Aku kembali berjalan ke arah yang berseberangan dengan arah halte. Aku lupa kalau harus menemui pak Yoga dan les privat dengannya. Aku berjalan dengan langkah yang pelan. Karena cuaca hari ini sedikit mendung jadi tidak terlalu panas. Aku bisa dengan santai berjalan kaki tanpa harus merasa kepanasan.
Setelah beberapa menit berjalan, aku tiba di kompleks perumahan dimana pak Yoga tinggal. Aku sudah berdiri di depan pagar rumah pak Yoga. Tapi pintu rumahnya tertutup. Tangan ku yang tadinya sudah akan membuka pintu pagar, aku tarik lagi karena mengingat satu hal lagi.
"Ih, kenapa otakku lemotnya gak upgrade upgrade. Tadi kan Arini cs itu udah bilang kalau pak yoga lagi feeting gaun pengantin. Kenapa gue masih jalan kesini coba?" gumam ku pada diriku sendiri. Aku rasa lemotnya otakku ini parah sekali.
Aku berbalik dan hampir melangkah, sebelum mendengar sebuah suara dari arah belakang ku.
"Rasti!" panggil seseorang di belakang ku.
Aku menoleh ke arah belakang, aku terkejut. Ternyata itu pak Yoga, pak Yoga yang memanggil ku. Ternyata dia ada di rumah. Dia menghampiri ku, berjalan dengan langkah cepat lalu membuka pintu pagar.
"Kamu mau kemana? sudah datang mau pergi lagi?" tanya nya padaku dengan wajah yang datar.
Aku mengerjapkan mataku cepat, dan menggaruk tengkukku yang tidak terasa gatal.
"I... itu.. tadi saya pikir bapak gak ada, soalnya pintunya ketutup!" jawab ku yang memang benar seperti itu.
Dia malah mengulas senyum dan menggenggam telapak tanganku. Aku sampai melotot melihat ke arah tangannya yang menggenggam tanganku.
"Ayo masuk!" ajaknya sambil menarik pelan tangan ku.
Dan seperti terhipnotis pada ucapan dan pandangannya, aku malah menurut saja dan mengikuti langkahnya masuk ke dalam rumah.
Pak Yoga membuka pintu rumahnya lebar, dan mempersilahkan aku untuk duduk di ruang tamu.
"Duduk dulu, saya ambil laptop saya dulu!" ujarnya lalu masuk ke dalam kamarnya.
Aku duduk di sofa yang ada di ruang tamu, aku hanya pakai kaos kaki karena sepatu ku lepas dan meletakkan nya di luar pintu. Aku melepas tas ransel ku dan mengeluarkan buku catatan dan juga buku latihan, juga kotak pensil ku yang berwarna kuning bergambar Spongebob si kuning yang menggemaskan.
Tak lama kemudian pak Yoga keluar dari kamar, dan dia juga berganti pakaian ternyata. Tadinya dia pakai kemeja dan celana panjang. Sekarang dia hanya pakai kaos berkerah dan celana jeans pendek. Melihatnya berpenampilan seperti itu, ternyata dia nampak lebih muda dan lebih tampan.
Dia duduk di sebelah ku dan membuka laptopnya.
"Lihat, ini nilai kamu dari semester awal sampai kemarin, dan ternyata...!"
"Kok bapak bisa tahu nilai saya dari semester awal?" tanya ku menyela pak Yoga karena aku begitu penasaran, bukannya dia baru seminggu jadi pengajar di sekolah.
Dia malah tersenyum.
"Saya kan guru, saya bisa mendapatkan nilai murid saya dari kantor. Dan lihat nilai kamu! ada apa sebenarnya? kamu sulit memahami pelajaran? atau ada hal lain yang membuat kamu tidak bersemangat? masalahnya bukan hanya mata pelajaran yang saya ajarkan, hampir semua nilai kamu buruk, kecuali pelajaran kesenian!" jelas pak Yoga panjang lebar.
Aku hanya menundukkan kepala ku ketika selesai melihat rekam nilai ku di layar monitor laptop pak Yoga. Jadi malu sendiri rasanya melihat semua nilai yang kebanyakan warnanya merah itu.
"Saya juga tidak tahu pak, saya rasa kapasitas otak saya memang kecil. Dan tak mampu menampung semua pelajaran sulit itu!" jawab ku asal.
Pak Yoga terdiam setelah mendengar jawaban ku, cukup lama. Hingga aku takut dia berubah pikiran dan tidak jadi mengajari ku. Sebenarnya aku juga tidak terlalu sulit saat menangkap pelajaran, nilai ku jelek karena aku jarang mengerjakan tugas jika sudah di rumah. Rasanya malah tidak ingin mengerjakan sama sekali. Aku selalu berusaha mencari kegiatan agar aku bisa pulang terlambat dan akhirnya langsung tidur, mungkin tubuh ku kurus karena aku jarang makan malam. Aku malas sekali jika harus makan malam di rumah bersama dua orang yang membuat ibu ku pergi itu.
"Kamu ada masalah ya?" tanya nya ketika melihat aku terdiam dan sempat melamun.
Aku menggelengkan kepala ku dengan cepat.
"Tidak pak, sekarang kita mulai dari mana?" tanya ku pada pak Yoga.
Pak Yoga terlihat membuka laman baru dan memperlihatkan kembali pelajaran yang ia ajarkan kemarin.
"Kita ulangi materi kemarin ya, tentang hukum dan peradilan. Kamu tahu kan kalau Hukum pada hakikatnya merupakan pagar pembatas, agar kehidupan manusia aman dan damai. Sesuatu disebut hukum jika mengandung unsur-unsur: peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat; peraturan itu dibuat dan ditetapkan oleh badan-badan resmi yang berwajib; peraturan itu bersifat memaksa; dan sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas." terang nya padaku.
Padahal kan sebenarnya aku bisa membacanya secara langsung. Tapi mendengarnya menjelaskan membuat ku makin mengerti.
"Adapun yang menjadi karakteristik dari hukum adalah adanya perintah dan larangan, serta perintah atau larangan tersebut harus dipatuhi oleh semua orang." lanjutnya lagi.
Aku malah terpesona dengan wajah teduh dan tampannya.
"Kamu salah menjawab tentang arti dari lembaga peradilan, Lembaga peradilan adalah pengadilan negara yaitu lembaga yang dibentuk oleh negara sebagai bagian dari otoritas negara di bidang kekuasaan kehakiman dengan sumber hukumnya peraturan perundang-undangan yang berlaku di dalam Negara. Dan kamu malah menjawabnya hanya dengan menulis pengadilan agama, sebenarnya kamu serius tidak sih?" tanya nya padaku.
"Rasti!" panggilnya lagi karena aku melamun.
"Hah! iya pak!" jawab ku.
"Kamu melamun lagi?" tanya nya kemudian.
"Sa... saya masih bingung, ulangi lagi penjelasan nya boleh?" tanya ku sambil tersenyum canggung.
Pak Yoga malah tersenyum dan mengulangi penjelasan nya sekali lagi. Dan ketika dia bertanya padaku, aku mulai bisa menjelaskan seperti apa yang dia lakukan.
"Bagus, kamu mulai paham. Kamu lapar tidak?" tanya nya tiba-tiba membuat aku malah tersentak.
"Kamu bisa masak?" tanya nya lagi padaku.
Aku menganggukan kepala ku perlahan, aku memang bisa masak, saat libur di rumah aku suka membantu bibi memasak saat Rita sugianto itu tidak ada di rumah. Tapi kalau ada dia, aku lebih memilih mengurung diriku seharian di dalam kamar saja.
"Bagus, kita ke dapur ya! saya tadi sudah beli beberapa bahan masakan, kita masak sama-sama lalu makan siang bersama! bagaimana?" tanya nya padaku sambil tersenyum.
'Aduh, meleleh gue!' batin ku melihat senyum pak Yoga yang begitu menawan.
Aku langsung mengangguk dengan cepat. Dia berjalan menuju ke dapur, aku melepas kaos kaki yang aku pakai agar lebih mudah bergerak. Dan aku menyusul nya ke dapur.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Wahhh pak guru mulai modus nih,ada bau bau ingin jadikan Rasti tukang masak special di rumah pak yoga ya...🤣🤣🤣🤣
2022-07-27
1
Bunga
Pak Yoga tuh baik tahu, siapa yang bilang dia gak baik
2022-02-08
0