Tirta POV
Lagi-lagi aku harus melihat pemandangan ini, dan mendengar suara ibuku yang bergetar karena sedih, ucapannya tak pernah di hiraukan oleh cewek tengil yang selalu bikin ulah itu. Aku sedang membenarkan gas motorku di samping rumah, ketika aku mendengar ibu bicara dan menegur Rasti yang baru saja pulang. Padahal hari sudah sangat sore.
Gadis itu memang seperti itu, selalu pulang terlambat. Entah apa yang dia lakukan diluar sana sepulang sekolah, aku hanya berharap dia tidak membuat ulah lagi seperti yang kemarin-kemarin. Dia berkelahi, dan membuat ibu ku harus beberapa kali ke sekolahnya karena guru BK memanggil orang tuanya.
Ibu ku sangat baik, dia tidak pernah ingin memberitahukan semua perbuatan buruk Rasti pada ayah. Tapi sepertinya Rasti terlalu buta pada kebaikan ibuku.
Dan aku mendengar dia menjawab teguran ibu padanya dengan ketus, aku membanting Oneng yang aku pegang dan menarik tangannya.
"Lepasin tangan gue!" teriaknya dan ibuku langsung menghampiri kami.
"Bisa gak kalo ngomong sama nyokap gue tuh yang sopan, udah bagus lu di tegor..!"
"Siapa yang minta di tegor, lepasin tangan gue!" dia menyela apa yang ingin aku jelaskan padanya. Rasanya aku kesal sekali pada cewek tengil ini. Sudah begitu baik sikap ibu ku padanya tapi dia sama sekali tidak pernah menghargai nya.
Dia selalu memuja ibu kandungnya, dan kalau dia tahu kenapa ibu kandungnya itu meninggal kan nya. Dia bahkan akan sangat malu terlahir dari wanita seperti itu.
Rasanya aku ingin menceritakan segalanya pada cewek tengil ini, tapi aku sudah berjanji pada ibu ku untuk tidak mengatakan nya. Jika tidak akan ku buat dia menangis dan menyesali perbuatannya selama ini pada ibuku dan juga aku.
"Tirta, lepasin tangan Rasti. Kamu gak boleh gitu!" ibu ku mendekat dan mengatakan itu padaku.
Aku sangat menghargai dan menghormati nya, ku lepaskan tangan cewek tengil ini tapi sebelumnya aku sudah memperingatkan nya.
"Awas ya kalau lu gak sopan lagi sama nyokap gue!"
Dan dia tidak mengatakan apapun, matanya sudah berkaca-kaca dan berlari menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.
Ibu mengusap kepala ku perlahan.
"Nak, kamu jangan bersikap seperti itu lagi ya pada Rasti. Dia tidak tahu apa-apa, dan dia sangat menyayangi ayah dan ibunya. Ibu tidak apa-apa, ini sudah keputusan ibu. Menjaga dan merawatnya sepenuh hati ibu, seperti ibu menjaga dan merawat mu!" seru ibuku dan membuatku menghela nafas berat.
Ibu terlalu baik, demi menjaga perasaan anak tengil itu, ibu rela di cap sebagai perusak rumah tangga orang lain. Padahal tidak seperti itu kenyataan nya.
"Tirta tidak suka dia bersikap seperti itu pada ibu!" keluh ku.
Ibu ku hanya tersenyum dan mengusap lenganku dengan lembut.
"Ibu tidak masalah nak! seiring waktu saat dia dewasa nanti dan sudah bisa menerima kenyataan maka kita akan memberitahu kan dia kebenaran nya. Tapi bukan sekarang dia masih SMA, dan seminggu lagi dia akan mengikuti ujian kenaikan kelas. Semua ini akan mengganggunya! Oh ya, kamu juga akan ujian kan?" tanya ibu padaku.
Aku tahu dia hanya mencoba mengalihkan topik pembicaraan kami saja. Tapi aku mengangguk kan kepala ku dengan cepat.
"Iya, aku juga akan ujian. Mungkin tahun depan aku sudah bisa mengumpulkannya SKS yang tepat, dan sudah bisa memulai menyusun skripsi!" jelas ku pada ibu.
