Setelah selesai makan aku berpamitan sama kakek Hadinata, sama mama dan sama ibuku.
Mama Arini sepertinya berat aku tinggalkan.
"Rendra, mama seperti tidak rela kamu kembali ke rumah mertuamu!" Mama enggan melepas tangannya memegangku.
"Ma, hanya tiga bulan setelah itu aku akan kembali kesini!" Aku mencoba menenangkan mamaku yang mulai menangis sesenggukkan.
Meskipun langkahku juga berat tapi aku tetep pergi karena aku seorang suami yang punya tanggung jawab pada istriku.
Aku sudah meninggalkan mereka lebih dari 5 hari karena aku harus merawat ibu di Rumah Sakit.
Sekarang aku tenang karena ibuku sudah didampingi keluarga baruku dan aku menyuruh mama untuk mencarikan perawat untuk merawat ibuku pasca operasi.
Aku kembali menoleh pada mereka karena langkahku berat. melihat mamaku menangis aku pun meneteskan air mata.
Aku mengambil sepeda motorku lalu aku keluar mansion keluargaku. Kulajukan motor dengan kecepatan sedang membelah jalanan ibukota yang tetap ramai di waktu malam hari.
Butuh waktu satu jam untuk sampai di rumah mertuaku.
Mendengar suara sepeda motorku satpam di rumah itu membukakanku pintu gerbang rumah itu.
Aku parkir motorku di tempat biasa lalu aku berjalan memasuki rumah mertuaku.
Aku pencet bel rumah itu namun sepertinya sangat sepi. Seorang Wanita berusia 30 tahunan membukakan pintu.
"Maaf mas cari siapa?" Wanita itu bertanya padaku dengan sangat ramah.
"Aku suami nona Melisa." Aku memperkenalkan diri pada wanita itu.
"Aduh mas jangan ngaku-ngaku begitu, masak suami Non Melisa penampilannya seperti ini." wanita itu tidak percaya.
"Kalau kamu tidak percaya panggil majikanmu." Kebetulan mereka lagi ketempat saudaranya yang diluar kota, baru kembali mungkin besok pagi." Wanita itu menjawab dan hendak menutup pintu.
"Baik kalau aku tidak diizinkan masuk nanti aku lapor Papa Darmawan." Aku sedikit kasih gertakan.
"Laporkan aja, tuan sama nyonya pasti lebih mempercayaiku."
Akhirnya aku berteriak memanggil satpam untuk menjelaskan pada wanita didepanku yang aku perkirakan dia adalah pembantu baru di rumah mertuaku.
"Pak Joko...!
"Iya pak!" Pak Joko berlari kearahku.
"Pak, bisa jelaskan siapa saya!"
"Warsih dia itu suami Nona Melisa yang baru pulang dari luar kota." Pak Joko menjelaskan pada wanita yang dipanggilnya Warsih.
Warsih terlihat sangat malu dan dia meminta maaf padaku.
"Tuan maafkan saya, saya Warsih asisten baru disini."
"Baik tapi lain kali hormatilah semua tamu jangan pandang dari penampilan." Aku meninggalkan Warsih kemudian menuju kamar Melisa.
Sesampai kamar aku telepon mamaku bahwa aku sudah sampai di rumah mertuaku.
Aku tersenyum getir saat melihat ranjang di depanku dimana aku dan Melisa memadu kasih. Aku mulai mencintai Melisa saat dia rela melepaskan status keperawanannya padaku.
Meskipun Melisa sering berganti pasangan namun dia masih tetap menjaga kesuciaannya.
"Melisa...andai kamu tahu aku ini kaya pasti kamu sangat bahagia." Aku bermonolog membayangkan Melisa.
Tok...tok...
Aku menoleh saat ada sesorang mengetuk pintuku ternyata Warsih pembantu baru di rumah mertuaku.
"Ada apa?" Tanyaku sambil memalingkan wajahku.
"Maaf tuan, Warsih siap menjalankan tugas apapun." Warsih hampir memegang tanganku.
Aku kibaskan tangannya karena aku sudah tahu apa maksud dan tujuannya Warsih ke kamarku karena dia sudah berganti pakaian yang kurang bahan.
"Warsih, ganti pakaianmu!" perintahku sambil menutup pintu.
"Tuan, buka aku akan temani tuan." Dia menggedor gedor pintu.
Aku kembali membuka pintu kamarku. Dan menyuruh Warsih meninggalkan kamarku.
Akhirnya warsih pergi dan kembali ke dapur. Aku keluar kamar menuju taman belakang tentunya tanpa sepengetahuan Warsih.
(Pembantu jaman sekarang aneh-aneh saja membuatku merinding, lindungi hambamu Ya Allah.) Aku membatin sambil memberi makan ikan di kolam kecil belakang rumah.
