Sekitar pukul 14.00 Melisa dan lelaki itu kembali. Aku melihat sendiri kemesraan istriku dengan lelaki lain. Di hadapaku, mereka bercumbu mesra bahkan mereka saling berciuman didepanku.
Sakit hatiku melihat pemandangan itu karena aku seorang laki-laki normal yang juga mempunyai hati nurani.
Aku mempunyai rasa cinta yang tulus buat istriku namun kenyataannya aku memang harus menyerah.
Kalau hanya dihina, direndahkan bagiku sudah biasa namun ini dikhianati.
Setelah lelaki itu pamit pergi, Melisa mengajakku pulang.
Aku seperti sopir pribadinya karena aku harus menunggu istriku berpacaran dengan lelaki lain.
"Nona Melisa maaf boleh mengganggu sebentar." Aku beranikan diri untuk bertanya.
"Kenapa? " Melisa menjawab dengan nada agak ketus
"Maaf Non, sebaiknya saya sudahi sandiwara ini."
"Kenapa?"
"Aku tidak sanggup karena aku ingin hidup normal." Alasanku padanya.
"Tidak bisa kamu harus tetap mengikuti sandiwara ini aku akan bayar kamu mahal!" Melisa memaksaku dengan alasan papanya.
Namun aku menolak karena mungkin aku pria lemah yang tak kuat jika setiap hari aku harus melihat istriku bermesraan dengan pria lain.
"Maaf Non, tapi aku tidak bisa." Jawabku tegas.
"Heh babu, jangan harap kamu bisa lepas dari aku ya! papa sudah terlanjur percaya dan sayang sama kamu." Melisa terlihat sangat marah.
"Beliau memang sangat baik." Jawabku.
"Aku juga tidak sudi jadi istri kamu kalau bukan karena ancaman papa." Jawab Melisa jujur.
"Maksudnya?aku tidak paham." jawabku.
Melisa Pov
Di ruang rawat inap saat Darmawan baru sadar, dia meminta Melisa mendekat. Dengan suara yang masih begitu lemah, Darmawan meminta melisa menikah dengan Rendra lelaki yang telah menolong nyawanya.
"Melisa , menikahlah dengan nak Rendra?" Darmawan meminta kepada Melisa.
Melisa memundurkam badannya menolak permintaan Darmawan. Hingga Darmawan melontarkan kata-kata yang membuat Melisa dan mamanya tidak bisa berbuat apapun.
"Melisa maaf keputusan papa jika kamu menolak maka aku akan memberikan hak kamu atas harta papa kepada Rendra." Darmawan berkata pada Melisa.
Seketika itu juga Melisa bingung dan dia tidak mau jika harta papanya dinikmati oleh orang lain.
"Ma, ini tidak adil untuk Melisa. hiks...hiks..." Melisa menangis dalam pelukan mamanya.
"Sayang...kita bersandiwara di depan papamu. Kamu terima saja nanti mama akan tetap membantumu untuk menyingkirkan lelaki sampah itu!" bisik mamanya kepada Melisa.
Akhirnya Melisa mengangguk menyetujui pernikahannya dengan Rendra.
###
Rendra melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tiba- tiba Melisa meminta Rendra berhenti di supermarket besar karena ingin membelikan Rendra pakaian.
"Kamu tunggu disini!" Melisa turun dari mobil dan masuk ke supermarket.
Sambil menunggu Melisa kembali, Rendra tertidur karena capek.
Melisa datang dengan membawa tiga buah paper bag.
Kemudian dia melempar paper bag itu pada Rendra sehingga dia terbangun karena kaget.
"Ini, pakaian buat kamu ."
Sebenarnya aku ingin menolak tapi aku malas terus berdebat dengannya.
Akhirnya aku terima paper bag pemberian istriku dengan senyum masam.
"Maaf apa malam ini kita masih tidur sekamar?" Tanyaku pada Melisa.
"Iya dong, kita harus tetap menjalankan sandiwara ini sampai misiku berhasil." Jawabnya dengan nada serius.
"Terus bagaimana kalau aku tanpa sadar memperkosamu?" Sengaja aku iseng bertanya pada Melisa.
Aku hanya ingin tahu bagaimana reaksinya.
"Aku teriaklah!" Jawabnya penuh keyakinan.
"Aku kasih kamu obat bius agar kamu tidak bisa teriak." Aku tersenyum menggoda Melisa.
Sebenarnya aku juga enggan melakukan dengannya meskipun dia istriku.
Tanpa sengaja kata-kata itu mampu membuat Melisa ketakutan bahkan aku melihat raut wajahnya berubah gelisah
"Kenapa?" Aku beranikan diri agar Melisa tidak menginjak harga diriku.
"Aku tidak takut, coba aja kalau berani.!" Melisa justru menentangku.
