Aku tanpa sadar mengucapkan kalimat itu dan pak Yoga malah makin tajam menatap ku. Aku menutup mulutku dan mundur sedikit demi sedikit kebelakang.
'Aduh, Rasti. PD lu beli dimana sih? bagus dia mau ngajarin lu private sukur-sukur gratis, lu malah nanya begitu sama nih orang. Udah deh, abis ini lu pasti di usir, terus di gebukin sama Delia and the gengs, terus babak belur. Terus ayah marah-marah karena lu berantem lagi, uang jajan di potong. Cuma bisa jajan gorengan tiap hari, makin kerempeng deh lu!' batin ku sudah memprediksi apa yang mungkin akan terjadi setelah ini.
Tapi ketika aku masih bergulat dengan pemikiran ku sendiri, dia malah maju mendekatiku, ketika aku mundur satu langkah dia ikut maju satu langkah, ketika aku mundur dua langkah, dia juga maju dua langkah. Rasanya gugup sekali, mana tatapannya tajam banget, apa dia mau nyekek aku sanking kesalnya ya?
Brugh!
Aku terjatuh, terjungkal dengan tidak etis nya karena di belakang ku ada sofa. Untung saja ada sofa, tapi nih sofa juga udah bikin aku jatuh dengan posisi kaki di atas.
"Pffttt... ha ha ha!"
Dan sialnya lagi, bukannya membantu ku bangun, pak Yoga malah tertawa sangat puas melihat aku terjungkal begini.
'Ih, untung ganteng kalo gak, gue remekin tuh muka, bukannya nolongin malah ketawa! eh apa tadi gue bilang, dia ganteng?' batin ku.
Aku memandangnya dengan seksama, dia tertawa terbahak-bahak sampai aku melihat dia menggerakkan tangannya menyeka titik air mata yang ada di sudut matanya karena tertawa.
'Iya juga sih, dia ganteng banget!' batin ku lagi.
Tapi sedetik kemudian aku langsung menggelengkan kepalaku dengan cepat.
"Gue mikir apa sih tadi?" gumam ku yang nyaris tak lu dengar sendiri.
Aku berusaha untuk bangun, dan membenarkan seragam ku yang sudah berantakan akibat terjungkal tadi.
"Seneng banget lihat orang susah!" gumam ku.
"Kamu tuh ya, udah cerewet, gak pinter, ceroboh lagi. Kamu pasti masih jomblo kan?" tanya nya.
Dan pertanyaan nya itu membuat ku ingin meninju wajahnya yang ganteng itu.
Aku meletakkan kedua tangan ku di pinggang, aku berkacak pinggang padanya.
"Eh, emang bapak punya pacar? enggak kan? nih dinding rumah bapak polos, pasti sama kan kayak hati bapak?" tanyaku dan kulihat ekspresi wajahnya berubah.
Aku menurunkan tanganku, seperti nya aku salah bicara lagi. Ini kan di rumahnya, dan aku sendirian, aduh gak enak banget deh kalo ikut pencak silat tapi cuma seminggu doang, aku jadi menyesalinya. Kenapa aku tidak ikut dengan teratur seperti Panji, pasti setidaknya aku bisa bela diri dan tidak harus kabur-kaburan saat ada yang mau berkelahi dengan ku.
"Kamu mau gak jadi pacar saya?" tanya nya tiba-tiba dan itu berhasil membuat ku langsung terdiam dan mematung.
Deg... deg... deg...
Jantung ku berdetak sangat kencang, aku benar-benar dibuat tak bisa berkata-kata, saat pak Yoga mengatakan pertanyaan itu, wajahnya serius dan nada suaranya itu lho, mampu menghanyutkan. Aku memang jomblo, tapi bukan berarti aku ini gak pernah di tembak, puluhan cowok udah nembak aku, tapi aku males nanggepin mereka. Bahkan si Panjul saja, eh maksud ku si Panji juga pernah tuh nembak aku, tapi langsung aku tolak mentah-mentah. Dia itu kan playboy yang gak pernah pacaran lebih dari tiga bulan. Bisa patah hati aku nanti.
Aku masih mengerjapkan mataku perlahan.
"Ba... ba..pak. bilang apa tadi?" tanyaku gugup dan tangan ku menjadi dingin. Kakiku rasanya lemas sekali, seperti mau pingsan.
