Aku masih merutuki kebodohan ku yang tanpa pikir panjang memeluk orang asing begitu saja. Aku yakin yang di pikirkan pria ini, pasti aku ini siswi yang tidak benar, gadis yang tidak benar pokok nya. Aku saja berfikiran begitu, bagaimana dengan orang lain.
Untung saja yang melihat kejadian ini hanya Nina, selain makanan dia tidak akan mengingat hal lain. Besok dia pasti sudah lupa dengan kejadian yang baru di lihat nya ini. Aku yakin itu.
Tapi terus dalam posisi begini juga aku sangat tidak nyaman, aku melihat ada vas bunga dibatas meja. Tiba-tiba saja otak nakal ku memberiku ide. Bagaimana kalau ku pukul saja pria ini hingga pingsan dan setelah itu aku dan Nina akan kabur. Kurasa itu bukan ide yang buruk bagiku, lagi pula pukulan ku paling cuma bisa buat pria ini pingsan doang gak sampai metong.
Aku melirik ke arah Nina, memintanya agar mengambilkan vas bunga itu padaku.
"Vas bunga! ambil gue mau pake!" ucapku komat kamit pada Nina tanpa mengeluarkan suara.
"Vas ini?" tanyanya sambil melakukan gerakan serupa seperti yang aku lakukan, komat-kamit tanpa suara.
Aku mengerjapkan mataku. Aku lihat Nina menganggukkan kepalanya, tapi kenapa dia tak kunjung memberikan vas bunga itu padaku? apa yang sedang di pikirkan oleh si Nina?
Pria ini mendorongku menjauh sedikit darinya dan melihat ke arahku, tapi aku masih berusaha melihat ke arah Nina.
'Ya ampun, dia manggut-manggut sebenarnya ngerti gak sih maksud gue tadi apa?' batin ku geram pada Nina.
"Sekarang jawab kalian siapa dan darimana? kenapa bisa di kejar anj*ing?" tanya pria itu yang sekarang bicara dengan nada yang terdengar pelan, malah terdengar lembut sih menurut ku.
Aku mendesah kesal.
"Kami siswi SMA Jaya Negara, tadi tuh kami lagi beli asinan kedondong, eh tiba-tiba tuh lambrador-lambrador....!
"Kalian di kejar lambrador? kok bisa lolos?" tanya pria itu malah membuatku makin kesal.
'Ya jelas lah gue sama Nina bisa lolos, lambrador nya berkaki dua!' batin ku lagi.
"Iya pak, sebagai ganti rugi kami bakalan cuci nih vas bunga!" seru Nina menyela pembicaraan ku dan si pria yang bisa ku katakan ganteng ini.
Aku melotot menghadap ke arah Nina.
'Jadi itu yang ada di pikirannya, haduh gue kayaknya butuh lowongan cari teman baru nih. Teman-teman gue anti mainstream semua ini!' geram ku dalam hati.
Pria itu terdiam, dia memegang dagunya dan melihat ke arah ku kembali.
"Kamu cuci karpet ini! dan kamu...!" pria itu menjeda kalimatnya saat menunjukkan jari telunjuk nya ke arah Nina.
"Kamu bisa pulang!" ucap pria itu.
"Lho, gak bisa gitu dong Om, kan kita ngotorin karpet nya sama-sama, bersihinnya juga sama-sama dong!" protes ku tak terima.
"Kamu gak lihat teman kamu sudah gemetaran, pasti dia juga belum makan. Nanti kalau dia pingsan gimana?" tanya Pria itu padaku.
"Gue juga belum makan kali, mana bisa gitu sih!" protes ku lagi.
"Nina, lu gak bakalan pergi ninggalin gue kan?" tanya ku pada Nina yang memasang wajah polos.
"Gue pulang dulu ya, gue laper berat. Ntar abis makan gue kesini lagi. Coba lihatin tuh guguk masih ada di luar apa udah pergi mereka?" tanya Nina padaku.
Meski kesal aku masih berbalik dan melihat ke arah luar jendela. Delia and the gengs sudah tidak ada lagi disana.
"Udah gak ada!" jawab ku ketus.
