Kenapa ia masih memikirkan ciuman itu?
Atau jangan-jangan ia memang belum melupakan inseden indah itu?
Rima menunujukkan dirinya sendiri seolah kembali bertanya “ini untukku?”
Reno hanya menganggukkan kepalanya, hingga membuat Rima kembali meraih kotak coklat itu.
Dan kembali tangan Reno dihiasi dengan kantong kresek bening dengan dibuah kotak di dalamnya. Dari tempatnya bisa terlihat itu adalah nasi dos.
“Makan siang bareng.” Reno berkata sebulum di tanya.
Tapi entah yang keluar dari Reno adalah sebuah pertanyaan atau pernyataan.
“Bareng?” Demi memastikan perkataan Reno.
“Hemm,” Reno sambil mengangguk, kembali tersenyum dengan sangat menawan hampir saja tertawa.
Gadis di hadapannya ini terlihat lucu sekaligus semakin cantik dengan wajah terkejut cenderung bingung.
Dan lirikan mata Rima kini mengarah pada Sarah yang masih terpaku melihat keromantisan Reno.
“Aduh, sory! Aku gak tau kamu punya teman di sini, jadi aku cuma bawa dua. Ya sudah buat kalian saja, nanti aku makan di luar.” Reno sambil menepuk dahinya sendiri.
Pernyataannya seolah belum rela membagi makan siangnya untuk gadis itu.
Meskipun dalam hati berharap kebijaksanaan dari gadis itu untuk meninggalkannya berdua saja dengan Rima untuk makan siang.
Pandangan mereka masih tertuju pada gadis dengan senyum yang sangat lebar melihat ke arah mereka. Apakah gadis itu sedang melamun? Karena ia hanya tersenyum tanpa ada tindakan yang lain, padahal saat ini ia sedang menjadi titik fokus pandangan Rima dan Reno.
“Ehem ehem,” Reno sengaja batuk hanya unutk membantu gadis itu kembali ke alam nyata.
Dan usaha Reno tidak sia-sia. Karena setelah itu Sarah menjadi gelagapan sendiri.
“Ma-maaf! Kalau begitu saya pamit, mau makan siang dengan yang lainnya,” Sarah sambil tertunduk malu.
“Kamu gak papa Rah?” Rima seolah menghawatirkan partnernya itu.
“Iya gak pa-pa, lebih apa-apa kalau aku terus berdiam diri di sini. Aku keluar yah Rima, takut ditinggal sama yang lain!” Dan Sarah mulai berjalan mendekati pintu.
“Emm, nanti-nanti aku janji bawakan buat kamu juga deh. Sekali lagi sory yah!” Reno.
“Gak papa kok mas! Hehehe,” Sosok Sarah telah hilang di belakang pintu, meninggalkan dua orang yang tersenyum memandang kepergiannya.
“Kita jadi nih makan siang bareng?” Rima sambil menggoyang-goyankan kantong yang masih ada di tanggannya.
“Ya jadi! Udah waktunya makan siang juga!” Entah mengapa kali ini terdengar tidak asik di telinga.
“Kamu masih marah sama aku?” Reno sangat betah memandangi wajahnya yang justru membuat Rima menjadi salah tingkah. “Maaf!”
Rima menyibukkan diri dengan menyiapkan bekal yang yang di bawa Reno.
Mengeluarkan, membuka dan menempatkan kotak itu masing-masing di hadapan mereka.
“Rima, maaf!” Reno sok akrab. Sikap Rima yang mendiamkannya mampu membuatnya sedikit terusik.
“Kamu gak papa makan di sini?” Rima mencoba membelokkan fikiran Reno.
“Kenapa?”
“Bau RS, gak papa?” Menyodorkan sendok pada Reno.
Yang dimaksud adalah bau obat, disinfektan dan lain-lain yang aromanya sangat kuat.
“Gak papa, asal sama kamu!”
Saat Rima mulai menyendokkan nasi ke mulutnya namun harus terhenti saat mendengar ucapan gombal dari Reno.
