Rendra terlihat sangat kaget ketika Darmawan menyebut wanita dalam mimpinya adalah Melisa.
'Melisa? Apakah aku akan mengalami seperti apa yang ada dalam mimpiku?" tanya Rendra dalam hatinya.
"Nak Rendra, kamu gak usah berpikir aneh-aneh! bapak yakin jika Melisa pasti akan menerimamu, " ujar Darmawan.
Darmawan meminta Rendra untuk kembali tidur. Pagi harinya, Rendra bersiap mengantar Darmawan pulang ke rumahnya yang ada di kota. Dia mengurungkan niatnya untuk melihat peternakannya karena dia khawatir dengan istrinya. Darmawan yakin jika istrinya kebingungan mencari dirinya karena ponselnya tak bisa dihubungi.
Ponsel dan sepeda motor milik Darmawan masuk ke jurang, untuk menaikkan kembali butuh tim khusus karena jurang sangat dalam.
Hari ini hari minggu, Rendra libur tidak bekerja karena jika tanggal mereka dan minggu pasti toko tempat Rendra bekerja tutup. Pagi itu Rendra mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang menuju kota untuk mengantar Darmawan. Jarak tempuh kurang lebih 2 jam perjalanan. Pak Darmawan tinggal di perumahan elit di kota Jakarta.
"Nak Rendra, rumah bapak ada di sudut!" Darmawane menunjuk ke rumah besar dengan cat warna putih. Bangunan dia lantai dengan halaman yang sangat luas itu menandakan pemiliknya adalah orang yang kaya.
"Itu rumah Bapak?" tanya Rendra.
"Benar rumah bapak yang cat putih itu!"
Rendra berhenti di sebuah rumah besar dengan pagar tinggi, dia terdiam karena kagum dengan rumah yang sangat mewah dan besar. Seorang satpam membukakan pintu gerbang dan mempersilahkan masuk.
"Tuan, anda sudah kembali? Sejak kemarin Nyonya sangat khawatir, " ucap satpam itu penuh hormat.
"Apakah mereka ada di rumah?" tanya Darmawan.
Satpam itu hanya menganggukkan kepalanya dan dia langsung mempersilahkan majikannya masuk. Namun tatapannya tertuju pada Rendra yang sedang memarkir sepeda motor di samping pos. Satpam itu nampak menyunggingkan senyum tak suka ketika majikannya sangat perhatian padanya.
"Nak Rendra, ayo masuk!" Darmawan mengajak Rendra masuk ke dalam rumahnya.
Rendra sangat kagum dengan bangunan rumah Darmawan yang sangat besar dengan halaman yang sangat luas.
Rumah yang terlihat seperti istana bagi Rendra.
'Ini rumah apa istana?' tanya Rendra dalam batinnya.
Rendra terus berjalan mengikuti Darmawan.
Setelah keduanya masuk, terlihat seorang pelayan sedang membukakan pintu dan mempersilahkan masuk.
"Selamat datang, Tuan Darmawan!" ucap Asih.
"Asih, kemana istri dan anakku?" tanya Darmawan pada pembantunya.
Mereka ada di atas, Tuan!" jawab Asih.
Darmawan langsung meminta Asih untuk memanggil istrinya dan dia juga mempersilahkan Rendra untuk duduk.
"Mama...papa pulang!" teriak Darmawan memanggil istrinya.
Dari lantai atas terlihat perempuan yang usianya sudah tak muda lagi namun masih terlihat sangat modis.
"Papa...Papa...!Hiks..hiks..!" Wanita itu menangis dan langsung memeluk Darmawan.
"Tenang Ma, sekarang papa sudah pulang dengan selamat!" ucap Darmawan untuk menenangkan istrinya.
"Pa, mama khawatir! Kenapa papa gak bisa dihubungi?" tanya wanita itu.
"Ceritanya panjang! Oh iya perkenalkan ini Rendra yang menolong papa!" ucap Darmawan.
"Terimakasih, kamu sudah menyelamatkan suami saya!" ucap Rosa.
"Oh iya Ma, papa akan menjodohkan Melisa dengan Rendra," ujar Darmawan yang membuat Rosa kaget.
"Apa...! Apa aku gak salah dengar?" teriak Rosa sembari menatap ke arah Rendra dengan tatapan benci.
"Papa sudah nazar dan keputusan papa tak bisa diganggu-gugat." ucap Darmawan.
"Mama tidak setuju, beri saja dia imbalan yang lain tapi bukan menikah dengan Melisa." jawab Rosa.