"Gue pulang dulu, makasih om ganteng!" ucao Nina lalu pergi membuka pintu dan keluar.
Aku juga tak mau dong diam disini sendirian, aku ikut melangkahkan kaki ku keluar, tapi tiba-tiba.
"Eh..!" ucap ku ketika tas ransel ku di tarik dari arah belakang.
"Mau kabur?" tanya pria itu.
Aku hanya bisa berdecak kesal ketika melihat si Nina sudah keluar dari pagar.
"Iya, iya cuci karpet doang kan? kecil!" celoteh ku sambil menyatukan jari jempol dan jari tengah ku lalu membunyikan nya di depan wajah pria itu.
Dia malah tersenyum menyeringai padaku.
'Wah, jangan-jangan nih Om-om mau ngapa-ngapain gue nih, nyuruh Nina pergi!' batin ku sampai aku bengong sendiri.
"Kartu pelajar!" serunya tiba-tiba membuat aku kaget.
"Apa?" tanya ku cengo.
"Sini kartu pelajar kamu!"
"Buat apaan, kagak bawa gue!" dalih ku.
"Saya tahu yang kejar kamu bukan lambrador tapi siswi dari sekolah lain kan, dari seragam mereka seperti nya mereka murid SMA Pembangunan!" seru pria itu sambil melipat tangannya di depan dadanya.
Aku menenggak saliva ku sudah payah. Nih orang kayaknya bukan orang yang bisa di bohongin sembarangan nih. Tapi aku tak akan mudah menyerah begitu saja, bukan Rasti Azzura namanya kalau gampang nyerah.
"Whuaaaa...hiks hiks! ayah, ibu Rasti di culik!" aku menangis sejadi-jadinya.
Maksud ku, aku mau membuat pria ini panik dan melepaskan ku. Tapi ternyata dugaan ku salah.
"Kamu lagi acting kan?"
"Siapa yang lagi acting, mendingan Om lepasin saya deh. Biarin saya pulang kalau saya terus nangis dan teriak ntar para warga dateng, terus ngegerebek rumah Om ini berabe lho urusannya!" gertak ku pada pria ini.
"Lalu?" tanya nya enteng.
'Lho nih orang aneh bener masa iya gak tahu!' batin ku lagi.
"Kalau Om gak lepasin gue sekarang, nanti begitu warga dateng, gue bakal bilang kalo om dah culik gue!" gertak ku lagi.
"Saya bahkan tidak memaksamu masuk rumah saya, bagaimana bisa dikatakan saya menculik kamu. Di depan ada kamera CCTV yang akan memberikan penjelasan kepada semua orang, apa saya yang menculik kamu atau kamu yang masuk ke rumah saya tampa ijin!" balasnya malah menggertak ku.
'Mampus gue, mana gue tahu nih rumah ada CCTV nya!' batin ku merutuki kebodohan ku lagi.
"Sini kartu pelajar kamu!" serunya membuatku tersentak kaget.
Dengan berat hati yang beratnya lebih berat daripada berat badan si Nina, temen gak tahu di untung itu. Aku terpaksa memberikan kartu pelajar ku pada pria itu. Dia melihat dan membacanya.
"Rasti Azzura, 17 tahun! kamu kelas berapa?" tanya Pria itu.
"Kelas Sebelas!" jawab ku malas.
"Ya udah, mana sabun sama sikatnya. Gue cuci dulu nih karpet!"
Aku segera menunduk hendak mengangkat karpet lantai berwarna biru yang sekarang warnanya campur coklat abstrak gak jelas karena tapak sepatu ku dan juga Nina.
"Tidak usah, sekarang saya mau keluar. Kamu besok pulang sekolah balik lagi kesini buat cuci karpet nya ya! sekarang kamu pulang saja dulu!" seru nya.
"Kartu pelajar gue?"
"Saya jadikan jaminan!"
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Mihayada
tak setia kewan wkwkkwk
2022-03-26
1
°•Anne's chaa•°
Karya baru ya, semangat
2022-01-07
1
Tirtayasa
makanya lihat dulu ada CCTV nya atau gak, baru masuk. Mana sempet ya
2021-12-25
13