Setelah Aku dan Melisa sepakat akan menikah, siang itu juga aku kembali ke desa untuk menjemput ibuku.
Dua jam perjalanan akhirnya aku sampai di rumahku. Aku melihat Ibu yang sedang duduk di teras rumah.
"Assalamualaikum Ibu!" Aku menghampiri beliau lalu mencium tangannya.
"Waalaikum salam Ren, sudah kembali?" Beliau bertanya padaku.
"Iya Bu." Aku bergegas masuk ke dalam rumah untuk membersihkan badan terlebih dahulu sebelum aku memberitahu ibuku.
Setelah selesai membersihkan diri, Ibuku sudah menyiapkan teh hangat untukku. Beliau menungguku di ruang tengah sambil nonton televisi. Kemudian akupun mendekati Ibuku dan duduk disampingnya.
"Diminum tehnya mumpung masih hangat!" sambil memberikan secangkir teh kepadaku.
"Iya Bu, terima kasih!"
Aku meminum teh buatan ibu, kebetulan sejak pagi aku belum makan dan minum.
"Ren, kamu sudah makan? " Beliau bertanya kepadaku.
Akupun menggeleng dan Ibuku langsung beranjak pergi untuk mengambilkan aku makan siang.
"Ini dimakan dulu!" Ibu memberiku sepiring nasi lengkap dengan lauknya.
Akupun makan dengan lahapnya karena perutku kosong belum terisi apapun.
Setelah habis aku membawa piring masuk ke dapur lalu aku mencucinya. Aku menghampiri Ibu yang sedang santai di ruang tengah.
Aku menggenggam tangannya kemudian menciumnya.
Awalnya Ibu heran lalu aku menjelaskan maksud dan tujuanku.
"Ibu, aku memohon restu karena besok aku akan menikah dengan Melisa putri Pak Darmawan!
"Rendra, apa kamu sudah yakin?" Beliau tampak meragukan keputusanku.
"Iya bu, Melisa sudah menyetujuinya." jawabku
"Kalau kamu sudah yakin, apapun keputusanmu Ibu akan merestuinya!" ibu mengusap rambutku dan mendoakanku.
"Terima kasih bu!" Aku memeluk Ibu yang sudah meneteskan air matanya.
Aku sendiri tidak tahu apakah ibu menangis bahagia atau sedih. Aku sendiri sedikit ragu dengan pernikahan yang akan aku jalani.
Namun aku tak mampu menolak Pak Darmawan yang begitu baik.
( Ya Allah semoga pernikahanku sakinah mawadah warohmah, semoga Melisa benar tulus mau menerimaku, amiin) doaku dalam hati.
Aku memberi tahu ibu kalau pernikahanku akan diadakan besok pagi di Rumah Sakit tempat Pak Darmawan dirawat.
Awalnya ibu kaget namun aku menjelaskannya dengan jujur.
Malam ini aku menyiapkan segera keperluanku. Kebetulan untuk mas kawin Ibu memberiku cincin yang sudah lama ia simpan.
Akupun bergetar menerima cincin dari ibu karena cincin itu satu-satunya barang berharga milik Ibuku.
Aku memeluk Ibu erat dan akupun tak kuat menahan air mataku menetes.
"Terima kasih Ibu, doakan untuk kebahagiaanku!" Aku peluk Ibu semakin erat.
"Ibu yang minta maaf Nak, Ibu tidak mampu membuatmu bahagia." Beliau menangis memelukku.
"Rendra sudah bahagia memiliki Ibu."
(Andai kamu tahu Rendra, kamu itu anak orang kaya namun sampai sekarang Ibu belum bisa jujur denganmu) membatin.
"Sudah Nak, jangan bersedih besok hari bahagiamu! sekarang istirahatlah !" Ibu berlalu meninggalkanku.
Aku pejamkan mata karena besok pagi harus ke kota karena ijab kabul akan dilangsungkan pukul 10.00 pagi.
###
Pagi hari aku sudah bersiap akan pergi ke kota. Sebelum ke Rumah Sakit aku akan mampir dulu ke tempat temanku untuk meminjam jas yang akan aku pakai diacara ijab kabulku.
Setelah itu aku langsung menuju Rumah Sakit. Aku parkirkan motorku di parkiran paling ujung karena aku tidak mau kalau Melisa malu dengan keadaanku.
Aku dan Ibu masuk ke Rumah Sakit. Kami langsung masuk ke ruangan Pak Darmawan.
Ternyata kedatanganku sudah di tunggu. Aku melihat penghulu juga sudah hadir di sana.
Melisa mengenakan kebaya putih dengan riasan tipis namun terlihat sangat cantik. Sedangkan aku memakai setelan jas warna hitam yang aku pinjam dari Budi. Aku meminjam dengan alasan akan menghadiri pesta di pernikahan saudara Ibuku.
Aku sempat terpesona dengan penampilan calon istriku, meskipun mukanya sedikit cemberut dia tetap sangat cantik.
Sedangkan Ibu Rosa (Istri Pak Darmawan) melihatku dengan tatapan benci dan jijik.
"Pak Penghulu , bisa di mulai sekarang!" Pak Darmawan meminta.
