“Kak turunin kak!” Rima menepuk-nepuk pundak kakaknya berharap segera di turunkan dari gendongan kakaknya.
Malulah dilihat sedang bermain layaknya anak-anak di depan seorang pria. Apalagi pria tampan seperti Reno.
“Gak!” Kini giliran Romi yang tak ingin menurunkan adiknya itu, justru menahan kaki jenjang yang melilit di sepanjang perutnya itu dengan satu tangan, sementara tangan yang lain menahan bokong adiknya.
“Kak turunin, malu kak!” Rima dengan suara lirih namun Reno masih mampu mendengarnya dengan jelas membuatnya terkikik sambil menundukkan kepalanya.
“Dari tadi disuruh turun tapi gak mau! Aku antar ke sana!” Romi justru membawa Rima mendekati sofa tempat ayah dan Reno.
“Rom, turunkan adikmu!” Perintah ayah yang sudah menahan malu. Anak-anaknya itu masih main-main saja saat mereka sedang kehadiran tamu.
“Biarin yah! Biar cowoknya liat kelakuan ceweknya ini kayak gimana! Kira-kira tuh cowok masih mau gak sama cewek kayak gini?” Romi kini telah sampai disebuah sofa tepat berada di hadapan Reno.
Rima masih memikirkan perkataan kakaknya itu yang mengira jika mereka telah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.
Dan tanpa permisi Romi melepaskan kedua tangannya yang tadinya menahan tubuh Rima.
BUG.
Tubuh Rima yang langsung terduduk secara paksa di sofa.
Dengan begitu perasaan malu Rima semakin bertambah. Terlebih lagi, dirinya tampil sangat sepsi dengan menggunakan singlet ketat bertali satu dengan hot pants jeans yang sampai memamerkan bagian tubuh yang jauh di atas lututnya yang putih mulus.
Duh..... Di mana ia harus bersembunyi kali ini?
Malunya kini telah berkali-kali lipat.
Tunggu! Tapi kenapa Reno mau menjemputnya?
Apakah Reno sedang berusaha mendekatinya? Atau sengaja mencari Kelakuan Baik sebagai calon menantu di rumah ini?
Ya ampun! Apa pula yang ada dipikiran Rima saat ini.
Calon menantu, ah rasanya tak mungkin jika orang selevel Pak Reno ingin menjadi menantu di rumahnya ini.
Tapi bisa jadikan? Reno bahkan kembali berkunjung ke rumahnya tanpa diundang.
Terlebih Reno tidak datang dengan tangan kosong, karena sebuah kantong kresek yang meskipun ia sendiri tak tau pasti isinya apa. Karena sangat tak etis ketika ia harus membuka kantongan itu hanya untuk melihat isinya.
Nanti sajalah ia tanyakan pada Romi.
Rima tersenyum dalam hati saat memikirkan hal itu.
Membuat Reno harus menundukkan pandangannya yang mungkin saja bisa membuat hasrat kepria-anya sedang menari-nari seolah mengejeknya.
Senyuman itu terlalu indah.
Terlebih gadis seksi itu adalah benar pujaan hatinya.
Ya, ia memuja Rima, meskipun baru kali ini ia melihatnya dengan pakain seksi seperti itu.
Rima memang sepsi, tapi hari ini lebih sepsi lagi.
Meskipun sedikit cekikikan melihat tingkah konyol dua bersaudara itu.
“Buatkan Reno minum!” Perintah sang ayah membuat Rima berdiri dari duduknya dan meninggalkan kebersamaan ayah dan Reno.
Itu juga dijadikan Rima sebagai kesempatan untuk mengganti bajunya dengan pakaian yang lebih sopan. Setidaknya sedikit lebih sopan tentunya. Karena Rima adalah gadis yang seksi.
“Silahkan di minum kak!” Rima meletakkan secangkir teh hangat beserta toples berisi kerupuk bawang kesukaannya dan Romi.
“Terima kasih!” Reno.
“Reno datang buat jemput kamu, katanya motormu ketinggalan di rumah pasien kamu itu,” ayah.
“Ah iya yah.” Rima hanya tersenyum sedikit. Mungkin masih malu setelah kedapatan bermain sama kakaknya Romi.
“Baiklah, silahkan kalian lanjutkan! Ayah ke dalam dulu,” Ayahpun kini beranjak dari duduknya meninggalkan
Rima dan Reno yang masih berusaha mengendalikan diri masing-masing.
Menahan senyuman yang kini telah menyambar bibir keduanya.
“Jadi kapan kita berangkat?” Reno kini mulai berani menatap Rima yang telah berganti kostum menggunakan kaos oblong polos dengan celana yang masih berbahan jeans namun lebih turun sedikit dibanding sebelumnya.
“Emm, baiklah aku ganti baju dulu yah! Kakak minum dulu!” Rima kembali ke dalam mengganti bajunya untuk yang ke dua kalinya selama Reno duduk di sana.
Setelah berganti baju, ia kembali ke ruang tamu menemui Reno yang baru saja menikmati teh hangat tegukan terakhirnya.
“Sudah?” Reno dan dijawab dengan anggukan kepala Rima yang baru saja duduk.
“Baiklah ayo!”
Mereka berdiri seiring ayah yang baru saja keluar untuk menyapa mereka.
“Yah, kita pergi dulu!” Rima pamit sambil memeluk tubuh ayahnya. Dilanjutkan dengan Reno yang mengulurkan tangan demi menyalami ayah tak lupa ia mencium punggung tangan pria itu.
Semakin menambah nilai plusnya untuk menjadi menantu idaman.
Reno membukakan pintu penumpang bagian belakang?
Kenapa dibelakang, bukannya dulu Reno menempatkan dirinya di depan dekat dengannya?
Ternyata kursi di samping telah terhuni oleh seorang gadis muda berbaju pink yang langsung menyambut mereka dengan sedikit jutek.
“Lama.” Suara itu terdengar sangat tajam, ketus.
Satu kata yang mampu menyinggung Rima, karena ialah yang menjadi penyebab gadis itu kini tengah kesal.
“Maaf-maaf, aku gak tau kalau kak Reno? Ada kamu,” Rima sedikit bingung ingin menyapa gadis itu dengan panggilan apa.
Terlebih lagi mungkin gadis itu memang marah padanya karena telah membuatnya menunggu.
“Kak kenapa gak di ajak masuk?” Rima pada Reno.
“Ngapain masuk kalau cuma liatin orang pacaran?” Jawaban judes masih dari sang gadis.
“Jadi dia kira aku pacarnya Reno? Mungkin karena itu pula hingga membuat dia marah. Apa dia suka sama Reno? Lalu kenapa aku harus kesal seperti ini?”
Sedangkan Reno hanya tersenyum tanpa mau membantunya mengatasi gadis yang tengah merajuk ini.
Reno mulai menjalankan mobilnya keluar komples perumahan Rima.
“Dimana?” Reno sambil menoleh pada gadis di sampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments