Tolong Ubah Takdirku!
“Gak bisa Tio, kamu pacar sahabatku. Aku gak mau persahabatanku hancur hanya karena laki-laki kayak kamu,” Rima.
“Tapi aku benar-benar mencintaimu Rima. Terus aku sama Andra udah putus kok. Percaya deh!” Dengan menampakkan wajah keseriusannya, berharap jika gadis di hadapannya itu percaya.
“Putus? Kapan? Perasaan kemarin kalian masih jalan bareng deh!” Rima.
“Iya, itu yang terakhir,” Tio memastikan.
Rima berjalan mendekati Tio dengan pinggul ke kiri,ke kanan,ke kiri, ke kanan.
Lenggokannya begitu nyata, mengg0da setiap mereka yang melihatnya.
Dia mengangkat tangannya, meletakkan telapak tangan lentik nan halus di pipi milik Tio, dan dengan kepala yang diringkan ke samping. Wajah mereka sangat dekat.
“Sayang, aku gak mungkin terima kamu. Masih ingin bersahabat dengan Andra. Banyak kok cewek yang suka sama kamu, jangan aku yahhhh!” Dengan sedikit napas halus yang terasa menyambar wajah Tio membuatnya merinding.
Bahkan mampu mengangkat naluri kelaki-lakiannya.
“Tapi tak ada yang seperti kamu, sayang!” Tio mencoba tegar akan cobaan yang ada di hadapannya.
Gadis cantik nan seksi dengan body goalnya, tak lupa dengan des@h@n yang mengikut sertakan setiap ucapannya sedang berdiri sangat dekat dengannya.
Empat gadis cantik dengan status sosial yang bukan kaleng-kaleng. Olivia, Rima, Dianra dan Tiwi.
Bersahabat sejak awal masuk, dan semakin dekat hingga sampai dititik akhir perjuangan di sebuah Sekolah Menengah Atas istimewah.
Namun, hubungan mereka menjadi rapuh setelah kehadiran Tio sang lekaki tampan dengan perawakan tinggi tegap. Dengan kesempurnaanya itu ia menjadi idola kampus, dengan itupula ia sangat mudah mendapatkan gadis yang ia inginkan. Sayangnya kata setia sangat mahal untuk seorang Tio.
“Beri jalan keluar padaku agar dia melupakanku dan menjauhiku?” Rima saat mereka berempat.
Harusnya saat ini mereka berkumpul seperti biasanya. Namun kejadian kemarin justru membuat hari ini tak seperti biasanya.
“Dasar kamunya saja yang kecentilan,” Dianra.
“Makanya jadi cewek itu harus Shantik dan mempessonahhhh!” Suara lembut yang mengandung lebih banyak udara itu akan menyentil para kaum adam yang mendengarnya.
Apalagi diucapkan dengan bibir seksi yang menggoda hingga ingin menggigitnya. Ditambah lagi dengan hentakan pinggul yang seolah mencari lawan main.
Benar-benar bibit perebut yang sangat sempurna dan menyebalkan.
Jadi bagaimana jika pesona itu dipamerkan di depan wanita lain?
Tangan Dianra terangkat ke atas, namun belum saja mendarat di pipi yang di tuju, sang pemilik pipi telah menangkap dan menghempaskannya. Tak habis akal, rambut merupakan sasaran yang sangat tepat selanjutnya.
Dianra berhasil menarik rambut Rima membuatnya mundur dengan kepala mendongak ke atas.
“Ahhhh Ahhhh Ahhhh, rambutku!” Rima meringis.
Tak usah berteriak bod doh,balas dia! Tarik rambutnya juga!
Seolah mendapat kekuatan Rima berhasil meraih rambut Dianra dan dengan kekuatan yang tersisa ia juga menarik rambut sahabatnya itu.
Dengan mereka saling menarik rambut hingga berguling-guling di lantai, bukannya tak ada yang melerai, kedua sahabatnya itu telah mencoba tapi sayang mereka masih kalah tenaga. Kemarahan mampu memberikan tenaga tambahan pada kedua pemain.
Namun ada juga yang berperan sebagai penyemangat layaknya cheerleaders diluar lapangan.Mereka berteriak “Ayo! Ayo!”, “Tarik! Tarik!” Dan lain sebagainya.
Entah apa yang ada dipikiran mereka, apakah terlihat seru ketika melihat wanita berkelahi dengan berguling-guling di lantai?
Hingga pihak keamanan sekolah datang mampu melerai mereka dengan sedikit ancaman.
Pakaian kusut, rambut berantakan dengan ujungnya yang kesana kemari, polesan make up yang meleber kemana-mana.
Mungkin seperti itulah penampilan ke dua gadis itu, dan kedua sahabat mereka lainnya yang bertugas melerai hampir sama dengan mereka. Hanya saja mereka lebih telihat berwujud berbeda dengan kedua pemeran utama perkelahian itu.
Dua tahun setengah yang mereka lalui dengan saling mendukung satu sama lain kini harus terhempas hanya karena seorang lelaki yang sering membagi-bagikan hatinya.
“Meskipun bukan denganku, Tio akan tetap selingkuh!” Rima memastikan kepada kedua temannya.
“Iya, kamu benar Rim. Tio juga pernah nembak aku loh!” Olivia penuh meyakinkan.
“Hah? Tio pernah nembak kamu juga?” Tiwi histeris entah karena apa.
Sementara Olivia hanya mengangguk menaggapi ke-histerisan Tiwi.
“Kalau Tio pernah nembak kamu, kenapa dia gak pernah nembak aku? Diantara kita berempat hanya aku yang tidak pernah dilirik sama Tio,” Tiwi dengan raut wajah sedihnya.
