Aku kembali ke dalam rumah setelah selesai makan bakso bareng Panji. Lumayan kenyang juga sih, soalnya tadi Panji membelikan aku dua porsi, dan dia malah makan tiga porsi. Wajar sih badannya kan memang besar, mungkin perutnya juga lebih besar dari orang biasa. Dia itu emang temen ku yang paling baik di komplek ini. Tapi kurasa dia memang tidak hanya baik kepada ku saja. Anak Bu RT itu emang baik sih sama semua orang juga. Sama nenek-nenek, anak kecil, kakek tua. Dia bahkan baik pada ibu tiri dan kakak tiri ku, aku juga heran kenapa bisa begitu.
Setelah menutup pintu dan menguncinya, aku berjalan melewati ruang tamu, dan aku berlalu begitu saja karena aku memang tidak memperhatikan kiri atau kanan. Aku ingat kalau aku harus belajar untuk ulangan harian besok. Tapi tiba-tiba saja sebuah suara mengagetkan aku.
"Udah pacaran nya?" bentak sebuah suara di belakang ku.
Aku langsung menoleh, setelah lebih dulu tersentak kaget dan memegangi dadaku. Untung aku tidak melompat, kalau tidak aku akan malu dengan gerandong nyasar yang sedang melotot dan melipat tangannya di depan dada sambil duduk di depan ku itu.
"Ih, dasar gerandong! ngagetin aja! repot lu!" jawab ku dan kembali berjalan menuju ke tangga yang menghubungkan lantai satu dan dua rumah ayah ku.
Dia berdiri dan berjalan dengan cepat ke arah ku, dia mencekal ku, dia menarik pergelangan tangan ku dengan kuat membuat aku menubruknya.
Bruk!
Aku bisa mendengar suara yang di hasilkan saat aku menubruknya.
"Aduh, lu apa-apaan sih! jangan karena gak ada bokap gue lu kurang ajar ya!!" pekik ku kencang. Aku berharap bibi mendengar ku, karena sejujurnya aku merasa was-was bagaimana pun dia ini seorang pria, dan tenaganya jauh lebih besar dan kuat dari aku. Nanti kalau terjadi KDRT disini, aku pasti sulit melawan nya.
Dia lama sekali terdiam dan hanya memandangku.
"Bibi!!" teriak ku panik. Aku benar-benar panik, tatapan matanya itu sudah seperti seekor macan mau menerkam kelinci kecil yang imut seperti aku.
"Ya non!" jawab bibi sambil berlari dari arah belakang.
Mendengarkan suara bibi, Tirta akhirnya melepaskan tangan ku. Aku langsung berlari mendekati bibi.
"Bibi, jangan jauh-jauh ya dari Rasti, noh Tirta mode banteng ngamuk on !" ucap ku sambil menunjuk ke arah Tirta.
Dan sepertinya bibi kebingungan dengan apa yang aku ucapkan tadi. Dia bahkan makin terlihat bingung karena harus membela ku atau si gerandong nyasar itu.
"Masuk kamar sana!! gak usah pacaran terus!" pekik nya lagi dengan nada yang lebih tinggi dari yang tadi.
"Siapa yang pacaran sih?" tanya ku kesal.
Aku memang tidak pacaran, aku hanya di traktir bakso oleh Panji. Bukan pacaran, dia juga bukan pacar ku dan tak akan pernah jadi pacarku. Dia itu mantan nya banyak banget. Bisa makan hati kalau sampai aku pacaran sama dia.
"Lu tadi bilang mau makan bakso, yang gue lihat lu lagi berdua-duaan sama Panji di sana. Ketawa-ketawa, senggol-senggolan pundak. Apa itu namanya kalau bukan pacaran? Bokap lu dah nitipin lu ke gue, kalau sampai ada apa-apa sama lu, gue juga bakalan kena. Masuk kamar lu sana! mulai besok lu gue anter jemput ke sekolah!!!" tegas Tirta panjang lebar.
Aku yang awalnya tidak memperdulikan ucapannya dan memilih membuang muka, malah harus ternganga karena kalimat terakhir.
