Angkutan umum yang aku tumpangi berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Aku turun dari angkutan umum itu setelah membayar. Aku segera melangkahkan kakiku masuk dan tiba-tiba saja sebuah motor menghadang jalan ku.
"Eh, kenapa lagi lu sama kakak tiri lu itu?" tanya Panji tiba-tiba.
Aku hanya menatapnya malas sambil berdecak kesal.
"Gak kenapa-kenapa, minggir Panjul. Gue mau masuk kelas!" jawab ku padanya.
"Gak ngerjain tugas lagi lu ya, makanya belajar yang bener kulit lumpia. Perasaan lu kagak kemana-mana, di rumah aja kan? tapi kenapa malah gak pernah bisa ngerjain tugas sih?" tanya nya padaku.
Aku sungguh malas menanggapi pertanyaannya ini, tidak mungkin kan aku mengatakan kalau aku tidak pernah mengerjakan tugas sekolah ku karena ketika sampai di rumah maka yang akan ku lakukan hanya lah tidur dan menangis. Aku juga tidak ingin mengatakan alasan nya pada Panji, meskipun dia adalah teman dan juga tetanggaku tapi mulutnya agak bocor, maklumlah dia kan memang lebih suka bergaul dengan wanita daripada laki-laki. Namanya juga playboy.
"Gak usah kepo lu, sekarang gue tanya? emang lu udah ngerjain tugas lu?" tanya ku balik padanya. Aku rasa dia juga belum mengerjakan tugasnya. Kan kerjanya hanya merayu dan menggombal pada warga Bu RT saja.
Dia menggaruk kepalanya. Dan aku yakin dia belum mengerjakan tugasnya.
"Tuh kan, udah sono ntar cewek lu yang ke sembilan puluh sembilan itu ngamuk lagi lihat lu deket-deket sama gue. Hus hus...!"
"Emang gue kucing, diusirnya begitu?" tanya nya dengan nada dan raut wajah yang kesal.
"Ha ha, emang lu kucing kan! kucing garong! udah buruan minggir, keburu bel masuk. Gue mau nyontek PR nya Yusita!" bentak ku karena Panji tak juga berlalu dari hadapan ku.
"Nanti pulang bareng ya?" tanya nya lagi sepertinya tidak berniat untuk menyingkir dari jalan ku.
"Ogah!" sahut ku cepat dan segera mengambil jalan sempit di belakang motornya lalu berlalu, berlari meninggalkan Panji sambil meledeknya dengan menjulurkan lidah ku padanya, melewek.
Aku tiba di kelas, dan ku lihat ketiga teman akrab ku sudah ada di bangku mereka masing masing. Aku duduk bersebelahan dengan Dewi. Sementara Nina duduk di depan ku dan Yusita duduk di belakang Dewi.
Aku menuju ke meja ku dan meletakkan tas ku di atas meja.
"Mata lu kayaknya agak sembab gitu, lu abis nangis Ras?" tanya Yusita yang memang lebih peka daripada Dewi dan juga Nina.
Setelah Yusita mengatakan itu, baru Nina menoleh sambil memberikan dua bungkus roti isi coklat padaku. Dia ikut memperhatikan aku.
"Kenapa lagi Ras, inget nyokap lagi ya?" tanya Nina dengan tatapan kasihan padaku.
Sebenarnya aku tidak suka tatapan itu, tatapan dikasihani, itu membuatku merasa kesal.
"Jangan lihatin gue begitu?" protes ku pada Nina tapi tetap mengambil roti coklat yang dia berikan.
"Oke, empat hari lagi ya!" sambung ku kemudian.
"Eh, kok gitu! emang kemaren gak di hitung?" tanya Nina padaku, dia nampak tidak senang. Tentu saja, roti coklat adalah makanan yang sangat dia sukai. Dan memberikannya padaku setengah dari jatah yang harusnya dia makan setiap hari tentu saja akan membuat nya merasa sangat sedih dan di rugikan.
"Okelah, tiga hari lagi!" ralat ku membuat Nina mengembangkan senyuman lebarnya.
Aku menoleh ke arah Yusita.
