Di sana terdapat jendela dengan dilengkapi tirai gulung. Bukan itu yang menjadi perhatiannya,
tapi sebuah vas bunga berwarna bening yang telah terisi dengan air, dan bunga mawar merah.
Bunga itu darinya, dan Rima masih menyimpannya.
Mungkin saat ini hatinya telah mekar seperti mawar itu yang sedang mekar secara sempurna.
“Masih disimpan?” Tanyanya sembari berbalik menatap Rima, tapi kembali berjalan mendekat ke arah jendela.
“Ya iyalah disimpan, pemberian spesial dari orang spesial.” Rima hanya mampu mengatakan itu dalam hati, belum siap mengutarakan atau mungkin malu.
Ia hanya menganggukkan kepala sambil tersipu kemudian kembali menunduk. Memilih menyiapkan nasi kotak yang telah dibawa Reno.
“Aku yang simpan yah!” Reno menunjuk pada mawar yang masih ditangannya dengan matanya.
“Hemm,” Jawaban singkat dari gadis yang masih dengan rona merah di pipi, malu.
Kini Reno tengah membuka lilitan pita yang menghiasi tangkai mawar itu tiba-tiba, “Aww.”
“Ada apa?” Tanya Rima yang sedikit terkejut sambil menoleh ke arahnya.
“Durinya masih ada, tangkainya belum bersih,” sambil memasukkan tangkai mawar yang sedari tadi ia pegang ke dalam vas bening bersama mawar merah yang telah lebih dulu menghiasi wadah itu.
“Kita makan?” Saat ia telah berada di hadapan Rima. Tepatnya tempat duduk yang biasa di gunakan pasien yang telah melakukan pemeriksaan.
“Astaga! Tanganmu berdarah,” Rima sambil meraih tangan kanan Reno.
“Ah lebay deh! Cuma titik kayak gini, gak usah panik deh!” Sambil menepis tangan Rima secara halus.
“Biarpun Cuma dikit tapi bisa infeksi loh!” Dan mulai mulai mengoleskan cairan yang telah ia tuang pada kapas.
“Dasar dokter!” Mungkin ia mengumpat, tapi Reno membiarkan Rima mengotak-atik jarinya.
“Kenapa harus mawar?” Pertanyaannya setelah selesai mengurus jari Reno yang terluka hanya sebesar suntikan jarum.
Jangan lupakan jantung mereka yang semakin cepat memompa darah ke semua titik nadi tubuh, hingga menimbulkan suara dentungan bagai genderang mau perang.
“Kamu tau arti dari mawar merah?” Reno.
Iya tahu. Karena sejak pertama kali kamu memberikannya Rima mencari artinya melalui sahabatnya gogole.
“Mawar merah menjadi warna yang paling populer ketika menyatakan cinta.” Dan mana mungkin ia menyebutnya dengan mulutnya. Pasti malu lah.
“Besok-besok kita ganti warna, tapi tetap mawar yah?” Tanyanya menyakini Rima bahwa ia akan kembali datang.
“Asal jangan mawar hitam!” Rima menimpali dengan senyum sipu.
“Ya iyalah, mawar hitam itu artinya berkabung. Meski ada arti lain dari warna hitamnya.” Reno sambil menganggukkan kepalanya.
“Boleh request warna pink?” Rima tersenyum menatap pria di depannya.
“Boleh dong. Kamu tau apa artinya mawar pink?” Reno, mungkin hendak mengujinya.
“Arti mawar pink adalah cinta yang bersemi atau perasaan yang tengah berbunga-bunga. Seperti hatiku yang sedang berbunga-bunga makanya aku pesan warna pink.”Tapi sayang Rima hanya mampu menjawab dalam hati.
“Bentar aku cari di internet!” Rima hanya sebagai alasan.
Masih dengan suasana jantung berbunyi keras bagai genderan perang, saling sahut menyahut. Dilengkapi dengan senyuman yang tak pernah lepas dari wajah masing-masing.
Dan setelah kejadian ini, Reno justru semakin sering menyambanginya di RS hanya untuk makan siang bersama.
\=\=\=\=\=
Kabar seorang pria tampan yang beberapa kali mengunjungi Rima di ruang pemeriksaan dan makan siang berdua telah sampai di telinga Tio.
Membuat pria itu kalang kabut sendiri, mencari alasan agar bisa semakin dekat dengan pujaan hatinya sebelum
Rima betul-betul di rebut oleh laki-laki lain. Ia harus berhasil merebut hatinya.
“Rima, malam ini ulang tahun mama. Kamu datang yah!” Ajak Tio.
“Sendiri? Gak ah! Kamu kadang aneh!” Tolakan tanpa basa-basi.
“Ya gak lah! Sama Via juga.” Tio langsung menimpali, meskipun sedikti kecewa karena sebenarnya ia memiliki suatu kejutan pada gadis incarannya itu.
“Beneran nih, sama Via?” Rima masih sangsi.
“Iya, bentar aku jemput. Sekalian sama Via juga.” Ia harus memastikan Rima benar-benar hadir di pesta ibunya itu.
“Gak usah, nanti aku datang sama Via saja,” Masih menepis ajakan Tio.
“Jangan Rima, nanti aku jemput!” Ia tak boleh lengah, karena ini merupakan salah satu peluang besarnya untuk mendapatkan Rima.
“Iya, iya. Aku pergi sama kamu!” Mengalah.
Malam ini Rima menggunakan gaun merah menyala berlengan dengan kerah sabrina, dan aksen pita di kanan depan gaun, kiriman dari Tio. Dan entah sengaja atau tidak gaun yang ia gunakan sekarang senada dengan kemeja yang digunakan Tio. Baik dari segi bahan dan warnanya.
Membuat mereka seperti sepasang kekasih yang sangat serasi. Apalagi saat mereka jalan beriringan denga sebelah tangan Tio melingkar dibelakang tubuhnya. Meskipun ia telah beberapa kali menyingkirkan tangan itu, tapi ia akan kembali mengaitkannya di pinggul Rima.
“Ma, kenalin ini Rima!” Tio ketika mereka telah berada di hadapan orang tua Tio.
Ia kenal orang tua Tio. Lebih tepatnya tau, karena sebagai pemilik tempatnya bekerja ia pasti beberapa kali melihat mama Tio.
Dan tentang papanya Tio ia bahkan sangat mengenalnya.
“Selamat malam sayang!” Sambutan yang sangat hangat dari ibunya Reno membuatnya semakin tak mengerti posisinya saat ini.
Ini bahkan terlalu hangat, karena Tio semakin menarik tubuhnya mendekat menempel, merangkulnya.
“Kamu sangat cantik malam ini, kalian sangat serasi.” Seyum itu semakin merekah mengarahkan pandangannya bergantian antara Rima dan Tio.
Lalu Olivia dimana?
Olivia hanya berjalan mengekor di belakang mereka berdua, dan ia seolah ingin menjauh dari sana. Karena seolah membaca maksud Tio yang membawa Rima untuk memperkenalkannya pada keluarga besarnya.
Apakah Tio benar-benar serius pada Rima?
Ini akan membuat Diandra semakin membenci Rima. Karena dimata gadis itu, Tio tidak pernah salah. Yang salah adalah Rima, karena telah merayu dan merebut Tio darinya.
“Bagaimana kalau kalian tunangan sekarang?” Kalimat itu benar-benar bagai petir menyambar di malam hari.
Pun dengan Via yang memang belum sempat pergi dari sana.
Terdiam bukan berarti iya. Tapi ia benar-benar syok mendengar penuturan dari mama Tio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments