
"Rendra, bagaimana keadaan ibumu?" Papa Darmawan bertanya tentang keadaan ibuku. Beliaulah orang yang peduli denganku. Lain dengan mama Rosa yang terlihat benci menatapku. Saat disamping papa mereka tidak menghinaku namun saat papa tidak ada mereka menghina dan merendahkanku.
"Alhamdulillah sudah sehat dan operasinya juga berjalan lancar."
"Maaf papa belum bisa menjenguk!"
"Sekarang ibu sudah saya titipkan saudara saya."
"Biaya operasi bagaimana sudah kamu lunasi?"
"Sudah Pa, ada malaikat penolong yang dikirim Allah buat kesembuhan ibu."
Setelah kami ngobrol banyak akhirnya Melisa kembali dan dia menunjukkan sesuatu kepadaku.
"Kertas apa ini?"
"Buka saja!" Melisa bersikap biasa karena dihadapan papa Darmawan mereka berdua akan baik kepadaku.
"positif, hamil!" Aku terkejut sesaat ada binar bahagia dimataku namun setelah itu redup hilang mengingat Melisa sudah disentuh lelaki lain selain aku.
Yups...sampai sini dulu aku up nya...!
Dukung karyaku dan jangan lupa like dan komentarnya biar tambah semangat melanjutkan!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments