Aku tidur sekamar dengan Melisa. Tetapi aku tidur terpisah meskipun sekamar. Aku terbangun karena ada suara mengetuk pintu.
Tok..tok...!( suara pintu diketuk)
"Rendra...Melisa... bangun sudah siang !" Teriak Mama mertuaku sambil menggedor pintu.
Akupun terbangun dan menyahut panggilan Mama mertuaku. Aku tunaikan sholat subuh di kamar Melisa.
Kemudian aku membangunkan Melisa perlahan aku takut dia marah karena kami masih bersandiwara di depan Papa mertuaku. Entah sampai kapan yang jelas aku harus mengikuti sandiwara pernikahan ini.
"Nona..bangun!" Aku menggoyangkan tubuh istriku perlahan.
"Hah...kenapa kamu di kamarku!" teriak istriku karena mungkin dia tidak sadar karena baru bangun tidur.
"Loh bukannya kita sedang bersandiwara! " Aku menjelaskan padanya.
Akhirnya dia pun mengerti dan tidak marah lagi. Lalu Melisa masuk ke kamar mandi dan menyuruhku menunggu di sofa yang tadi subuh menjadi tempat tidurku.
Setelah selasai mandi Melisa menyuruhku mandi. Aku masuk kamar mandi dan saat aku selesai mandi aku lupa bahwa di kamar ini aku tidak punya baju ganti.
Aku keluar dengan handuk kulilitkan di tubuhku. Saat aku keluar Melisa teriak karena kaget.
"Awwww....!" sambil menutup kedua matanya.
"Maaf Non, baju gantiku dibawah.!"
Melisa melempar paper bag yang mungkin memang sengaja dia membelikanku beberapa pakaian agar saat melakukan sandiwara ini lancar.
"Ini aku sudah menyiapkan biar Papa gak curiga.!" Melisa melempar paper bag warna hitam ke arahku.
Aku langsung mengambilnya dan aku kembali masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian.
Aku menatap diriku sendiri tak percaya.
(Apakah ini aku, tampan ternyata jika aku memakai pakaian mahal. Melisa jahat tapi setidaknya dia mau memberiku sedikit kebaikan.) aku berbicara sendiri di depan kaca dalam kamar mandi di kamar Melisa.
Lamunanku tersadar saat Melisa berteriak memanggilku.
"Heh babu, cepat keluar !" Teriak Melisa sambil menggedor pintu kamar mandi.
Akupun bergegas keluar dan betapa terkejutnya aku saat aku mendengar ucapan Melisa entah itu sadar atau tidak batinku senang mendengarnya.
"Tampan!" Melisa melongo menatapku.
"Apa Non?" Aku pura-pura menanyakan pada Melisa.
"Udah ayo turun! " Melisa langsung menarikku keluar.
Saat turun tangga Melisa terus menggandengku dan dia membisikkan sesuatu.
"Hari ini kamu ijin kerja aku mau ajak kamu keluar biar Papa semakin yakin kita baik- baik saja!" Melisa berbisik sambil menginjak kakiku.
"Awww..iya." Aku pun mengangguk mengiyakan permintaam Melisa.
Mama mertuaku memandang kami yang turun dari tangga nampak mesra seperti tak suka.
"Ehemmm..." Mama Rosa berdehem seperti mengingatkan Melisa jangan terlalu dekat denganku.
"Pagi Pa, Ma...maaf lama menunggu.!" istriku bersikap sok lembut di depan Papa mertuaku.
"Pagi sayang...ayo sarapan!" Papa mertuaku mempersilahkan kami duduk.
Baru pertama kali aku duduk bersama seperti ini. Ini hanya sandiwara entah sampai kapan akan berakhir.
Akupun kaget Melisa tiba- tiba mengambilkanku nasi dan menawariku lauk yang akan aku makan.
"Sayang...mau pakai lauk apa?" tanyanya padaku
"Aku ambil sendiri aja." sambil mengambil telur dadar dan meletakkan diatas nasi yang diambilkan istriku.
( Ya Allah semoga Engkau bukakan hati istriku agar kami bisa menjadi suami istri yang sesungguhnya. )aku berdoa dalam hati.
"Ma, Pa aku sama mas Rendra mau jalan keluar mau cari baju buat mas Rendra.!" Istriku meminta ijin pada papa mertuaku.
Setelah mendapat persetujuan papa mertuaku tiba-tiba Mama mertuaku berdiri dan menarik tangan Melisa.
"Mel, kamu gila ya mau ajak jalan babu itu hah...!" suara Mama mertuaku terdengar jelas di telingaku.
"Ma, aku harus lakukan sandiwara ini untuk menarik simpati Papa.!" Melisa kemudian berbisik ditelinga mamanya dan kemudian keduanya tertawa terbahak-bahak.
Entah apa yang Melisa dan Mama mertuaku rencanakan aku tidak tahu.
Setelah selesai sarapan Aku dan Melisa pergi. Aku mau di bawa kemana yang jelas aku yang disuruh memegang kemudi mobil Melisa.
Kemudian Melisa menyuruhku mengantar di taman tengah kota. Akupun menganggukkan kepalaku dan mobil aku parkir, setelah itu aku mengikuti Melisa sesuai perintahnya.
Aku kaget campur tidak percaya Melisa ternyata ketemuan dengan seorang lelaki yang tak tahu namanya.
"Hai Roy...!" Melisa mencium lelaki yang di panggilnya Roy
Aku mengepalkan tanganku menahan emosi yang meluap. Aku seorang lelaki normal dan aku melihat istriku berpelukan dengan laki- laki yang telah menunggunya di taman.
Emosi sebisa mungkin aku tahan karena aku tidak ingin membuat keributan.
"Heh...ini kunci mobilnya ! nanti jemput aku disini!" perintah istriku sambil melempar kunci mobil di dadaku.
Melisa berlalu pergi dengan lelaki itu yang aku yakini dia adalah kekasih Melisa.
Aku luapkan emosi dengan menendang botol minuman yang ada di depanku. Tenyata botol itu mengenai sesorang dan aku langsung mendekatinya.
Ternyata Ibu Arini , majikannya Pak Romi.
"Maaf nyonya saya tidak sengaja.!" Aku membungkukan badanku meminta maaf pada beliau.
"Nak Rendra...senang bertemu denganmu!" IBu Arini mengajakku ke tempat teduh dan duduk di kursi taman.
Akupun mengikutinya di belakang dengan sopan.
"Duduklah Nak, jangan sungkan!" perintah beliau kepadaku dengan nada yang begitu menyejukkan hati.
"Sekali lagi maaf Nyonya saya tidak sengaja.!"
"Jangan panggil aku nyonya panggil Ibu saja!"
Akupun mengangguk setuju.
( Kenapa hatiku benar-benar bergetar saat dekat dengan Ibu Arini.) batinku.
Tiba-tiba Bu Arini meneteskan air mata dan berkata padaku.
"Nak Rendra, seandainya anakku masih ada mungkin sudah sebesar kamu.hiks...hiks..." Bu Arini menangis
"Maaf apa anak ibu meninggal atau gimana? " tanyaku sedikit takut.
"Anakku hilang di taman ini saat itu aku dan suamiku jalan-jalan dan kami menoleh karena ada keributan di seberang sana.!" sambil menunjuk arah sebrang jalan.
"Dan, saat kami menoleh anak kami sudah tidak ada di troli.hiks..hiks..." Aku mencoba menenangkan beliau.
"Nak Rendra, Ibu cuma berharap anak ibu masih ada dan dirawat sama orang baik.!" doanya sambil menghapus air matanya.
"Amiin! semoga Allah masih melindungi putra ibu."
"Seminggu sekali ibu selalu sempatkan datang ke tempat ini."
"Lalu suami ibu kemana?" tanyaku
"Tidak usah bahas lelaki itu, dia brengsek yang telah mengkhianatiku dengan perempuan lain karena aku tak kunjung hamil dan mungkin karena dia sudah bosan denganku."
"Yang sabar ya bu semoga ada hikmah di balik semua ini." Aku berusaha bijak padahal aku sendiri rapuh.
Akhirnya aku ngobrol dengan Bu Arini sampai tengah hari. Kemudian beliau mengajakku makan siang di kafe dekat taman.
"Terima kasih ya Nak Rendra sudah menemani Ibu dan semoga kita bisa bertemu lagi." beliau beranjak dari duduknya dan berlalu meninggalkanku.
Setelah selesai makan Bu Arini pamit pulang.
Akupun kembali ke Taman menunggu istriku yang sedang bermesraan dengan kekasihnya.
Terima kasih atas dukungannya
Jangan lupa like dan komentarnya 💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Humaira Queenza Anastasia
terlalu tuh melisa ceraikan aja..lnjut thoor 💪💪
2023-05-16
0
Amir Khan
terlalu
2022-10-26
0
Intan Raja
mulai ada seberkas cahaya
2022-04-17
1