Aku mengluarkan cincin pemberian Ibu sebagai mas kawin pernikahanku.
Setelah aku mengucapkan ijab kabul akhirnya para saksi serentak bilang.
"SAH."
Akhirnya aku dan Melisa resmi menjadi suami istri.
Acara ini di tutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Pak Ustadz yang sengaja diundang oleh Pak Darmawan.
Aku memakaikan cincin pemberian Ibu ke jari Melisa. meskipun awalnya tidak mau akhirnya Melisa mau memakainya.
Setelah penghulu pamit pulang, tinggal keluarga kami yang masih berada di ruangan ini. Aku memohon ijin pada Pak Darmawan untuk mengantar Ibu kembali ke desa.
"Pak, sebelumya maaf saya minta ijin mau mengantar Ibu pulang ." pamitku.
Namun Pak Darmawan melarangku, beliau justru meminta ibu menginap di rumahnya. Namun ibu tidak mau beliau tetap ingin pulang.
Pak Darmawan menyuruh sopirnya untuk mengantar ibu.
Pak Komar sudah datang menjemput ibu.
Aku memeluk ibu dan mencium tangannya.
"Nak, kamu sering jenguk Ibu ya!" pesan beliau kepadaku.
Akupun mengangguk setuju, namun hatiku menangis seperti tak rela meninggalkan ibu sendiri di desa.
Setelah ibu pulang, tinggal kami berlima.
"Rendra, kamu sebaiknya pulang ajak Melisa." Pak Darmawan menyuruhku.
"Melisa mau nginep disini.!" jawabnya ketus
"Melisa inikan malam pengantin kalian, ajak pulang suamimu!" Pak Darmawan menasehati Melisa.
"Bisa kapan-kapan!" Melisa menjawab lalu menatapku benci seperti ingin menerkamku.
"Pa, biarkan Melisa tidur disini mungkin Melisa ingin menemani Papa! " Bu Rosa berbicara lembut pada suaminya.
"Kasihan mereka ma, mereka pengantin baru!"
Melisa akhirnya mengajakku keluar ruangan. Entah apa yang ingin dia bicarakan denganku sepertinya dia marah padaku.
Melisa menarik tanganku lalu sampai diluar ruangan dia mengembalikan cincin mas kawin itu kepadaku. Dia melempar cincin itu ke mukaku.
"Ini cincinnya, kita menikah hanya di depan Papa di luar kamu pembantuku." jelasnya sambil marah.
"Melisa, tapi aku suamimu."
"Suami, aku tidak menginginkan itu!" Melisa menatapku jijik.
"Tapi kita sudah menikah.!" aku mencoba menjelaskan.
"Sudah aku bilang kita menikah didepan Papa kalau diluar urus diri kita masing masing...pahamm!" sambil menuding ke arahku.
Akupun mengangguk tanda setuju namun hatiku sakit melihat perlakuan Melisa kepadaku.
"Kalau tidak dihadapan Papa, kamu panggil aku Nona!" sambil tertawa mengejekku.
"Baik!" aku mengangguk.
"Ulangi sekali lagi! " perintahnya.
"Baik Nona Melisa!
"Bagus...! hahha...hahha." Melisa tertawa bahagia.
Aku dan Melisa kembali ke ruang Pak Darmawan.
Setelah sampai di dalam Melisa langsung mendekati mamanya dan membisikkan sesuatu.
Entah apa yang mereka bicarakan yang jelas setelah itu mereka tertawa lepas lalu memandang ke arahku dengan tatapan sinis.
Pak Darmawan tidur dan aku menunggu beliau di sofa tunggu yang masih satu ruangan dengan Pak Darmawan.
Melisa dan mama mertuaku berjalan ke arahku dan dia menginjak kakiku.
"Awww!" Aku merasa kesakitan sepatu dengan hills itu menginjaku.
"Sakit!" ejek mereka.
Akupun menggeleng mencoba untuk tidak jujur pada mereka.
Namun bukannya iba mereka justru menyiramku dengan air mineral yang ada di dekatnya.
"Rasakan ini ! " tatapannya benci padaku.
Akupun hanya diam diperlakukan mama mertuaku dan istriku.
( Ya Allah kuatkan aku mengahadapi semua ini, berikan aku keikhalasan dan bahagiakan pernikahanku.) doaku dalam hati.
"Heh babu, sebaiknya kamu pulang dan bersihkan rumah sampai bersih! "perintah mama mertuaku.
Akupun mengangguk dan bergegas pulang ke rumah istriku dengan perasaan yang masih campur aduk.
Terima kasih sudah mampir💖
Mohon dukungan like dan komennya agar Author tetap semangat melanjutkan ceritanya.💗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Ivan Sumampouw
msh diawal mulai jijik dgn cerita ini,,, penulis jgn terlalu dramatisir sehingga justru terlihat norak,,, banyak belajar dari penulis lain
2025-02-08
0
Joko Purnomo Sastrosatomo
diawal cerita tokoh sebagai orang ketiga RENDRA, kemudian tokoh kok menjadi orang pertama "AKU"?
2025-02-20
0
Ali Assegaf
MC nya yg OON.othor yg ego hahahahahahaaaaaahhhhhhhha
2023-08-24
0