"Bagus sekali. Dan kamu bisa membantu ayah mu di perusahaan nya!" sahut ibu. Dia sangat senang.
Ayah Rudi juga tidak buruk, dia adalah pria yang baik. Aku bahkan tak percaya pria sebaik dirinya dikhianati oleh istrinya sendiri. Ibu kandung Rasti. Tapi itu urusan mereka, aku tidak mau terlibat. Ibu juga melarangnya. Tapi aku sungguh berharap Rasti bisa menghargai ibuku, karena aku tahu ibuku tulus menyayangi nya.
Tirta POV end.
Keesokan harinya
Seperti biasa aku bahkan melewatkan makan malam semalam. Dan bangun dalam posisi masih mengenakan seragam sekolah dan aku terbangun dengan wajah yang sembab. Aku kesal sekali, mereka itu selalu ikut campur dan mendominasi di rumah ini. Aku jadi sangat kesal berada di rumah ini, rasanya malah jadi tidak betah. Aku ingin cepat ujian, lalu liburan ke rumah kakek dan nenek di luar kota.
Walaupun hanya seminggu atau dua Minggu itu sangat menghiburku dan mengurangi beban pikiran ku. Aku ini terkadang sampai bingung, aku masih SMA tapi beban hidup ku kenapa rasanya berat sekali ya.
Aku menoleh ke belakang dan ternyata bantal dan guling ada di atas punggungku. Pantas rasanya berat, beban hidup ku ditambah bantal dan guling. Aku segera bangun lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Tok tok tok
Ketika aku tengah asik bermain busa sabun ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku.
"Non, Tuan dan nyonya nunggu di bawah. Sarapan sudah siap. Ini sudah jam enam lebih tiga puluh menit!" seru pelayan di rumah ku.
Aku melotot dan langsung membilas tubuhku, meraih handuk dan segera mengeringkan tubuhku. Pakai seragam dan segera membereskan tas sekolahku.
"Aduh, belum ngerjain PR lagi nih gue, duduk amat sih hidup gue!" gerutu ku sambil memakai kaos kaki dan sepatu dengan terburu-buru.
Aku menyisir asal rambutku dan menjepitnya dengan asal pula. Aku berlari menuruni anak tangga menuju ke ruang makan.
Aku melihat sarapannya nasi goreng, lalu bagaimana aku akan membawanya sambil berjalan.
"Rasti, kamu ini kenapa selalu terlambat. Pasang alarm dong!" tegur ayah ku.
"Iya yah, jam weker Rasti rusak. Nanti Rasti beli yang baru. Rasti langsung berangkat ya! sarapannya nanti aja kantin!" ucap ku lalu berlalu.
Tak ada dari mereka bertiga yang menanggapi apa yang aku katakan, karena aku segera berlari keluar. Aku ini memang tidak bisa mengendarai sepeda motor, makanya aku selalu berjalan kaki ke halte dan naik angkutan umum dari sana. Tidak terlalu jauh, haltenya ada di depan komplek perumahan. Sekitar tujuh rumah dari rumah ku.
Sesampainya di halte, sebuah motor gede berhenti di depan ku dan aku tahu benar siapa itu. Dia membuka kaca helm nya dan melihat ke arahku.
"Ayo, gue anter lu ke sekolah!" seru Tirta.
Aku hanya menatap malas ke arahnya lalu melihat sekeliling.
"Lu lagi caper ya sama bokap gue?" tanya ku ketus padanya.
"Maksud lu apa?" tanya nya tak kalah ketus.
"Pasti bentar lagi bokap lewat kan, makanya lu sok nyari perhatian, sok baik sama gue!" ujar ku.
Dia hanya menggeleng dan langsung tancap gas begitu saja.
"Huh, dasar tukang carmuk, cari muka aja lu terus!" gumam ku sebelum menghentikan sebuah angkutan umum dan menaikinya menuju ke sekolah.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Bunga
bukan cari muka Rasti, dia itu emang niatnya baik. Hah, kapan sih kesalahpahaman ini berakhir kakak author ku
2022-02-08
1
TK
semangat
2022-01-12
1
Jimun
berarti Rasti yg salah paham, lanjut thor
2022-01-12
0