Apakah pria ini benar-benar menyukainya. Jika benar ia dengan senang hati ia akan menyambutnya. Karena tak bisa di pungkuri ada rasa bahagia saat berdekatan dengan pria tampan ini, belum lagi perhatian-perhatian kecil yang di berikan membuat hatinya semakin berbunga-bunga.
Mungkin nama Reno berhasil singgah di hatinya.
“Ehem hem, makan!” Rima mencoba menstabilkan diri dan hati yang sedang di serang oleh ombak bunga berwarna-warni.
Hanya mampu melirik Reno sebentar saja. Lebih memilih memperhatikan bulir demi bulir nasi yang disendokinya untuk siap di masukkan ke dalam mulut.
Mungkin dengan makan bisa menghentikan sejenak gombalanannya. Tapi jujur ia masih mau mendengar kata-kata seperti tadi, tapi setelah makan saja yah! Takutnya makanan
malah nyangkut ditenggorokannya, kan jadi malu!
Jadi biarlah sambil isi kampung tengah kita menata hati yang seolah telah di sirami dengan bunga-bunga.
Sepeninggalan Reno, Rima mengambil ponselnya mengetik “arti dari mawar merah” dan menemukan, “Mawar merah adalah simbol klasik cinta romantis.”
“Mawar merah menandakan keindahan dan kesempurnaan.”
Senyum terkembang semakin nyata. Mata berbinar menandakan ia sedang berbahagia.
Ternyata Reno mampu membawanya terbang dengan segala perhatian dan perlakuan lembutnya.
Apakah di mata Reno, ia terlihat sempurna?
Apakah Reno mencintainya?
Semoga saja!
Karena jika tidak, itu berarti ia harus patah hati.
Baru 3 hari yang lalu Reno menghampiri Rima di tempat kerjanya, dan hari ini ia datang lagi dengan membawa setangkai bunga mawar, kotak coklat, dan nasi kotak.
Tok.
Tok.
Tok.
Nampak Sarah telah berdiri di balik pintu yang baru saja terbuka. Segera lelaki itu menyodorkan kantong bening berisi sekotak coklat dan sekotak nasi.
“Ini untukku?” Sarah sambil menatap mata Reno.
Iapun terpaku demi melihat sosok di hadapannya yang sedang mengangguk dan tersenyum manis padanya.
Tampan, kulit mulus, perhatian.
Ah, andaikan pria ini bukan gebetan dokter Rima, pasti akan ia dekati.
“Iya, buat kamu. Sama kok dengan yang aku kasih ke Rima. Bedanya cuma ini,” Reno sambil menggoyang-goyangkan bunga yang ada di tangannya.
Membuat wanita yang sedang duduk di balik meja itu menunduk tersipu. Membiarkan bunga-bunga indah kembali menyirami hatinya.
Ia merasa sangat spesial di depan Reno. Biarlah terus seperti ini. Ia masih ingin merasakan perhatian Reno. Bahkan jika boleh ia akan meminta lebih dari sekedar perhatian saja.
Sarah meninggalkan ruangan pemeriksaan itu dengan membawa bingkisan dari Reno, tak lupa juga membawa senyum pria itu di ingatannya.
Reno mulai mendekati Rima yang masih duduk manis sambil membereskan mejanya untuk persiapan makan siang mereka.
Meletakkan kantongan bening berisi dua buah nasi kotak di meja itu, dan menyodorkan bunga mawar merah ke hadapan Rima.
Tapi segera di tarik kembali sebelum Rima mengulurkan tangan untuk meraihnya.
Tatapan Reno berpusat ke arah kanan meja. Di sana terdapat jendela dengan dilengkapi tirai gulung. Bukan itu yang menjadi perhatiannya, tapi sebuah vas bunga berwarna bening yang telah terisi dengan air, dan bunga mawar merah.
Bunga itu darinya, dan Rima masih menyimpannya.
Mungkin saat ini hatinya telah mekar seperti mawar itu yang sedang mekar secara sempurna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments