Duke Marcello menggaruk pangkal hidungnya, ia harus kembali memutar otaknya memberikan jawaban.
"Begini, saudara ku sakit jadi kita tidak bisa bersama."
"Kakak macam apa dirimu Duke? Adik mu sedang sakit dan kamu malah tidak menjenguknya." Duchess Natalie menyilangkan kedua tangannya dengan menggeleng pelan. Ia memberengut, seolah tidak setuju dengan pemikiran Duke.
"Duke, kamu hanya memiliki satu saudara. Setidaknya kamu harus peduli padanya, kadang ada juga banyak orang yang merupakan anak tunggal mengubur hobynya karena dia merasa anak tunggal dan tidak ada yang meneruskan usaha ayahnya. Ada juga yang merasa kesepian, tidak bisa saling berdiskusi jika ada sesuatu."
Duke Marcello bersyukur, setidaknya ia masih di perhatikan oleh Duches.
"Kapan Duke akan bertemu dengannya? Kita akan bertemu bersama-sama."
"Hah?!" Duke Marcello tercengang, "emmm…. Begini, bagaimana kalau kita rencanakan waktu dulu. Duchess tau kan kalau aku sibuk,"
Duchess Natalie melewati Duke Marcello, ia kembali melanjutkan menaruh gaun di lemarinya itu. "Terserah! Duke mau kapan? Yang jelas kita akan menjenguknya.
Aku harus memastikan satu hal, semoga dugaan ku salah.
Duchess Natalie mendekat, ia menatap lekat kedua bola mata biru itu, membuat sesuatu di dalam tubuhnya berdetak, seolah waktu berhenti. Duke Marcello ingin menghindar, namun gelombang mata itu menariknya sampai ia tidak bisa berkedip atau memalingkan ke arah lain.
"Aku merasa, Duke bukanlah Duke Marcello melainkan orang lain."
"Aku adalah… " Duke Marcello terdiam. "Aku adalah Marcello, Duchess tidak perlu meragukan itu."
"Iya aku ragu, dan keraguan itu sudah membesar seiringnya waktu."
"Jika Duchess mencintai ku, Duchess tidak akan meragukan ku." Kilah Duke Marcello.
"Cinta? Cinta itu hilang ketika keraguan dan kekecewaan bercampur menjadi satu."
Duke Marcello segera memalingkan wajahnya. "Terserah apa yang Duchess katakan, besok kita akan ke kota. Sudah lama kita tidak keluar."
Semenjak kapan otaknya terbentur?
Keesokan harinya.
Duchess Natalie dan Pelayan Lily di sibukkan dengan menanam bunga mawar di pot tanah yang berukuran sedang itu.
Untungnya ada beberapa pot yang berisi tanah tidak terpakai, jadi bisa di gunakan dan tidak perlu mencari tanah di musim dingin ini.
"Sudah selesai."
Duchess Natalie mencuci tangannya di baskom yang berisi air, tadi pelayan Lily yang membawanya untuk keperluan sang Duchess.
"Nyonya, saya lupa mengambil sapu tangan. Saya ambil dulu Nyonya."
Pelayan Lily pun pamit undur diri, ia menuju ke kamar Duchess Natalie, namun sampai di ruang tamu, pelayan Lily memundurkan langkahnya.
"Wanita itu, kenapa datang lagi?"
"Aku minta maaf, tolong maafkan aku."
"Keyna, kenapa kamu datang ke sini lagi? Kita akan bertemu di tempat biasa, tapi jangan di sini. Bagaimana kalau ada yang mengetahui hubungan kita?" Duke Marcello pun panik, matanya melihat ke sekeliling ruangan. "Tapi tidak begini caranya, aku akan datang di waktu yang tepat."
"Aku hanya takut, aku takaut Duke marah pada ku. Aku minta maaf soal itu, tidak seharusnya aku bersikap egois."
Duke Marcello mengangguk. Tidak sepantasnya ia marah pada Keyna, seharusnya ia bersyukur karena Keyna telah mau menerima hari-harinya yang penuh lika-liku ini. "Ya, sekarang pulanglah dulu. Aku tidak nyaman jika ada yang melihat kita."
"Baiklah, aku menunggu mu." Keyna pun pamit, ia tersenyum dan bernafad lega. Kini Duke Marcello tidak marah lagi dan ia bisa melewati dengan tenang.
"Aku harus bilang pada Nyonya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Wahyu
ibarat kata.....sepandai pandainya tupai melompat toh bisa jatuh juga..... kalau sudah begini terus gimana??? kejujuran lah akhirnya 😊😊😊😊
2022-01-06
1
Wafiq Azizah
udah lily laporin aja, biar ketahuan semuanya, walaupun metteo nikah karna bukan atas kemauannya ga kek gitu juga, kelamaan pakai pikiran tapi hati ga dipake
2022-01-06
0
Aze_reen"
benar lily laporkan ke ducheess..
lari yg kencang...
karena yakin besok larimu baru nyampe ke duchess..
hehehe..
lanjuttt kk
2022-01-06
1