Pandji membawa dua sereal dan menyusul Ayahnya ke ruang kerja, meletakkan dua cangkir di atas meja dan duduk di sofa menunggu Ayahnya yang sedang mencari sesuatu dari dalam lemari.
Mengamati sekeliling, Pandji tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. "Ruangan ini memiliki selubung pelindung tak biasa, aura roh pusaka di dalam ruangan ini sangat kuat. Tapi di luar ruangan sama sekali tidak terasa."
"Hem … artinya apa, Mas?"
"Tidak ada yang bisa mendeteksi keberadaan pusaka bertuah yang ada di dalam ruangan ini tanpa memasukinya."
"Memang seharusnya begitu kan?" tanya Ayah Pandji dengan nada biasa.
Pandji mendengus, "Karena pusaka seperti itu pasti akan jadi rebutan, apalagi tombak milik ayah itu berisi naga. Aku saja iri kenapa tidak memiliki benda keren seperti itu."
Ayah Pandji tergelak mendengar keluh kesal putranya yang dari sejak kecil sangat ingin menguasai naga yang mendiami pusaka berbentuk tombak miliknya. "Pusaka itu milik Ksatria Ganendra, Mas Pandji!"
"Tapi Pandji anak Ayah yang juga memiliki darah yang sama dengan leluhur kita Ganendra, apa itu tidak cukup untuk jadi alasan Pandji bisa meminjam pusaka itu?"
"Sepertinya Mas Pandji terobsesi dengan pusaka itu, apa Ayah benar?"
Pandji menggeleng ringan, "Ya Pandji kan belum pernah naik naga, ayah!"
"Ayah rasa hampir sama rasanya dengan menunggang 'black panther' milikmu!"
"Barion tidak terbang, Ayah!"
Ayah Pandji menaikkan alis, "Dia melesat dengan kecepatan yang hampir sama dengan naga, hanya beda jalur saja."
“Lebih keren jalur udara, Ayah pasti setuju dengan pendapat Pandji kali ini." Pandji mendesah kurang puas.
"Harusnya Mas Pandji lebih bersyukur … tidak ada anak seumuran kamu yang punya kendaraan ajaib seperti itu!"
Ayah benar, jika saja alam gaib itu nyata aku adalah salah satu pemuda yang sangat beruntung karena punya kendaraan setara mobil sport hitam yang sangat langka.
"Maafkan Pandji, Ayah!" sesal Pandji kemudian.
Ayahnya hanya tersenyum bijak, "Bagaimana acara jalan-jalanmu dengan Giandra?"
Uhuk … mengapa sulit sekali menyimpan sesuatu di rumah ini? Bisakah sekali saja Ayah pura-pura tidak tahu jika aku keluyuran ke alam sana?
"Ehm … sepertinya Gia menyukainya meskipun belum terbiasa. Maaf sudah melanggar peraturan Ibunda, itu karena Gia yang memaksa … maksudnya Gia terus saja menceritakan mimpi bertemu maung-maung dari Cirebon itu, Ayah!"
“Baiklah, tapi untuk selanjutnya sebaiknya Mas Pandji tidak terlalu gegabah untuk mengajak Gia melintas dimensi. Urusan seperti itu biar Ayah yang akan mengajarinya!”
Pandji mengangguk tidak berani mencari alasan lagi, “Pandji tidak akan mengulanginya lagi.”
“Oke, lupakan soal itu! Bagaimana persiapanmu untuk turnamen?”
“Mungkin Pandji besok akan berburu pusaka, untuk sementara Pandji hanya berlatih mengkombinasi sihir dua elemen yang sudah Pandji kuasai," jawab Pandji pasrah.
Sang Ayah tersenyum tipis seraya mengulurkan kotak panjang yang tadi baru diambil dari lemari pada putranya. "Ini hadiah ulang tahunmu yang ke-17 dari Ayah."
Dengan wajah serius dan penasaran Pandji menerima pemberian Ayahnya. "Apa ini, Ayah?"
Ayah Pandji mengedikkan kedua bahunya, "Bukalah!"
"Apa ini semacam kejutan?" tanya Pandji menatap ayahnya skeptis.
Atau justru prank?
Pandji mendekati kotak panjang berukir indah itu dan membuka pengaitnya, dia terpekik girang. "Two Sword?" (Dua pedang?)
Mata Pandji tak lepas dari dua pedang identik itu, satu hal yang membedakan dan terlihat mencolok hanyalah gagangnya. Satu hitam legam, satunya hitam dengan ornamen kuning emas.
“Suka?” tanya Ayahnya dengan ekspresi puas.
“Sangat suka, Ayah! Pusaka penganten versi baru,” jawab Pandji tertawa semangat. Dia langsung mengenali aura Damar Jati dalam pedang yang bergagang warna hitam dan istrinya Asih Jati dalam pedang dengan gagang hitam bercampur emas. "Thanks Daddy, i love you so much!"
Pandji mengeluarkan dua pedang itu dan menggenggamnya erat, dua energi yang sangat berlawanan langsung masuk ke dalam tubuhnya. Panas dan dingin, seperti dua elemen sihir miliknya, api dan es.
Ksatria dua pedang, ehm … wanita cantik mana yang tidak akan takluk padaku? Ehh …!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Atiqa Fa
kereta api sama pesawat kan beda ya mas pandji ya
2024-12-07
0
Hulatus Sundusiyah
akhirnya... impian panji jd nyata..
ayal Al emang kereen
2024-10-04
0
Bunda Silvia
emang dasar anak alaric 🤭🤭🤭
2024-07-08
2