"Ini sudah keputusanku Ma, kamu tidak boleh membantah karena janji adalah hutang." ucap Darmawan tegas
"Melisa itu cantik, berpendidikan masa iya harus menikah dengan seorang laki-laki yang pantasnya jadi kuli, " ujar Rosa.
"Mama tidak boleh berkata seperti itu, Nak Rendra itu orang baik." ucap Darmawan.
"Cuih...itu hanya akal-akalan orang miskin biar bisa dekat dengan orang kaya ." ucap Rosa sembari menatap tajam ke arah Rendra.
"Apa aku gak salah dengar?" seorang wanita cantik berjalan mendekat ke arah Darmawan.
Darmawan langsung menjelaskan pada Melisa dengan perjodohan yang sudah dia rencananya. Melisa nampak kaget dan dia menolak apa yang sudah Darmawan rencanakan.
"Kamu harus menikah dengan Rendra jika tidak papa akan cabut semua fasilitas yang papa berikan!" ancam Darmawan.
"Tidak Pa, aku tidak mau, " jawab Melisa.
"Papa kamu jangan egois jika Melisa tidak mau jangan dipaksa." ujar Rosa.
Melisa langsung menatap ke arah Rendra yang masih duduk dengan posisi menunduk. Dia menatap jijik karena Rendra terlihat sangat lusuh dan juga kampungan karena penampilannya yang sangat sederhana.
"Heh kamu... pelet apa yang kamu berikan pada papaku sehingga dia ingin menjodohkanku denganmu lelaki miskin?" tanya Melisa sembari menatap tajam ke arah Rendra.
Rendra mendongakkan kepalanya dan dia meminta maaf pada Melisa.
"Maaf Non, saya sebenarnya sudah menolah tapi Pak Darmawan memaksa," jawab Rendra.
"Dasar lelaki miskin," teriak Melisa.
Plak... Plak...!
Dua tamparan mendarat di pipi mulus Melisa.
"Kamu jangan menghinanya karena tanpa papa kamu juga bukan siapa-siapa!" teriak Darmawan.
"Papa jahat, " teriak Melisa sembari berjalan hendak meninggalkan papanya.
"Pa, jika papa tetap ingin menikahkan Melisa dengan pemuda desa itu maka aku dan Melisa akan pergi dari sini!" ucap Rosa sembari membalikkan badannya meninggalkan Darmawan dan Rosa.
Namun belum juga naik ke atas tangga tiba-tiba Rendra berteriak karena Darmawan sudah tak sadarkan diri.
"Nyonya, tolong Pak Darmawan!" teriak Rendra.
Melisa dan Rosa langsung berlari menghampiri Darmawan.
"Papa...Papa kenapa? Bangun, Pa!" ucap Melisa sambil menangis.
"Nyonya, kita bawa Pak Darmawan ke Rumah Sakit!" ucap Rendra memberanikan diri.
Melisa langsung berlari memanggil kunci mobil dan terpaksa dia meminta Rendra untuk menyetor mobilnya.
"Antar kami ke Rumah Sakit!" ucap Melisa angkuh.
Rendra hanya mengangguk kemudian dia mengambil salah satu mobil yang ada di garasi. Rendra langsung membawa Darmawan ke Rumah Sakit. dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi yang membuat Melisa dan Rosa panik.
Rendra sangat lihai karena dia bekerja sebagai sopir dan sudah sangat hafal dengan jalanan Ibukota.
Setelah sampai di Rumah Sakit, Darmawan langsung menemui Dokter Spesialis penyakit dalam.
Rosa, Melisa dan juga Rendra menunggu di ruang tunggu. Melisa terlihat masih menangis dan dia khawatir dengan keadaan papanya.
"Ma, semoga papa baik-baik saja ya!" ucap Melisa.
"Sayang, kamu yang tenang karena mama yakin papa sangat kuat dan dia pasti bisa melalui semua ini." ucap Rosa menenangkan putrinya.
"Ma, aku janji jika papa sembuh aku bersedia menikah dengan lelaki miskin itu!" ucap Melisa yang membuat Rosa kaget.
"Apa aku gak salah dengar?" tanya Rosa.
Terima kasih sudah mampir 💖
Mohon dukungannnya dengan like dan komentar nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
AlankC'perantau
orang kaya naik motor🤦🤦🤦
2022-12-05
0
Mujung Juniarta
jadi laki 2 tidak berguna, walUpun miskin tapi rela harga diri di injak, memangnya tidak ada wanita lain saja, cerita jelek
2022-06-19
1
Managarab Butar Butar
begitukh
2022-04-20
2