"Yus, lihat PR boleh gak?" tanya ku kikuk. Sebenarnya Yusita ini adalah orang yang paling tidak suka jika PR nya di contek. Tapi karena hanya dia yang otaknya brilian diantara kami berempat. Yah, mau bagaimana lagi?
"Tuh, lagi disalin sama Dewi!" jawab Yusita sambil menunjuk ke arah Dewi.
Aku menoleh dan memutar posisi duduk ku menghadap ke arah Dewi. Pantas saja sejak tadi dia diam saja bahkan tidak menegur ku. Ternyata dia sedang menyalin PR.
"Eh, diem diem aja lu. Geser dikit!" ucap ku sambil menarik buku PR milik Yusita.
"Iye, iye sabar!" serunya sambil menggeser lengannya agar aku bisa melihat tugas Yusita.
Aku dan Dewi sudah selesai menyalin tugas saat bel masuk berbunyi. Kami belajar seperti biasa. Dan saat bel istirahat berbunyi aku dan ketiga teman ku pergi ke kantin.
Suasana kantin sangat ramai, dan aku tidak sengaja mendengar beberapa siswi tukang gosip membicarakan tentang pak Yoga.
"Eh lihat deh, ternyata pak yoga mau nikah lho!" seru Arini menunjukkan ponselnya pada teman-teman nya yang lain.
"Yang bener, mana lihat!" seru Riski yang langsung mencondongkan tubuhnya ke arah Arini.
Aku hanya mendengar apa yang mereka katakan, tapi kenapa rasanya agak kesal ya mendengar mereka bicara. Mungkin karena mereka bicara di sebelah meja kami. Tapi kulihat ketiga teman ku tidak terganggu kenapa aku jadi gelisah begini?
Dewi yang baru saja selesai membayar, menghampiri kami lagi.
"Eh, pada denger kan tadi Arini cs bilang kalo pak Yoga mau merid, tapi yang gue denger dari Nindi cs, katanya kakaknya yang mau merid! mana yang bener sih?" tanya Dewi penasaran.
Aku sedikit menghela nafas lega mendengar itu. Tapi kenapa aku jadi lega mendengar bahwa yang menikah itu kakaknya bukan pak Yoga.
Yusita mengangkat bahunya sekilas.
"Gak tahu juga gue, soalnya tadi tuh yang di posting sama tuh perempuan yang juga model terkenal, itu foto dia sama pak Yoga, pakai caption 'feeting baju pengantin' gitu!" jelas Yusita yang tadi sempat kepo dan melihat postingan di ponsel Arini.
"Model terkenal?" tanya ku pada Yusita.
Yusita menganggukkan kepalanya.
'Apa dia kenal sama ibu ya?' batin ku bertanya.
Aku terdiam, memikirkan apakah model itu mengenal ibu. Ibu kan juga seorang model terkenal, tapi sayangnya dia mengatakan pada semua orang kalau dia itu single dan tak punya anak. Dia bahkan menikah dengan seorang pengusaha kaya yang adalah seorang duda beranak dua setelah bercerai dari ayah. Dan sampai saat ini belum punya anak kandungnya sendiri.
Plak!
Nina memukul lenganku.
"Eh, lihat tuh es campur lu dah jadi apaan tuh, di aduk-aduk aja dari tadi. Kenapa lu?" tanya Nina padaku.
Aku hanya tersenyum lalu meminum es campur yang ada di depan ku. Aku tidak mungkin mengatakan pada mereka aku sedang memikirkan ibu ku. Karena yang mereka tahu itu kandung ku sudah meninggal, ayah ku yang mengatakan itu pada mereka.
Aku juga tidak tahu kenapa ayah sangat membenci ibu, mungkin karena dia telah di buta kan oleh cinta si pelakor itu. Si Rita Sugianto itu.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
kayaknya Panji gagal move on dari Rasti walau pun udah punya cewek...
2022-07-27
1
Bunga
mendingan tanya aja langsung deh sama ayah Rudi, takutnya kamu tuh nething Rasti alias negatif thinking
2022-02-08
1
green tea
suka.... 10
2022-01-13
1