Di sekolah, Pandji tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran karena ngantuk. Mendapat teguran atau panggilan untuk orang tua karena tidur di kelas sudah biasa, Pandji tidak peduli dengan semua itu.
Yang terpenting untuknya hanya naik kelas, urusan peringkat nilai terbaik di sekolah dia bukan type orang seperti itu. Pandji hanya pemuda malas dengan cita-cita tinggi, yaitu menjadi lebih kaya dari saat ini.
Pandji sering mengantuk saat pelajaran karena dia memang kurang tidur saat malam, seperti hari ini … Pandji tidak tidur karena aura gelap dan jahat yang dirasakan datang dari rumah tetangganya makin malam makin kuat dan sangat mengganggu.
Dia sedang pusing memikirkan jalan keluar dari masalah barunya itu.
Sepertinya aku harus mulai mempelajari bagaimana cara memanipulasi mana sihir!
Mana adalah energi yang dapat ditemukan di seluruh alam semesta, energi tersebut bisa diserap dan digunakan untuk melakukan sihir.
Mana Pandji terhitung lumayan tinggi karena rutin berlatih, dibanding latihan pedang di kesatrian dia lebih suka menghabiskan tenaga untuk menyerap mana dan berlatih ilmu sihir di kamarnya.
Mula-mula Pandji menyeimbangkan latihan antara berpedang dan sihir, tapi akhirnya dia mulai mengerti bahwa bakat turunan yang dimilikinya lebih besar dan dominan dari ibundanya.
Bakat anehnya itu semakin kuat dan dengan sendirinya Pandji jadi lebih menyukai berbagai macam ilmu sihir warisan leluhurnya.
"Wajahmu kusut seperti kain lap meja kantin," ejek Elok yang sudah menjajari langkah Pandji yang berjalan tanpa semangat menyusuri kelas menuju tempat parkir kendaraan.
Pandji memasang ekspresi paling menjengkelkan yang dia bisa, "Tetap saja lebih tampan saya daripada Biantara."
"Narsis banget kamu … mentang-mentang banyak penggemar di sekolah!"
"Itu fakta … soal penggemar, nggak ada juga yang nyuruh mereka tergila-gila."
"Sebagai cowok top di sekolah kamu nggak pernah dekat dengan cewek manapun selain aku. Jadi … misal aku gede rasa sebenarnya kan sah-sah saja, iya nggak?" tanya Elok penuh harap.
"Nggak," jawab Pandji tanpa menoleh sedikitpun.
Elok bergumam lirih, "Lalu kenapa kamu membiarkan aku tetap bisa dekat dan bicara denganmu sementara yang lain tidak?"
Pandji menghentikan langkah dan melihat Elok yang melambatkan jalannya, "Karena kamu teman kecilku. Sekarang kamu mau pulang sama aku atau sama dia?"
Elok melihat ke arah yang ditunjukkan Pandji dengan lirikan matanya, ada Biantara di sana sedang berdiri memandangi mereka berdua.
Melihat Elok yang bimbang, Pandji tersenyum tipis dan meninggalkan Elok begitu saja. Dia masuk ke dalam mobil tanpa beban ataupun merasa bersalah.
Kesuwen! (Kelamaan!)
Elok berusaha untuk tidak ternganga, Pandji memang seperti itu dari dulu. Tidak menyukai kebimbangan dan tidak sabaran.
Tapi … itu bukan sikap tidak peduli, Pandji hanya merasa tidak perlu banyak ikut campur urusan orang apalagi mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan.
Pandji melirik senyum kemenangan bibir Biantara, mengejeknya yang kalah karena Elok tidak mengikutinya.
Tidak ada ekspresi terkejut pada wajah pemuda tampan itu, Pandji hanya menyeringai menanggapi Biantara yang sedang mengerahkan aura pembunuh padanya.
Pandji sama sekali tidak takut, tapi dia tidak akan melawan Bian di tempat biasa seperti di parkiran ini. Pandji lebih suka menghajar Bian dalam pertandingan yang akan digelar tak lama lagi, karena disanalah harga dirinya dipertaruhkan keluarganya.
Masalah Bian mendekati Elok dengan sihir hitamnya, itu akan diurus Pandji lewat jalur belakang dan tersembunyi.
Elok tidak perlu tahu apapun yang akan dilakukan Pandji untuk mematahkan kegelapan Bian yang mulai disalurkan perlahan pada teman kecilnya itu.
Poor you, beauty Elok!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Bunda Silvia
koplak emang cita2nya 🤣🤣🤣
2024-07-08
1
KadalKocak
cita cita pandji persis kaya Li Wei..Li Wei..oh..Li Wei..
2024-06-23
2
𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩
kasihan kamu, elok cantik
2023-07-29
1