"Apa?? lu anter jemput gue? ogah!" jawab ku tegas padanya
"Gak ada alesan, atau gue laporin kelakuan lu tadi ke bokap. Dan gue tambahin bumbu-bumbu dikit, biar yang jajan lu di pangkas habis!" gertak nya lagi.
Aku sungguh kehabisan kesabaran ku, rasanya ingin ku jambak saja rambut nya yang mirip Ardhito itu. Aku sudah sangat malas bicara padanya, aku langsung berlari menaiki anak tangga menuju ke lantai dua.
"Non, gak malam dulu!" teriak bibi yang aku tahu dia sangat mencemaskan aku.
Aku berhenti di anak tangga ke sembilan, aku menoleh ke arah bibi yang melihat ku dengan raut wajah sedih.
"Maaf bi, Rasti mendadak kenyang sama celotehannya gerandong nyasar!" celetuk ku dan langsung berlari melanjutkan langkah ku menuju ke dalam kamar ku.
Blam!
Aku membanting pintu kamar ku dan segera mengunci pintu kamar ku. Aku kesal sekali. Ih kalau seperti ini terus aku bisa hipertensi di usia muda, lebih buruk lagi kalau sampai terkena tekanan batin.
"Ck... jadi gak semangat gini kan mau belajar. Ih ngeselin!" keluh ku sambil duduk di kursi di depan meja belajar ku.
Aku yang tadinya sangat bersemangat belajar, malah merasa tulisan ku di atas buku itu seperti berubah menjadi wajah jelek gerandong nyasar itu.
Tapi saat aku menutup buku catatan ku, ponsel ku kembali berdering. Aku melihat ke layar ponsel dan aku pun mengernyitkan dahi ku. Karena nama yang tertera disana itu 'Somebody'
"Ih, serem amat. Kapan gue masukin nama konyol begini ke hape gue?" gumam ku.
Cukup lama aku membiarkan ponsel di tangan ku ini berdering. Aku ragu untuk mengangkat nya, tapi dia malah tak berhenti menelpon. Aku jadi penasaran juga, aku geser ke atas icon telepon yang berwarna hijau.
"Ha.. halo!" sapa ku sedikit meragu.
"Rasti!" panggil suara serak seorang pria di ujung telepon.
Aku membulatkan mata ku sempurna.
"Pak Yoga!" seru ku.
Aku sampai harus menjauhkan ponsel ku dan kembali melihat ke arah layar. Perasaan aku belum pernah memberikan nomer ku pada pak Yoga. Kok dia bisa tahu ya.
"Ini beneran bapak?" tanya ku memastikan.
Aku mendengar kekehan kecil di ujung sana.
"Iya, maaf ya saya masukkan nomer saya tanpa bilang sama kamu dulu!" ujar nya.
Dan aku lagi-lagi mengernyitkan dahi ku.
"Bapak kasih nama somebody? maksudnya apa?" tanya ku.
"Tidak apa-apa, bagaimana belajar mu. Semangat ya, saya sudah selesai bikin soal ujiannya. Saya yakin kamu pasti bisa, dan kita akan makan burger setelahnya!" serunya menyemangati aku.
Aku jadi meleleh, aduh bagaimana ini. Aku harus bagaimana? kenapa guru ku yang satu ini begitu baik dan pengertian sih, tapi kurasa ada yang kurang selain burger, ah aku tahu.
"Dan kentang goreng!" sahut ku menambah kan agar pak Yoga tidak lupa tentang yang satu itu.
Lagi-lagi aku mendengar kekehan kecil di ujung sana.
"Iya, dan kentang goreng. Semangat ya Rasti, kamu pasti bisa. Selamat malam!" ucap nya dan panggilan telepon pun terputus.
Aku meletakkan ponselku ke dada ku. Aku merasa jantung ku berdetak lebih cepat dari biasanya.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Rasanya ada yg aneh dengan Tirta,kok dia malah marah segitunya sih sama adek tiri nya,posesif banget,apa Tarta juga suka sama Rasti???🤔🤔🤔
2022-07-27
2
Fitriyana
kakak yang baik sebenarnya, meskipun kakak tiri
2022-03-19
1
Bening Febriana
itu tandanya kakak nya perhatian
2022-03-19
1