Pak Yoga mempersilahkan aku masuk ke rumahnya, dia membuka pintu masuk utama dengan lebar.
"Duduk dulu, saya akan ambilkan kamu minuman! kamu pasti haus kan jalan kaki kesini!" ucapnya.
Aku hanya diam sambil melihat ke arah karpet yang sepertinya sudah berbeda dari yang kemarin.
'Wah, seperti nya dia memang sudah mengganti nya, dia pasti sudah meletakkan di tempat cucian! huh, mencuci baju saja gue jarang, sekarang gue harus nyuci karpet. Huh..' keluh ku dalam hati.
Aku duduk dan melepaskan tas ransel ku yang cukup memberikan beban berat di pundak ku karena berisi lima buah buku tulis dan dua buah buku paket, satu kotak pensil yang berisi dua pulpen berwarna hitam dan biru. Aku meletakkan tas ransel ku di sebelah aku duduk.
Aku melihat sekeliling, hanya ada lukisan dan tidak ada foto di rumah ini, setidaknya di ruangan ini. Tidak tahu kalau di dalam kamarnya, aku juga melihat semuanya rapi. Tapi tadi dia mengunci pintunya, kurasa dia tak punya pembantu.
Aku membulatkan mata ku, aku baru menyadari satu hal.
'Apa jangan-jangan dia mau jadikan aku pembantunya?' batin ku.
Aku masih terus memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi ketika dia sudah datang dan membawakan dua gelas orange jus, dan meletakkan nya di atas meja.
"Minumlah!" serunya lalu duduk di sebelah ku.
Aku sedikit menggeser duduk ku lalu meraih satu gelas yang ada disana. Aku meminum orange jus itu sampai habis setengah lebih, minuman ini sangat segar. Dan aku memang sedang haus. Setelah itu aku meletakkan kembali gelas itu ke atas meja.
"Terimakasih pak, sekarang dimana tempat cucian nya, saya akan segera mencuci karpetnya!" ucap ku.
Sungguh rasanya sangat canggung di tempat ini, lebih baik jika aku segera mengerjakan apa yang harus aku kerjakan dan segera pergi dari sini. Pak Yoga masih belum bicara, dia hanya diam sambil melihat ke arah gelas yang ada di atas meja.
"Sebenarnya saya sudah bawa karpet itu ke laundry!" ucapnya.
Aku tercengang dong, lalu kenap dia tidak bilang dan masih menyuruh ku kemari.
"Jadi tugas saya sudah tidak ada dong? kalau begitu kembalikan kartu pelajar saya!" ujar ku sambil mengulurkan tangan ku di depannya.
Dia melihat tangan ku dan melihat ke arah ku secara bergantian.
"Aku menghilangkan nya!" jawab nya tanpa ekspresi.
Aku membulatkan mataku.
"Apa?" tanya ku dengan nada meninggi.
"Gimana sih pak, masa' iya bapak bisa ceroboh begitu, masa' cuma kartu pelajar aja bisa ilang sih pak? bapak ini gimana?" omel ku pada pria yang hanya memasang ekspresi wajah datar di depan ku ini.
"Saya lupa meletakkan nya dimana? Ck... karena itu saya membawa karpetnya ke laundry. Jadi kita impas kan?" tanya nya.
Aku spontan saja berdiri.
"Impas darimana coba? kartu pelajar saya ilang. Darimana impas nya? coba bapak ingat-ingat lagi, dimana terakhir bapak letakkan kartu pelajar saya?" tanya ku menatapnya dengan tajam.
"Di dalam kamar, saya ganti pakaian saat kamu pergi. Dan setelah itu saya tidak melihatnya lagi!" jawab nya enteng.
Aku sebenarnya sangat kesal, kenapa dia mengatakan semua ini dengan begitu entengnya. Apa dia tidak tahu jika kartu pelajar itu sama pentingnya dengan KTP.
"Bapak tahu gak sih? betapa pentingnya kartu itu bagi pelajar seperti saya, saya gak mau tahu pokoknya bapak harus cari kartu saya itu sampai dapat!" seru ku sambil menghentakkan kaki ku ke lantai.