"Pffftt...ha ha ha!"
Aku membelalakkan mataku, dia malah tertawa. Sedetik kemudian aku menyadari dia sedang mengerjai aku.
Plak!
Refleks aku memukul lengan nya dengan kuat
"Gak lucu!!" bentak ku padanya.
Ih, nih orang kebiasaan udah ngangkat orang tinggi-tinggi terus dibanting begitu saja.
"Sudah-sudah, saya tidak akan bercanda lagi. Kamu tidak bisa di ajak bercanda! sakit sekali pukulan kamu ya, panas!" keluhnya.
Dan aku hanya memicingkan mataku padanya.
"Rasain, suruh siapa becanda gak lucu!" keluh ku kesal padanya.
'Ih, padahal gue tuh baper tadi! resek nih guru satu!' batin ku masih kesal.
Aku mendekati jendela, dan memastikan masih ada tidak Delia and the gengs disana. Dan ternyata mereka sudah pergi. Aku langsung membuka pintu dan hendak keluar dari rumah pak Yoga, namun lagi-lagi pria itu menahan ku. Dia menarik pergelangan tanganku hingga aku menoleh ke arahnya.
"Jangan lupa besok pulang sekolah ya! besok saya tidak ke sekolah, ada urusan. Kamu jangan lupa!" serunya mengingat kan aku.
"Saya gak punya uang buat bayar les!" dalih ku beralasan.
"Apa saya bilang, saya minta bayaran? saya mau bantu kamu. Nilai kamu memang parah sekali. Kamu kan mau ujian kenaikan kelas minggu depan, saya hanya ingin bantu kamu!" ucapnya lalu melepaskan tanganku.
Aku mengerjapkan mataku lagi.
'Seriusan nih orang mau bantu gue tanpa bayaran! baik banget dia!' batin ku.
"Baik, besok pulang sekolah saya kesini!" jawab ku lalu keluar dari rumah pak Yoga.
Setelah keluar dari gerbang, aku kembali menoleh dan melihat pak Yoga masih berdiri di pintu dan tersenyum padaku.
"Perasaan gue aja, atau emang dia kayaknya suka sama gue? ih PD gila gue!" gumam ku sambil cekikikan sendiri dan berjalan menuju ke rumah.
***
Setibanya di rumah, lagi-lagi aku harus mendengarkan musik yang entah sudah sejak kapan dinyalakan oleh Rita Sugianto itu.
"Sore Rasti, kamu baru pulang? kenapa belakangan ini kamu pulangnya telat terus? kamu udah makan siang?" tanya ibu tiri ku itu bertubi-tubi.
"Rasti ikut les, seminggu lagi ujian!" jawab ku apa adanya namun dengan cuek dan tanpa melihat ke arah Rita Sugianto.
Aku hendak berjalan masuk, namun seseorang menahan pergelangan tangan ku dan menekannya dengan kuat. Aku langsung menoleh dan ternyata memang Tirta yang melakukan nya.
"Lepasin tangan gue!" bentak ku pada kakak tiri ku itu.
"Bisa gak kalo ngomong sama nyokap gue tuh yang sopan, udah bagus lu di tegor..!
"Siapa yang minta di tegor, lepasin tangan gue!" teriakku lagi.
Rita Sugianto, ibu tiri ku dan ibu kandung Tirta mendekati kami.
"Tirta, lepasin tangan Rasti. Kamu gak boleh gitu!" serunya mencoba menarik tangan Tirta dariku.
Tirta segera melepaskan tangan ku karena dia memang sangat penurut pada ibunya.
"Awas ya kalau lu gak sopan lagi sama nyokap gue!" bentak nya padaku.
Aku tidak menjawab dan langsung berlari menaiki anak tangga dan masuk lalu mengunci pintu kamar ku. Aku menjatuhkan tubuhku di atas tempat tidur dan menangis.
"Ibu, Rasti kangen ibu!" lirih ku.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
я𝓮𝒾𝓷A↠ͣ ⷦ ͣ𝓭𝓲𝓪𝓷✿
10 jempol
2022-02-03
1
miawies
like n fav ka, semangat terus ya. salam dari QUEEN OF THUNDEROUS, yuk saling dukung
2022-01-16
1
Embun Kesiangan
semangat 3x🙏😍😘💞
2022-01-11
0