Aku hanya bisa tersenyum lebar hingga menunjukkan deretan gigi putih ku pada pria yang sudah berganti pakaian dengan kaos dan celana pendek itu.
Aku berjalan mendekati pak Yoga, tidak terlalu dekat. Aku menjaga jarak satu meter darinya.
"Begini pak, itu yang kemarin ngejar-ngejar saya itu ada di luar. Saya numpang ngumpet disini sebentar aja ya pak. Plisss!" ucapku pelan sambil melipat kedua tangan ku di depan wajahku.
Bukannya memberi respon, lagi-lagi pria di depan ku ini hanya diam dan terus saja melihat ke arah ku dengan tatapan yang sulit ku mengerti.
"Baik.."
Aku menghela nafas lega begitu pak Yoga mengatakan kalimat itu.
"Tapi ada syaratnya!" lanjutnya lagi.
Aku membelalakkan mataku mendengar kelanjutan kalimat nya itu, bisa-bisa nya dia bilang ada syaratnya.
"Bapak ini rentenir ya?" ucap ku kesal.
Yang benar saja, sudah menghilang kan kartu pelajar ku sekarang mau numpang sembunyi saja memberikan syarat. Fix banget nih orang bukan orang baik. Itu sih pendapat ku.
Pria itu malah mengangkat bahunya sekilas.
"Ya sudah, kalau tidak mau. Silahkan keluar, atau perlu saya yang bukakan pintu?" tanya nya dengan nada menggertak.
'Nih, orang gak beres nih!' batin ku curiga.
Tapi jika aku keluar sekarang, bisa babak belur dong. Aduh gimana ya? Akhirnya dengan berat hati aku menatap ke arah pak Yoga lagi.
"Ya sudah, apa syaratnya. Jangan yang susah-susah ya pak, bapak lihat kan badan saya ini kurus, kalau kata Dewi, badan saya ini disebut dengan kerempeng. Gak bakalan kuat kalau bapak jadiin saya pembantu bapak disini, dan lagi..."
"Kamu ini cerewet dan suka menyimpulkan segala sesuatu nya sendiri ya?" dia menyela ucapan yang aku katakan dengan sebuah pertanyaan.
Aku langsung diam, aku juga menyadari nya. Kurasa aku memang terlalu cerewet.
Yoga Adrian POV
Aku baru saja berganti pakaian, dan aku berniat mencari kartu pelajar milik Rasti yang memang tidak sengaja aku hilangkan kemarin.
"Kira-kira dimana ya?" gumam ku sambil mencari di setiap sudut kamar ku.
Aku mencarinya di bawah tempat tidur, kalau-kalau terbawa angin sampai disana. Tapi ternyata tidak ada di tempat itu. Aku beralih ke keranjang baju kotor, mungkin aku telah menaruhnya disaku kemeja atau celana panjang ku. Tapi setelah mengobrak-abrik satu keranjang aku juga tidak menemukannya.
Aku berfikir, mungkin saja aku meletakkan nya di mobil. Tapi ketika aku keluar dari kamar, aku melihat Rasti sedang berdiri di dekat jendela sambil melirik keluar.
"Rasti!" aku memanggilnya.
Gadis itu hanya tersenyum menoleh ke arahku, tak lama kemudian dia mendekat dan seperti nya sangat kikuk dan salah tingkah. Aku hanya diam memastikan apa alasannya kembali lagi ke rumahku setelah marah dan sempat mengomel padaku tadi.
"Begini pak, itu yang kemarin ngejar-ngejar saya itu ada di luar. Saya numpang ngumpet disini sebentar aja ya pak. Plisss!"
Kalimat itu yang dia sampaikan padaku, oh ternyata dia sedang di kejar lagi oleh pelajar dari SMA lain itu. Aku jadi penasaran kenapa dia terlibat dengan siswa-siswa yang terkenal nakal dan perusuh itu. Apakah dia juga sama seperti mereka, nakal dan perusuh.
Aku terdiam, aku kembali mengingat nilai di buku tugasnya tadi sewaktu di sekolah. Sebenarnya belum semua aku periksa, tapi aku tertarik untuk langsung mencari buku tugas dengan nama Rasti Azzura dan langsung mengkoreksi nya. Dan hasilnya, mengecewakan, sangat mengecewakan. Padahal ini jurusan IPS lho, dan hasilnya masih di bawah rata-rata.