Pria di depan ku itu malah menelengkan kepalanya dan mengangkat sebelah kakinya lalu di letakkan di atas kaki yang satunya lagi. Dia melihatku dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Heh, kenapa malah bapak ngelihatin saya begitu?" tanya ku kesal.
Yoga Adrian POV
Aku sedang memperhatikan gadis berseragam SMA yang ada di hadapan ku ini. Dari ujung rambut sampai ujung kaki aku memperhatikan nya dengan seksama.
Aku berfikir apa sebenarnya yang menarik dalam dirinya, kenapa sejak kemarin aku selalu memikirkan nya. Aku bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam karena terus merasakan debaran jantung yang sama saat dia tiba-tiba memelukku kemarin saat dia ketakutan karena beberapa pelajar dari sekolah lain mengejarnya dan temannya, hingga dia dan temannya itu bersembunyi di rumah ku.
Semakin aku memperhatikan nya semakin dia terlihat salah tingkah. Tapi aku benar-benar tidak bisa menemukan apa yang menarik dan berbeda darinya. Tapi jujur saja perasaan ini seperti bukan perasaan biasa. Bahkan rasanya lebih mendebarkan daripada saat bersama dengan mantan kekasih ku dulu yang bernama Sofie itu.
Yoga Adrian POV end
"Hei, pak Yoga! anda tidak sedang memikirkan hal mesum kan?" tanya ku berspekulasi.
Bagaimana aku tidak berkata seperti itu, sejak tadi aku bicara padanya tapi dia malah hanya diam saja. Dan hanya melihat ke arahku terus.
"Saya pergi saja!" ucap ku kesal.
Namun saat aku akan mengambil tas ranselku yang ada di dekatnya, dia menarik tanganku hingga aku jatuh dan menubruknya. Kami dalam posisi yang sulit di jelaskan saat ini. Aku mencoba untuk segera bangun tapi tangan pak Yoga menahan ku.
"Kamu tidak mau bangun?" tanya nya padaku.
Aku menaikkan kedua alisku. Aku mendorong nya lalu aku bangun dengan cepat. Aku mengambil tas ransel ku lalu segera berlari keluar dari rumah pak Yoga.
Sepanjang jalan aku terus memikirkan, ada apa sebenarnya pada guru baru ku itu. Dia menghilangkan kartu pelajar ku tapi tetap memintaku ke rumahnya.
"Ih, dasar orang aneh!" aku bergumam sambil menggidikkan bahu ku.
Tapi ketika aku sedang asik mengomel, aku melihat rombongan Delia dan teman-teman nya tepat sepuluh meter di hadapan ku.
"Eh, itu kan temennya si Dewi!" teriak salah seorang teman Delia.
Aku menganga tak percaya, mereka masih bisa mengenaliku.
"Mampus gue!" gumam ku sambil memegang erat tali ransel ku.
"Aduh, kabur kemana nih gue?" tanya ku sambil menoleh ke arah kanan dan kiri.
Aku langsung berlari, aku rasa satu-satunya tempat aman adalah kembali ke rumah pak Yoga. Jadi aku berlari dengan kencang, membuka pagar dan membuka pintu rumah pak Yoga yang sudah tertutup tapi tidak terkunci.
Aku melihat ke arah jendela, aku melihat mereka ada di depan rumah.
"Huh huh, cepat banget sih ilang nya. Kemarin dia juga ngulang disini kan? dimana dia sembunyi sebenarnya?" tanya teman Delia itu.
Aku terus memperhatikan mereka sambil mengelus dadaku.
"Huh, untung aja mereka gak lihat gue masuk kesini. Kalo gak bisa abis gue, astaga! kenapa bisa ketemu mereka lagi sih?" gumam ku.
"Rasti!" panggil pak Yoga yang sudah berdiri di belakang ku.
Dan aku hanya bisa tersenyum nyengir ke arahnya agar dia tidak memintaku keluar.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Apa Rasti nya gak cantik ya pak..kok bapak bisa bilang Rasti itu gak ada yg menarik,tapi kok bisa bayangan Rasti bikin bapak gak bisa tidur..🤣🤣🤣🤣🤣
2022-07-27
1
Rio_Nya
gak jadi pulang
2022-01-11
0
ㅤㅤㅤㅤㅤ
Anda sedang jatuh cinta pak guru
2022-01-10
3