Kuparkirkan motorku di depan rumahku, rumah yang menjadi sejarah pertumbuhanku menjadi dewasa seperti sekarang. Kuparkir motorku di depan rumah dan kuketuk pintu rumahku yang sudah hampir sebulan tidak aku datangi.
Tok...Tok....Tok...Aku mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.
"Assalamualaikum!" Kudengar suara langkah kaki mendekati pintu.
"Rendra...!" Ibuku langsung memelukku sambil menangis dan dia mengajakku masuk kedalam rumah.
Tak lupa aku mencium tangan beliau lalu kupeluk kembali untuk melepas rasa kangen yang sudah sebulan aku rasakan.
Aku dan ibu duduk di ruang tamu yang mungkin tidak layak di sebut ruang tamu. Karena ruang tamu rumahku bukan ruang tamu mewah dengan kursi dan perabot mahal seperti di rumah mertuaku.
Namun aku sangat nyaman duduk di kursi usang yang sejak kecil masih tertata sama dan bahkan tidak berubah.
Aku menunggu ibu membuatkanku minum.
Untuk makan malam kebetulan aku sudah membeli pecel lele kesukaan ibu dan aku juga membelikan sedikit buah, cemilan dan bahan makanan untuk ibu.
"Rendra, ayo diminum pupung masih hangat!" Ibu meletakkan dua gelas teh hangat dimeja.
"Terima kasih!" ucapku sambil menyeruput teh buatan ibu.
"Rendra, bagaimana kabar istrimu dan keluarganya?" Tanya ibu sambil memindahkan cemilan yang aku bawa ke dalam toples.
"Alhamdulillah, Melisa dan keluarga sehat." Jawabku.
"Syukurlah, mereka memperlakukanmu dengan baikkan?" Ibu memandangku penuh selidik.
"Iya bu, bahkan papa Darmawan menyuruhku bekerja di kantornya tapi aku menolak."
"Loh kenapa ditolak?" Ibu mendekatiku dan duduk disampingku.
"Aku masih ingin bekerja sendiri tanpa harus bergantung sama kekayaan mertua." Jawabku yang spontan membuat senyum ibu teduh.
"Bagus Ren, menurut ibu lebih baik begitu." Ibu menepuk pundakku .
"Ibu, ayo makan nanti lelenya keburu dingin." kubuka bungkusan pecel lele kesukaan ibu.
Setelah makan aku ke kamar mandi hendak membersihkan diri kemudian aku akan melanjutkan ngobrol dengan ibu.
"Sebentar ya bu, Rendra ke kamar mandi dulu!" pamitku sambil berjalan meninggalkan ibu.
Ibu membersihkan bekas kami makan malam.
Setelah selesai mandi dan sholat isyak aku kembali duduk di ruang tamu sambil nonton televisi yang ukurannya cuma 14inc dan masih berbentuk tabung.
"Rendra, rencana mau nginep berapa hari?" Ibuku dengan raut sedihnya.
"Besok Rendra sudah kembali bu." Jawabku sambil memandang ibu yang terlihat sedih.
Ibu hanya mengangguk dan air matanya menetes lagi sepertinya dia tak rela aku kembali ke kota.
(Ibu andai ibu tahu disana aku dibenci sama ibu mertuaku, Melisa dia hanya pura- pura baik padaku tapi aku mencoba ikhlas untuk menerima semuanya karena aku yakin akan ada pelangi setelah hujan.) Aku membatin dan tak terasa air mataku menetes.
"Rendra, kapan ibu dapat cucu?" Ibu tersenyum kepadaku.
"Ah ibu, menikah aja baru sebulan." Jawabku mengalihkan pembicaraan.
"Rendra, yang namanya menikah juga ujung-ujungnya anak." sambil menepuk pundakku.
(Membicarakan anak aku teringat Melisa, saat pertama aku melakukan itu dengan Melisa.)Aku tersenyum sendiri.
"Rendra, kamu lagi mikir apa kok senyum-senyum sendiri." Ibu mengangetkanku.
"Ah kangen Melisa!" Jawabku spontan dan membuat ibuku melongo kaget.
"Baru sehari tidak ketamu, sudah kangen!" Ibu geleng-geleng kepala.
"Nggak kok bu, cuma inget aja tadi pagi dia mau ikut ke sini tapi mama mertua gak akan mengijinkan."
"Mungkin kalau Melisa ikut, kamu gak nginep." Ibu sedih dan menunduk.
"Rendra sayang ibu!" Aku peluk ibu dengan dadaku yang mulai sesak memikirkan ibu yang sudah sebulan ini tinggal sendiri.
Tak terasa waktu semakin malam akhirnya aku dan ibu masuk ke kamar kami masing-masing untuk iatirahat.
###
Pagi hari aku bangun lebih pagi karena aku harus berangkat lebih awal ke tempat kerjaku. Namun tiba-tiba aku mendengar ibu berteriak di dapur dan ternyata sudah terjatuh dan pingsan.
"Ibu...Ibu...! " Aku berteriak meminta bantuan tetangga sebelah namun rumah sudah kosong karena mereka sudah berangkat ke sawah.