Lama sekali aku duduk disana tak terasa sudah hampir tengah malam dan didalam rumah hanya ada aku dan Warsih. Namun aku akan istirahat karena besok aku harus berangkat kerja karena aku sudah melewati batas ijin.
Aku masuk dan menuju kamarku. Aku masuk ke kamar tentunya tidak perlu mengetuk pintu setahuku tidak ada siapapun ternyata istriku sudah tidur di ranjang dengan begitu pulas.
Aku dekati dan ternyata istriku bau alkohol dan aku buka selimutnya dia memakai pakaian yang sangat minim seperti seorang ******.
(Ya Allah lima hari aku gak pulang karena menjaga ibu kenapa istriku berpenampilan seperti ini, apa yang dia lakukan dibelakangku?) Aku membatin dan mengusap wajahku dengan kedua tanganku.
"Melisa...!" Aku mencoba membangunkan dia karena dia harus membersihkan diri dan mengganti pakaiannya.
Namun Melisa tak kunjung bangun dan akhirnya aku lepas sepatu yang masih dia pakai lalu aku ganti pakaiannya dengan pakaian tidur.
Aku tinggalkan dia dan aku menuju dapur hendak mengambil air putih.
Tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang. Aku balikkan badanku dan ternyata yang memelukku Warsih.
"Warsih kamu lancang sekali!" Melepas pelukan Warsih.
"Tuan, aku sangat inginkan tuan pupung nona belum sadar dari maboknya."
"Diam jangan lancang kamu!" Mendorong Warsih hingga terjatuh.
(Sialan kamu tuan sombong, dimanapun tidak ada yang menolakku. Aku tahu kamu menantu yang tidak diinginkan karena lelaki miskin. Bahkan nona Melisa sendiri tidak menyukaimu. Namun aku sempat tek percaya saat kamu datang ternyata lelaki yang dibenci Nona Melisa sungguh tampan dan memggodaku.) Berbicara sendiri dan tersenyum sengit.
Setelah sampai di kamar aku rebahkan tubuhku di samping Melisa. Aku aebenarnya merindukan saat-saat aku dan Melisa berbahagia meskipun dalam kepura-puraan.
Pagi harinya aku bangun lebih awal dan aku mandi terlebih dahulu lalu setelah selesai aku bangunkan istriku.
"Melisa, bangun!" Aku goyangkan tubuhnya perlahan.
"Hoam...!aku masih ngantuk!" Dia justru menaikkan selimutnya kembali.
"Melisa ini aku Rendra.!"
"Hah...!" Dia terbangun.
"Melisa..!" Aku mencoba menyentuh tangannya namun dia hempaskan.
"Mas Rendra, ngapain kembali?" Dia seperti tidak menginginkanku lagi.
"Melisa aku suamimu, kenapa kamu bicara seperti itu?" Aku mencoba bersabar menghadapinya.
"Mas Rendra, aku tidak ingin kamu dikamarku." Melisa mengusirku.
"Baik jika itu yang kamu inginkan aku akan pergi!" Aku hendak keluar kamar Melisa.
"Kalau perlu kita berpisah aku sudah tidak peduli papa melarangku!" Melisa menantangku.
Akhirnya akupun pergi keluar kamar dan aku akan berangkat bekerja.
Saat aku lihat Warsih menyiapkan sarapan aku tidak melihat papa dan mama ada di rumah ini.
(Sebaiknya aku tanya Pak Joko, papa sama mama kemana?).Batinku lalu aku berlalu ke pos satpam.
"Pagi Pak Joko!"
"Pagi Mas Rendra."
"Begini Pak, kok papa sama mama seperti belum pulang lalu Melisa sudah ada di rumah.?"
"Oh kalau Tuan sama Nyonya diluar kota karena ada saudara yang sakit terus maaf kalau tentang non Melisa sebaiknya Mas Rendra tanya sendiri." Pak Joko seperti ketakutan.
"Pak, Kenapa bapak seperti takut!"
"Maaf tuan sebenarnya sudah 3 hari semenjak tuan datang kesini terakhir dan tidak pulang itu Nona Melisa selalu pergi dijemput seorang lelaki dan dia selalu pulang larut."
"Apa??" Akupun terkejut dengan perkataan Pak Joko.
"Apakah mungkin Melisa masih menemui lelaki itu?" Aku mulai ragu dengan Melisa.
"Lelaki itu namanya Roy kalau gak salah." ucap Pak Joko
"Pak terima kasih infonya!" Aku berlalu keluar dan berangkat bekerja.
Aduh maaf lambat up nya soalnya ada sesuatu hal yang tidak bisa ditinggalkan.
Tetap jangan lupa like dan komentarnya...**agar Author semangat up
Salam sehat selalu**!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Noe Aink
klo lihat nama Roy aku jdi teringat film si Doel pacarnya Sarah heheee
2022-06-07
2
Intan Raja
ha
2022-04-17
1