“Apakah aku kurang cantik? Atau aku kurang menarik?” Tiwi, memandang pada diri sendiri, sebentar merapikan pakaian lalu tangan menyisir rambutnya sendiri.
Merasa tak kalah cantik dengan teman-temannya yang lain. Tapi kenapa pria seperti Tio tak pernah meliriknya, apa yang kurang darinya.
“Ah tidak, Rima bilang harus cantik dan mempesona. Berarti aku tidak cantik dan mempesona ya?” Tiwi.
Rima Dan Olivia saling melirik mendengarkan ocehan teman se-gengnya yang entah sangat polos atau.....?
“Kamu bukannya tidak cantik atau tidak mempesona. Tio gak nembak kamu karena dia takut nanti dia yang kena tembak. Kamu tau sendirikan kakak kamu yang jendral itu,”Via.
Entah opini yang diutarakan Tiwi benar atau tidak, setidaknya membuat Tiwi kembali normal, dan tidak terlihat seperti seorang yang habis terjatuh dan menahan sakit.
“Lagian Andra masa tidak bisa menilai pria yang benar-benar setia dengan yang obral cinta kemana-mana?” Via.
“Tuh kan, kalian sadar! Aku juga yakin kalau Tio punya cewek lain selain Andra,” Rima.
“Iya ada, cewek itu kamu,” Tiwi dengan lirikan mata ke arah Rima.
“Bukan aku, lagian Tio bukan tipe aku kok,” Rima dengan mengerak-gerakkan kedua tangannya.
“Terus kenapa kamu terima? Andra sahabat kita loh Rim!” Tiwi masih mencecar Rima dengan segala tuduhan
“Aku gak pacaran sama dia tau!” Rima mengibaskan rambutnya dengan jemari lentiknya, diikuti dengan gerakan kepala dengan tujuan memperlihatkan wajah cantiknya.
Bahkan di depan teman-temannya dia masih bersikap kecentilan rada sombong.
“Tapi Andra melihat kalian sedang bersama dengan sangat dekat di depan kantin,” Tiwi.
“Soalnya dia.....” Kalimat Rima bergantung demi melihat sosok Andra mendekati mereka.
“hus, hus!” Rima mengusir Via agar menjauh darinya dan mendekati Andra. Setelah kejadian pertengkaran itu, keempat sahabat itu terbagi menjadi dua kubu.
Kubu satu di isi oleh Rima dan Tiwi, sementara kubu yang lain diisi oleh Andra dan Olivia.
“Apa?” Andra dengan mentap tajam pada Rima.
“Heh” Hembusan kasar itu di iringi dengan kibasan rambut centilnya.
“Vi!” Tiwi lirih dengan tangannya yang mengibas di bawah. Dan seolah mengerti, Olivia menarik tangan Andra agar bisa menjauh dari Tiwi dan Rima.
“Gara-gara kamu persahabatan kami hancur,”Tiwi.
Saat ini-- Empat sekawan minus Diandra itu--sedang mengepung Tio. Sumber dari keretakan persahabatan mereka.
“Kamu kenapa sih gak bisa berhenti tebar pesona?” Via menatap heran pada pria itu. Jengah juga rasanya.
“Aku bukannya tebar pesona loh, mereka saja yang mendekatiku tanpa diminta,” Tio dengan pedenya.
“Yakin kamu tuh cewek-cewek mendekati lo dengan sukarela? Termasuk aku?” Rima.
“Kamu berbeda sayang,” Tio membalikkan tubuh guna memandang penuh pada gadis incaran selanjutnya.
“Kalau aku?” Jangan lupakan Via yang juga pernah Tio tembak untuk menjadi pacarnya.
“Iya maaf, saat itu aku khilaf?” Tio dengan santainya.
What? Nembak cewek dibilang khilaf?
Benar-benar alasan yang tak bisa dilawan. Astaga, yang benar saja. Untung saja gak di terima.
“Rim, coba kamu tolak Tio, pasti nanti dia bilang khilaf juga!” Bisik Via di telinga Rima. Dijawab dengan anggukan kepalanya, menandakan setuju dengan usul sahabatnya itu.
Benar juga, tapi aku telah menolakknya sebanyak ribuan kali. Heh, tak apalah, setidaknya lelaki ini menghindar dariku karena malu dan tak lagi menggangguku, meskipun persahabatanku dengan Andra tak mungkin kembali karena gadis itu sangat mengidolakan dan mempercayai Tio.
Rima berdiri mendekati Tio, dengan jarak yang sangat dengan mata mereka saling memandang satu sama lain.
“Tio, maaf ya! Aku sudah punya tunangan, kemarin malam ayah ngasih liat fotonya. Cakep loh, maaf ya hhhhhh!” Dengan napas lembut yang menggugah selera kaum adam termasuk Tio tentunya.
Meskipun dengan wajah piasnya karena mendapat penolakan namun Tio terlihat menikmat hembusan napas yang keluar dari mulut Rima.
Entah mengapa ada getaran tersendiri ketika harus berhadapan dengan gadis ini. Tak dipungkiri kecantikan dan kemolekan tubuhnya mampu menarik perhatian setiap kaum adam ditambah desahannya yang sering terdengar di akhir kalimat yang ia lontarkan?
“Maaf, aku harus segera pergi. Papa sudah menungguku!” Tio tak mampu menatap mata Rima lebih lama lagi.
Meskipun ia masih ingin merasakan hembusan demi hembusan napas yang keluar dari mulut Rima ketika berbicara dengannya, namun ia sadar jika hari ini ia batu saja ditolak untuk kesekian kalinya. Bahkan kali ini di depan ke dua sahabat Rima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Yayoek Rahayu
cowok labil yg suka tebar pesona
2022-08-12
1
Pangeran Matahari
😊😊😊
2021-12-25
0