Cuiiit....cuit....Aku menginjak rem mendadak dan aku menepikan mobil di pinggir jalan.
Aku condongkan tubuhku ke arah Melisa aku akan berpura- pura menciumnya bagaimana reaksinya.
"Kamu mau apa?" Sepertinya dia ketakutan dan dia hendak melepaskan tanganku.
"Mau mencium, bukannya kamu sering dicium kekasihmu." sindirku.
Melisa berpaling dia ketakutan.Akhirnya aku lepaskan pegangan tanganku.
"Siapa juga yang mau menciummu, aku orang miskin tapi aku menginginkan ketulusan bukan murahan!" Aku sindir Melisa.
Plak...plak...( Melisa menamparku) namun dia hanya diam mungkin malu.
Kemudian aku lajukan mobil sedikit pelan dan akhirnya kami kembali ke rumah. Saat sampai rumah aku langsung turun dari mobil kemudian masuk ke dalam rumah.
Aku langsung masuk di kamarku bukan kamar Melisa. Aku enggan masuk ke kamar Melisa sepertinya aku sangat muak melihat perlakuan Melisa tadi.
(Mungkin aku sebaiknya menceraikan dia dan aku bisa bebas dari semua ini.
Aku akan mencoba jujur pada papa Darmawan kalau aku dan Melisa akan berpisah karena kami tidak cocok. ) batinku.
Tiba-tiba aku mendengar mertuaku berteriak memanggilku.
"Rendra...buka pintunya!" Sambil menggedor pintu kamarku.
Akupun berdiri kemudian kubuka pintu kamar perlahan.
"Ada apa Nyonya?" Tanyaku sedikit acuh.
"Kamu bawa kemana putriku?" Tanyanya penasaran.
"Kami hanya jalan-jalan di taman." Jawabku bohong.
"Awas saja kalau kamu macam-macam sama putriku." Mama mertuaku mengancam.
Akhirnya dia pergi dari kamarku kemudian dia membanting pintu kamarku.
Setelah mama mertua pergi akupun akhirnya bisa bernafas lega aku rebahkan badanku untuk istirahat sejenak.
Aku bangun sekitar pukul 04.00 lalu aku menjalankan sholat asar dan kemudian aku keluar kamar.
Saat aku hendak masuk lagi Melisa memanggilku.
"ini ponsel buatmu!" Sambil memberikan sebuah ponsel baru meskipun dengan raut muka yang tak tahu artinya.
"Buat apa, aku tak butuh!" Aku sodorkan kembali ponsel itu ke Melisa namun dia tetep bersikeras memberikan ponsel itu padaku.
Akhirnya aku terima dengan senang hati dan dengan ini aku bisa bersikap baik.
"Itu biar aku mudah menghubungimu? Jawab Melisa yakin.
"Terima kasih." jawabku.
Setelah itu aku akan manengok papa mertuaku.
Kuketuk kamar utama dimana papa istirahat.
"Masuk!" Suara Pak Darmawan dari dalam kamarnya.
" Rendra, kemari !" Perintah papa mertuaku.
Akhirnya akupun mendekat dan duduk di tepi ranjang papa Darmmawan.
"Maaf Pa , aku tidak bisa menjaga papa!"
"Rendra, papa perlu bicara padamu!"
"Baik, Rendra akan dengar."
"Rendra kamu dan Melisa harua menikah secara resmi
"Apa? " Mataku melongo karena aku kaget.
"Iya, agar status kalian jelas." Papa memberitahuku.
"Maaf pa, sebaiknya tunggu papa sembuh total dulu!" Jawabku .
Sebenarnya dari lubuk hatiku aku tidak ingin menikah resmi dengan Melisa.
Dia tidak bisa menghargaiku, dia hanya menganggapku sampah.
Kalau hanya direndahkan mungkin masih aku terima tapi dia sudah menginjak harga diriku dengan bermesraan dengan lelaki lain dihadapanku.
"Rendra, kamu yang sabar karena mungkin Melisa masih manja." papa dengan suara rendahnya menasehatiku.
"Iya Pa, doakan yang terbaik untuk kami pa."
Tiba- tiba Melisa datang memelukku dari belakang.
"Sayang, aku cari kamu ternyata disini." Melisa pura- pura baik.
Kemudian Melisa menarikku keluar kamar papa Darmawan, dia mengajakku ke kamarnya.
Terima kasih sudah mampir mohon like dan komentarnya agar kami lebih semangat menulis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Sak. Lim
gobloooook mc naiiiiif
2023-05-31
0
Sak. Lim
buktiin jgn omdo.
2023-05-31
0
Noe Aink
jangan gitu" Amt Thor, kaya gk. ada harga diri Amt sebagai lelaki di hina Mulu, balasanya juga harus setimpal Thor jngn cukup mnta maaf,
2022-06-06
1