Aku berlari kesana kemari meminta bantuan dan akhirnya Aisyah teman masa kecilku lewat hendak berangkat kuliah.
"Mas rendra, kenapa mondar-mandir begitu?" Tanya Aisyah padaku.
"Ais, aku boleh minta tolong ibuku pingsan!" Rendra membawa Ais masuk kerumahku.
Rendra dan Ais masuk kemudian membopong ibu Siti ke ranjangnya.
"Mas, saya cari bantuan dulu ya." Ais berlari keluar untuk mencari bantuan.
Ais membawa pak RT yang sudah membawa mobil pick up untuk membawa Ibu Siti ke Rumah Sakit terdekat.
"Pak RT minta tolong bawa ibu ke Rumah Sakit." Aku memohon kepada Pak Rt untuk membantu ibu.
Akhirnya kubawa ibu ke Rumah Sakit di kota yang peralatannya lebih lengkap.
Rumah Sakit besar terletak tak jauh dari tempatku kerja.
Setelah sampai di Rumah Sakit, ibu langsung diperiksa oleh dokter ternyata ibu sakit kanker otak yang harus segera dioperasi.
Aku yang mendengar penjelasan Dokter seketika hanya bisa pasrah karena biaya operasi sangat banyak dan aku tidak akan mampu membayarnya.
Kusandarkan tubuhku ditembok kemudian aku menangis.
Aisyah datang menghampiriku kemudian dia mencoba ikut mencari solusi.
"Mas, aku ada tabungan sedikit hasil kerja online mungkin bisa membantu." Dia menawarkan bantuan.
"Ais aku tidak bisa menerimanya karena aku tidak punya tabungan sedikitpun." Aku sangat malu pada Aisyah.
"Mas, aku ikhlas membantumu dan mungkin uangku bisa digunakan untuk bayar Dp Rumah Sakit sehingga operasi ibu bisa dilakukan." Aisyah tetap memaksaku.
Aku pasrah dan akhirnya kuterima tawaran Aisyah dan untuk kekurangan akan kupikirkan setelah operasi dilakukan.
Aisyah mengambil uang di ATM yang ada di Rumah Sakit. Dia memberiku pinjaman 20 juta untuk Dp biaya rumah sakit ibu.
Kemudian uang pinjaman dari Aisyah aku bayarkan kebagian administrasi dan menurut rencana operasi akan dilakukan siang nanti.
Jumlah yang aku bayarkan 60Juta dan aku masih harus mencari kekurangannya.
Aku akan menitipkan ibu pada Aisyah karena aku akan ketempat kerja untuk ijin beberapa hari karena aku harus menjaga ibu.
"Ais, aku boleh titip ibu sebentar.!"
"Boleh mas, kebetulan aku kuliah masih nanti jam 11.00." Ais menjawab dengan tersenyum.
"Ais ini nomor ponselku kalau ada apa-apa segera telepon aku." Aku memberikan secarik kertas pada Ais.
Akhirnya aku tinggalkan Aisyah di Rumah Sakit untuk menjaga ibu.
Aku ke tempat kerja menggunakan ojek online karena aku tidak membawa motor karena tadi aku ikut di mobil Pak RT.
Sesampai di tempat kerja, aku langsung menemui Pak Muchtar pemilik Toko Pakan itu.
"Pak, maaf saya mau minta ijin untuk beberapa hari karena ibu saya sakit." Aku beranikan diri untuk mementa ijin.
"Baik tapi tolong jangan lebih dari 3 hari." Pak Muchtar memberikanku gaji yang seharusnya aku terima nanti sore.
"Terima kasih Pak!" Aku terima amplop dari Pak Mochtar.
Budi yang kebetulan sudah mengangkat pakan untuk diantar ke pelanggan memghampiriku.
"Bro, lo kenapa?" Budi masib peduli denganku beda dengan Toro yang selalu iri padaku.
"Ibu sakit dan masuk Rumah Sakit." Jawabku.
"Aku turut prihatin dan semoga ibumu cepat sembuh!"
"Terimakasih doanya semoga Allah ijabah."
Aku pergi dari Toko Pakan dan kembali ke Rumah Sakit dengan ojek online lagi.
Sesampai di Rumah Sakit aku langsung menemui Aisyah dan menyuruhnya untuk segera berangkat kuliah.
"Ais." Dia langsung berdiri.
"Iya Mas, tadi Dokter bilang operasi ibu akan segera dilakukan."
"Ais, terima kasih kamu sudah baik padaku." Aku pegang tangannya dan Ais langsung menariknya sepertinya dia tahu batasan karena aku sudah beristri.
"Aku pamit mas!" Aisyah berlalu dan menghilang dari pandanganku.
(Ais, aku tahu kamu masih sayang sama aku maafkan aku yang kini hatiku telah untuk istriku meskipun dia belum bisa mencintaiku dengan tulus.)Rendra membatin.
Terimakasih sudah mampir mohon dukungannya semoga Author sehat dan rajin up.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Mujung Juniarta
sudah dicintai aisah malah menikah dengan orang yang menginjak harga dirinya
2022-06-19
0
Intan Raja
siiiipppplah bosqu
2022-04-17
1