Entah kenapa juga, aku merasa ingin sekali membantu Rasti untuk menjadi siswi yang lebih baik lagi. Dan aku punya ide untuk itu.
"Baik!" aku mengatakan kalimat itu sebagai jawaban. Dan aku lihat dia cukup senang, dia mengembangkan senyum dan terlihat menghela nafas lega.
"Tapi ada syaratnya!" ucap ku lagi, dan sontak saja itu membuat raut wajah senang Rasti berubah seketika.
"Bapak ini rentenir ya?" itulah kalimat yang dia keluarkan sebagai jawaban karena ucapan ku tadi. Rasanya aku mau tertawa mendengarnya, baru kali ini ada yang mengatakan kalimat seperti itu kepada ku.
Aku tidak mau kalah, entah kenapa berdebat dengannya membuatku merasa senang dan bisa melupakan masalah ku sebelumnya.
"Ya sudah, kalau tidak mau. Silahkan keluar, atau perlu saya yang bukakan pintu?" aku menggertak nya. Dan dari raut wajahnya aku menyimpulkan dia sedang bingung, dan kurasa dia tidak punya pilihan lain selain menyetujui apa yang tadi aku katakan.
Meskipun dia setuju, dia masih saja mengomel dan membuat aku harus menyela ucapannya. Sebenarnya tidak buruk juga saat dia mengomel, rasanya seperti sebuah nyanyian di telingaku. Aku rasa aku sudah terpengaruh besar karena pelukannya saat itu. Betapa besar pengaruh pelukan gadis kecil ini padaku. Aku harus menemukan apa penyebab sebenarnya aku tidak bisa berhenti memikirkan nya selama dua hari ini.
"Jadi apa syarat nya? kenapa bapak malah diam?" tanya nya padaku. Seperti nya dia ini orangnya memang tidak sabaran.
"Nilai kamu sangat jelek kamu tahu?" tanya ku padanya. Dia malah mengerucutkan bibir nya membuat ku semakin gemas melihatnya.
"Oh, itu sih emang udah bawaan orok pak! susah di rubah nya. Dari SD juga begitu, tapi saya gak pernah tinggal kelas kok pak, tenang aja!" jawabnya santai.
Aku sampai harus menggelengkan kepala ku mendengar ucapannya barusan. Bisa-bisa nya dengan nilai yang jelek, dia masih bisa santai seperti itu. Sebenarnya dia mau jadi apa sih?
"Emang kamu mau jadi apa sih?" tanya ku padanya.
Dia terlihat berfikir, dan menatap ku setelah cukup lama diam.
"Gak mau jadi apa-apa pak, palingan lulus SMA di suruh kuliah sama ayah, terus jurusannya pasti ayah juga yang pilihin, abis itu kalau ada rekan bisnis nya yang suka sama saya, paling saya dijodohin sama anaknya terus nikah, terus punya anak. Udah gitu! jawabnya lempeng.
Aku sampai melongo mendengar jawabannya. Bisa-bisa nya gadis jaman milenial seperti sekarang ini masih ada yang berfikiran lempeng begitu seperti Rasti ini.
"Kamu serius? kamu tidak punya cita-cita?" tanya ku padanya.
"Ish, bapak ngapain sih kepo banget kehidupan saya. Udah buruan bilang syaratnya apa?" tanya nya seperti nya tidak senang kehidupan pribadi nya diketahui oleh orang lain.
"Kamu sebulan ini pulang sekolah langsung kemari, les privat sama saya. Akademik kamu tidak tertolong sepertinya!" ucap ku dengan nada datar dan tegas.
Aku melihat dia menatap ku dengan tatapan yang mencurigakan.
"Bapak suka ya sama saya?" tanya nya padaku.
Yoga Adrian POV end
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Bunga
yang sabar Rasti, tapi perkataan pak Yoga itu seperti nya benar, kamu tidak tertolong Rasti
2022-02-08
1
Bewok
Wah wah wah
2022-01-11
0
Rio_Nya
Nah lho, mau jawab apa
2022-01-11
0