Malam makin larut dan Pandji mulai bosan dengan obrolan perjodohan, pertunangan dan pernikahan.
Apa mereka tidak bisa menunggu setidaknya usiaku 20 tahun untuk melakukan perjodohan? Aku merasa hidup di zaman purba bersama para dinosaurus, zaman dimana manusia sangat langka sehingga harus berebut jika ingin mendapatkan wanita.
"Jika pembicaraan mengenai Putri Solo sudah selesai bisakah Pandji kembali ke kamar?"
Eyang mengangguk, sementara kedua orang tuanya tersenyum melihat ekspresi tidak senang di wajah Pandji.
"Kita ada latihan nanti, Mas!" kata Ayahnya kalem mengingatkan.
Dengan nada tak acuh Pandji menjawab, "Pandji sudah latihan di kesatrian sama Pakde Noto sore tadi, Ayah! Besok Pandji ada ulangan harian, kalau tidak ingin putra Ayah yang tampan ini dapat nilai nol biarkan dia sedikit membaca buku pelajaran."
"Pandji …," tegur Ibundanya lembut.
"Mohon maaf, Ibunda. Mohon maaf kalau Pandji kurang sopan, Ayah!" Pandji membungkuk beretika bangsawan, menyesal karena sudah berbicara sedikit keras pada Ayahnya. Dia mundur dua langkah dan berbalik ke arah rumah.
"Mas Pandji mau belajar ya?" sapa Gia yang tiba-tiba sudah ada di belakang, membuntutinya. "Gia numpang belajar di kamar Mas Pandji boleh?"
Pandji tidak mengindahkan permintaan adiknya, tapi bagi Gia itu sudah biasa. Jika Mas Pandji tidak menjawab itu artinya tidak keberatan.
Giandra yang sudah hafal dengan tabiat kakak tersayangnya hanya perlu membawakan teh krim dan keripik buah dua toples. Diam dulu selama satu sampai dua jam, setelah itu mereka akan menghabiskan waktu main game bersama.
Bukan, malam ini Gia sedang tidak ingin 'mabar'. Dia ingin menagih janji kakaknya yang akan mengajaknya berpetualang ke tempat baru, tempat yang belum pernah didatangi Giandra.
Hal itu disebabkan karena Giandra bercerita akhir-akhir ini sering sekali bermimpi didatangi harimau. Bukan hanya satu, tapi kadang empat sekaligus. Mimpi yang terus berulang itu disampaikan pada Pandji, kakaknya.
Sebenarnya Giandra pernah satu kali bercerita secara singkat pada Ibundanya, tapi tanggapan dari wanita yang mewariskan kecantikan padanya itu tidak memuaskan rasa ingin tahunya.
"Harimau itu mengaum di dekat Gia, Ibunda. Gia mendengar dengan jelas, rasanya seperti ada di hutan eh … di kebun binatang."
"Itu namanya mimpi, bunganya orang tidur," jelas Ibunda Selia waktu itu, putrinya masih terlalu kecil untuk berhubungan dengan sesuatu yang tak logis.
Giandra dianggap belum waktunya untuk tahu kalau dia dari sejak dalam kandungan sudah memiliki khodam penjaga berupa empat maung yang diberikan oleh seseorang dari Cirebon.
Ibunda Giandra hanya menjaga keluarganya, menjaga agar putrinya tidak seperti kakaknya Pandji yang mengenal dunia gaib di usia yang masih sangat kecil. Meski Gia sudah 11 tahun, tapi itu belum cukup dewasa untuk memelihara khodamnya.
Kenapa tiba-tiba empat maung yang biasanya hanya menjaga sekarang mulai ingin menunjukkan diri pada pemiliknya? Karena Gia akan memasuki masa transisi, masa perpindahan dari anak-anak ke arah akil baliq.
Pertama kali saat Gia mendapatkan 'tamu bulanan' sebagai wanita, itu adalah saat Gia memasuki masa berikutnya, dia harus mulai mengerti kalau dia punya penjaga. Saat itulah Giandra harus berkenalan dengan empat maung miliknya.
Jadi wajar jika maung-maung itu mulai menemui tuannya dalam mimpi, karena mereka sudah mencium masa transisi Gia akan segera tiba.
Itu adalah penjelasan dari Ayah Gia saat Ibundanya menanyakan mimpi yang dialami putrinya.
"Mas Pandji ngantuk ya?" tanya Gia setelah mereka selesai belajar.
"Tidur sana! Besok terlambat bangun kamu!" usir Pandji agar adiknya itu keluar dari kamarnya.
"Tapi Gia mau ikut Mas Pandji jalan-jalan!" ujar Gia kalem.
Pandji menghembuskan nafas berat, rencana keluar malamnya untuk mencari pusaka sepertinya harus ditunda. Dia lupa kalau sudah berjanji akan mengajak Gia keluar untuk bertemu dengan macan yang menghantui adiknya itu, meskipun hanya dalam mimpi.
"Ya udah siap-siap kalau mau ikut!"
"Gia harus bawa apa, Mas? Tas isi baju ganti sama makanan?" tanya Gia polos.
Pandji menepuk jidatnya, dengan ekspresi pusing dia menjawab dengan balik bertanya, "Emang Gia mau kemana?"
Gia menyeringai bingung, "Camping ceria bersama Mas Pandji."
Pandji menggelengkan kepalanya, tergelak mendengar jawaban adiknya, "Bawa sekalian bantal sama boneka kesayangan kamu!"
Kalau saja diperbolehkan, Gia rasanya ingin mengutuk kakaknya yang menyebalkan itu berubah jadi kodok!
"Gia kan nggak tau harus bawa apa kalau Mas Pandji nggak bilang …," rajuknya memelas.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
𝕃α²¹ᴸ🍾⃝sͩᴇᷞɴͧᴏᷠʀᷧɪᴛᴀ🇦🇪
ngepens sma Giandra deh, brasa aku kecil tuhhh😛
2023-07-27
1
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
anaknya Aksell 3 kah
2022-10-19
0
Mbak Noer
ngemeshhhhiiiinnnn kakak beradik ini... rukun nya... tiada Tara.... 🥰🤣🤣🤣🤣
2022-09-29
1