Aku merasakan jariku seperti tersengat aliran listrik arus rendah, kalau arusnya tinggi aku pasti pingsan kan! Sengatan itu mengalir dari jari telunjuk kanan ku dan terus sampai ke tangan ku lalu ke hatiku.
'Ah, kenapa ini, kenapa perut gue jadi mules ya? apa karena makanan yang gue masak tadi?' tanya ku dalam hati.
Terus terang saja, perut ku sangat mulas karena tatapan mata pak Yoga yang begitu aneh saat melihatku. Aku bahkan kehilangan suaraku, aku membuka mulutku tapi tak bisa mengeluarkan suara.
'Ada apa ini, kenapa lidah gue tiba-tiba kelu!' batin ku lagi.
Aku menarik tangan ku dari mulut pak Yoga, rasanya benar-benar aneh. Sangat aneh hingga membuat bulu kuduk ku berdiri dan perut ku mulas.
"Ma... maaf pak!" seru ku yang akhirnya bisa mengeluarkan suara dari mulut ku meskipun tergagap.
Pak Yoga berdiri, dan dia menuntunku untuk berdiri dan duduk di kursi. Dia segera mencari sesuatu, karena dia terus membuka rak demi rak yang ada di dapur. Setelah mendapatkan apa yang dia cari, pak Yoga menarik kursi dan mendekat kan kursi itu ke dekat ku duduk. Dia membuka sebuah plester dan memakaikannya padaku, pada jari telunjuk kanan ku.
"Sudah, kamu hati-hati ya lain kali!" ucap nya lembut.
Aku mengangguk kan kepala ku perlahan.
"Iya pak, maaf merepotkan. Saya pulang sekarang ya! sudah sore!" seru ku dengan gugup.
Tidak tahu juga kenapa aku jadi gugup sekali, perhatian pak Yoga benar-benar bisa bikin baper. Kalau begini akan kah aku menyukai calon suami orang? aku langsung menggelengkan kepalaku berkali-kali. Mengusir pikiran aneh itu dari kepala ku. Aku berjalan pelan ke rumah tamu, memakai kaos kaki dan membereskan buku catatan ku dan memasukkan nya ke dalam tas ransel sekolah ku.
Aku melihat pak Yoga mengambil kunci mobilnya setelah membereskan pecahan piring tadi.
"Ayo saya antar!" tawar nya padaku. Aku sampai melotot tak percaya dia mau mengantar ku.
Tapi jika dia mengantar ku, maka akan timbul banyak pertanyaan dari para tetangga dan juga dari ibu tiri ku itu. Aku rasa akan lebih baik jika aku pulang sendiri saja.
Aku segera berdiri dan melambaikan tangan ku berulang kali di depan dadaku.
"Tidak usah pak, saya pulang sendiri saja! rumah saya tidak jauh kok, lagi pula kasihan supir angkot nya kalau bapak antar saya, dia gak jadi dapet uang dari saya, kasihan kan setoran sama bos nya nanti kurang!" ucap ku benar-benar terdengar aneh.
'Duh, gue ngomong apaan sih?' tanyaku dalam hati pada diriku sendiri.
Aku sangat canggung dan kikuk, tapi aku lihat pak Yoga malah kembali terkekeh.
"Tuh kamu pinter nyari alasan panjang lebar gitu, besok ujian harus seperti itu ya!" serunya padaku.
Aku sempat terdiam sebentar, lebih tepatnya aku bengong mendengar apa yang pak Yoga katakan itu. Terlebih lagi, dia berjalan mendekati ku dan mengusap kepala ku dengan lembut.
"Ingat materi tadi ya, supaya besok pulang sekolah kita bisa makan burger!" ucap nya dengan nada suara rendah dan berat.
Blush!
Demi apapun rasanya aku ingin menyembunyikan wajahku di kolong meja, aku rasa saat ini wajahku benar-benar memerah.
Aku masih diam mematung, ketika pak Yoga mendekati ku dan makin dekat kerah samping, dia berbisik.
"Wajah mu merona, kamu cantik!" bisik nya padaku.
Aku rasa aku akan pingsan sebentar lagi, aku langsung berbalik dan menjauh darinya.
