Aku masih terdiam mematung di tempat ku. Dia mengajar kelas Jessica, itu artinya dia juga akan mengajar di kelas ku dong! wah, kabur aja apa gimana nih? Tapi selagi aku mematung sambil berfikir, pundak ku seperti ada yang menepuk dari belakang.
"Woi, masih pagi udah ngelamun aja? mikirin nasib lu yang jomblo menahun ya?"
Aku tahu suara siapa itu, aku langsung memutar lutut ku menghadap ke arah belakang.
Ku naikkan kedua tangan ku sampai di pinggang. Sambil berkacak pinggang, aku memicingkan mata pada anak perempuan berusia lebih tua satu tahun dari ku yang sekarang sedang berdiri sambil memegang erat kedua tali tas ranselnya dengan kedua tangannya.
"Tenang, Rasti! gue bisa ngejelasin! tenang dulu!" seru Yusita merasa gugup.
Aku terus menilik tajam kearah Yusita, gadis ini sangat pintar dalam akademik namun dia sangat penakut dan mudah sekali di pengaruhi. Apalagi oleh salah satu teman ku lagi yang tomboinya, kebangetan.
"Se... sebenarnya tuh, kita tuh udah manggilin kalian berdua buat lari, tapi kalian malah sibuk sama mamang mamang penjual asinan kedondong itu!" ucapnya memberikan alasan kenapa mereka kemarin meninggalkan aku dan juga Nina saat Delia dan teman-teman nya mengejar kami.
Aku sebenarnya percaya padanya, karena daripada Nina ataupun Dewi, juga daripada aku. Yusita lah yang paling jujur antara kami.
Aku merubah posisi tangan ku, dari pinggang sekarang aku naikkan dan ku lipat di depan dadaku.
"Yang bener?" tanya ku lagi.
Yusita mengangguk kan kepalanya berkali-kali dengan cepat.
"Serius Ras! kagak bohong gue!" tuturnya lagi meyakinkan aku.
"Ya udah, kalo gitu lihat PR bahasa Indonesia lu! Sini!" aku mengatakan itu sambil mengulurkan tangan kananku di depan Yusita.
'Ha ha ha, lumayan lah bisa nyontek PR Bahasa Indonesia sama dia. Emang enak di palak pagi-pagi!' batin ku senang mengerjai Yusita sepagi ini.
Sambil merengut dan mendengus kesal, Yusita membuka tas ransel yang sudah dia rubah posisi nya jadi berada di depannya. Lalu meraih sebuah buku bersampul putih bergambar bunga-bunga. Entahlah Yusita itu suka sekali dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan bunga bunga. Kenapa dulu namanya bukan Bunga saja ya!
Aku meraih buku yang di keluarkan oleh Yusita lalu segera melangkah masuk ke kelas ku. Bukannya aku malas lho ya, aku ini cukup rajin tapi sayang otakku memang tidak sepintar Yusita dan sembilan orang lainnya di dalam kelas yang selalu jadi peringkat sepuluh besar. Tapi prestasi ku juga tidak buruk, aku selalu jadi peringkat dua puluh di antara tiga puluh dua orang siswa di kelas ku. Tidak buruk juga kan?
Semalam aku ketiduran jadi tidak sempat mengerjakan PR. Ini semua karena aku kelelahan setelah melarikan diri dari Delia dan teman-teman nya.
Aku duduk di kursi ku, dan disana aku sudah lihat Nina yang sedang makan Roti rasa srikaya kesukaan nya.
"Pagi Rasti!" sapa nya tanpa dosa.
Padahal kan kemarin dia sudah meninggalkan aku dengan sangat bahagia di rumah Om Om tempat kami sembunyi dari Delia dan teman-teman nya.
Aku duduk tanpa menghiraukan perkataan Nina padaku. Aku masih kesal, aku saja masih bingung mau pergi tidak ya kerumah pria itu lagi. Tapi kartu pelajar ku masih ada padanya, ah aku pusing!
Aku mengeluarkan buku PR bahasa Indonesia ku dan menyalin jawaban Yusita.
Nina malah pindah dari tempat duduk di belakang ku, ke arah depan.
"Nih!" ujar Nina sambil memberikan dua buah roti srikaya di atas meja di depan ku.
Aku melirik ke arah roti itu lalu ke arah Nina.
"Apa nih? mau nyogok gue?" tanya ku dengan nada ketus pada Nina.
"Kita damai aja deh, gimana kalau mulai besok gue bawain lu dua roti srikaya selama tiga hari?" tanya nya mulai menawarkan perjanjian damai padaku.
"Seminggu!" sahut ku.
"Hah, empat hari deh!" tawarnya
"Enam hari kalo gitu!" ketus ku lagi.
"Yah, jatah gue berkurang banyak dong. Bisa turun berat badan gue Ras, nanti gue gak semok lagi!" protesnya.
"Ya udah, nih kerjain PR gue. Lima hari, gak ada tawar menawar lagi!" tegas ku.
Ku lihat Nina seperti nya tidak suka dengan hasil akhir nya, tapi aku tidak perduli. Aku masih kesal karena aku membantunya lari, dia malah meninggalkan aku sendiri di rumah pria tak ku kenal itu.
"Yang bener!" ucap ku ketika melihat Nina lama sekali tidak menulis lagi di buku ku.
"Ras, kayaknya ini salah deh. Gue tuh jawab nya majas perumpamaan bukan personifikasi!" protes Nina pad jawaban Yusita.
"Mana ada majas perumpamaan!" protes Yusita yang baru masuk kelas bersama dengan si tomboi Dewi.
"Ah gak tau lah, tulis aja sesuai jawaban Yusita!" keluh ku sambil makan roti srikaya dari Nina.
"Gimana kemaren, lu berdua bisa lolos kan dari Delia and the gengs?" tanya Dewi.
Aku melirik sekilas ke arah nya lalu kembali memakan roti srikaya yang ada di tangan ku.
"Dasar lu ya, nih gara-gara lu! gue jadi harus ngerjain PR si Rasti, mana jatah roti srikaya gue berkurang lagi lima hari!" protes Nina pada Dewi.
Dan gadis tomboi itu malah nyengir sambil menggaruk kepalanya yang berambut keriting.
"Tahu, sok berani lu. Giliran disamperin kabur duluan!" tambah ku.
Aku senang jika harus mengomelinya. Tapi dia malah hanya cengar-cengir tidak jelas.
"Ya udah, sini gue yang kerjain!" ucap Dewi menarik buku ku ke arahnya.
"Ogah gue!" bantah ku sambil menahan tangan Dewi.
"Kenapa?"
"Pake di tanya lagi, tulisan lu kayak ceker ayam, ogah gue. Ntar ketahuan gue nyontek!" jelas ku.
Nina kembali melanjutkan menyalin PR untukku. Beberapa saat kemudian bel masuk berbunyi. Kami belajar seperti biasa, pelajaran pertama adalah Bahasa Indonesia, lalu pelajaran kedua adalah Matematika.
Bel istirahat berbunyi. Aku dan ke tiga teman absurd ku memilih pergi ke kantin untuk mencari gorengan Bu Susi favorit kami.
Kami berempat duduk di tempat paling pojok, tiba-tiba beberapa kakak kelas datang ke meja kami.
"Boleh gabung?" tanya mereka.
Tiga pria itu melihat ke arah Yusita, tuh cewek selain penakut dan cengeng emang paling cantik dan paling pinter di antara kami berempat.
"Ngapain? banyak kursi kosong noh!" seru Dewi menunjukkan wajah garang nya.
"Iya tuh, masih banyak bangku kosong! ngapain sih, bikin sempit tempat aja!" protes Nina yang badannya memang butuh tempat luas saat duduk.
"Kalian gak usah pada belagu! bagus kita mau samperin kalian! yang terkenal jomblo akut di sekolah ini!" seru kakak kelas yang berdiri paling jauh. Wajahnya dari tadi memang seperti tidak suka berjalan kemari. Mungkin dia temannya ini yang memaksanya.
"Apa lu bilang??" Dewi berdiri dan menggebrak meja.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Mihayada
dih licik juga si rasti
2022-03-27
1
green tea
😁😁😁
2022-01-12
1
Embun Kesiangan
wkwkwk bun termasuk yg absurd gak y😂😂😂
2022-01-11
1