"Saya pulang pak, permisi!" ucapku sambil berjalan dengan cepat, lebih tepatnya setengah berlari keluar. Aku memakai sepatu dan langsung berlari keluar pintu gerbang dan segera kabur dari sana tanpa menoleh lagi.
Setelah cukup jauh, aku berhenti dan memegangi dadaku.
Deg... deg... deg...
"Mampus gue, bapet beneran ini sama calon laki orang, bisa di kutuk jadi Cilok gue kalau ayah tahu!" gumam ku sambil mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya perlahan.
Setelah nafas dan degup jantung ku mulai normal aku kembali berjalan keluar dari kompleks perumahan pak Yoga menuju ke halte. Aku menaiki sebuah angkutan umum dan menuju ke gang perumahan tempat aku tinggal. Aku sudah kenyang, jadi aku berjalan bersemangat ketika aku turun dari angkutan umum.
Tin... tin... tin...
Aku menoleh ke arah belakang, karena suara klakson dari arah sana. Aku minggir ke tepi jalan, kupikir mobil itu ingin lewat. Tapi ternyata...
"Jadi kamu tinggal di perumahan ini?" tanya pak Yoga yang menyembulkan kepalanya dari jendela mobil setelah membuka kaca jendela mobilnya.
Aku kembali ternganga sambil memegang erat kedua tali ransel ku.
"Ba... bapak Yoga!" ucap ku terkejut.
Dia malah keluar dari dalam mobilnya, dan mendekati ku.
"Yang mana rumah kamu?" tanya nya kemudian sambil melirik beberapa rumah yang ada di dekat kami berdiri.
"Bapak ngapain disini?" tanya ku.
Aku terdiam sebentar, tidak mungkin kan pak Yoga sengaja mengikuti ku. Untuk apa dia melakukan itu?
"Bapak gak ngikutin saya kan?" tanya ku sambil memandang ke arah pak Yoga dengan tatapan penuh selidik.
Aku jadi penasaran sekali, bagaimana bisa pak Yoga kebetulan ada disini.
Dan pria tinggi, dengan potongan rambut yang sedikit panjang di depan seperti sebuah poni menyamping, berwajah mirip Adrian Maulana kala masih muda dengan hidung mancung dan kulit putih bersih itu malah terkekeh pelan.
"Saya memang mengikuti kamu, sebentar!" jawab nya dan dia berjalan menuju ke arah mobilnya.
Pak Yoga mengambil sesuatu dari dalam sana, lalu kembali menghampiri ku.
"Ini, kartu pelajar kamu. Saya temukan di mobil, kemarin saya berniat mengembalikan pada kamu saat di sekolah, tapi saya lupa!" jelasnya sambil menyodorkan kartu pelajar ku.
Aku mengambil kartu itu lalu memasukkan nya ke saku baju seragam ku.
"Terimakasih pak, harusnya tidak usah repot-repot mengantarkan nya, besok kan bisa di sekolah!" ucap ku
"Saya takut lupa, oh ya! yang mana rumah kamu? masih jauh?" tanya nya lagi yang terlihat sangat penasaran.
Aku menunjuk ke arah rumah ku.
"Yang itu!" jawab ku singkat.
Aku lihat dia hanya mengangguk paham, dan kembali menoleh ke arahku.
"Saya pulang dulu ya, kapan-kapan saya boleh main kan ke rumah kamu?" tanya nya dengan wajah yang sangat santai.
Aku kembali terkesiap.
'Hah, apa maksudnya? dia main kerumah gue? apa maksud nya dia mau ngapelin gue gitu? ih mikirin apa sih gue, ya kali dia mau ngapelin gue, dia itu calon laki orang!' batin ku.
"Maksud bapak gimana?" tanya ku yang tidak mengerti.
"Kapan-kapan, malam minggu misalnya! saya pulang dulu ya. Sampai ketemu besok di sekolah!" ucapnya lalu masuk ke dalam mobil.
Mobilnya mundur dan meninggalkan kompleks perumahan dan juga aku yang masih terbengong karena ucapannya barusan.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Aaaaaahhhh ini pak guru hikin aku baper aja🤩🤩🤩🤩🥰🥰🥰🥰🥰😍😍😍🤣🤣
2022-07-27
1
Elisabeth Ratna Susanti
hadir di sini 😍
2022-02-09
0
green tea
yg bacanya ikut Baker☺☺🥰
2022-01-15
0