"Ini tidak benar!" seribu kali ia menggumamkan kata-kata itu, tidak ada rasa indah di rangkaiannya.
Kata-kata itu mengharuskan dirinya sadar, di mana posisinya dan tempatnya. Kesadaran itu meluluh lantah, meporak-porandakan hatinya.
brak
Duke Marcello tangannya terkepal kuat, pukulan keras di atas nakas itu membuat vas bunga mawar itu bergeser.
"Tidak! ini tidak bisa di biarkan. Aku membencinya, aku harus menjauhinya."
Duke Marcello kembali bertekad akan bersikap dingin, menganggap Duchess tidak ada.
Hah
Duke Marcello memanggil para pelayan untuk membantunya bersiap-siap. Hari ini ia akan menemui Keyna, membenah kembali hatinya.
"Tuan Metteo, anda belum sembuh betul. Bagaimana kalau besok saja atau beberapa hari lagi."
"Aku tidak bisa menunggunya." Duke Marcello melangkah pergi di ikuti Kesatria Erland.
"Mau kemana mereka?" tanya Duchess Natalie. Di lihat dari langkahnya, Duke Marcello seakan memiliki urusan yang sangat penting, yang tak bisa di tunda. "Lily ayo kita keluar," imbuhnya lagi. Ia tidak peduli kemana pun Duke Marcello pergi.
"Baik Nyonya."
Duchess Natalie melihat-lihat ke dalam toko, namun ia enggan untuk memasukinya dan tidak terpikirkan untuk membeli apapun.
"Duchess!"
Seorang laki-laki berambut panjang hitam legam tersenyum ke arahnya di dampingi oleh dua laki-laki di belakangnya.
"Siapa?" tanya Duchess Natalie. Ia memang tidak tahu siapa laki-laki di depannya.
"Oh, saya Marques Helton. Maaf mengganggu waktunya. Saya ingin bertanya keadaan Duke."
"Lukanya sudah membaik,"
"Syukurlah, kemarin saya bertemu dengan Duke di rumah sakit. Sepertinya bukan hanya luka luar saja, melihat wajah Duke yang sangat pucat saya merasa iba," tutur Marquess Helton. Rumor tentang Duke terluka telah melalang buana di kalangan bangsawan.
"Rumah sakit? tapi kemarin Duke ada di rumah, mungkin Tuan salah lihat."
"Tidak Nyonya Duchess, saya melihatnya sendiri dan sempat berbicara dengan Tuan. Dia menggunakan kursi roda. Saya yakin, saya tidak pernah salah mengenali Tuan Duke."
"Dia bilang apa?"
"Oh, Tuan hanya bilang dadanya sakit dan datang berobat, tapi tidak di dampingi oleh Sir Erland."
Duchess Natalie menahan sesuatu di dadanya, ia bingung harus mempercayai siapa. Penyelidikannya pun hilang tanpa jejak, tidak ada yang bisa ia temukan.
"Apa anda yakin dia adalah Duke Marcello?"
"Ada apa dengan mu Duchess? tentu saja dia Duke Marcello. Aku sangat yakin."
Marquess Helton mengerutkan keningnya, pertanyaan Duchess Natalie tentu saja mengundang kebingungan. Seorang istri tidak tahu bahwa suaminya berobat, sungguh aneh.
"Duke Marcello, ayo kita pulang Lily."
"Terima kasih Tuan Marquess, saya harus pulang."
"Sama-sama Nyonya," ujar Marquess Helton. Padahal dirinya hanya ingin menanyakan keadaan Duke, tapi tidak tahu dirinya malah memberitahu Duchess. "Apa mungkin Duke Marcello menyembunyikan sakitnya karena tidak ingin membuat khawatir Duchess?"
Sedangkan Duchess Natalie, wanita itu melihat ke luar jendela, matanya panas ingin sekali menangis. Duke Marcello mempermainkan dirinya, sebenarnya siapa suaminya? Ia tidak bisa membedakan mana Duke Marcello yang asli.
"Nyonya,"sapa pelayan Lily. Ia tahu, majikannya sedang tidak baik.
"Hah, apa kamu dengar tadi? Seseorang mempermainkan ku. Kamu jelas tahu, Duke Marcello berada di rumah dan sekarang dia pergi. Marquess Helton mengatakan Duke Marcello kemarin ke rumah sakit, mana yang benar?" Duchess Natalie tertawa, setelah selesai tertawa ia menatap tajam ke depan. Matanya bak listrik yang ingin menusuk musuhnya.
Sedangkan di tempat lain.
Metteo sampai di depan sang kakak, Duke Marcello. Laki-laki itu menatap sekilas dan kembali melanjutkan aktivitasnya. Kaca mata yang bertengger di atas hidungnya dan buku di tangannya. "Bagaimana keadaan mu?"
"Aku baik, Kak." Metteo melihat ke arah Erland, seolah ingin meminta jawaban keadaan saat ini.
Sedangkan yang di tatap pun hanya diam.
"Apa kamu sudah selesai? aku harap selesai. Sebulan lagi aku akan kembali."
Deg
Jantung Metteo seakan copot, ia mengepalkan tangannya. Hatinya tidak terima, rasanya sangat berat melepaskan semuanya. Di hadapannya seakan ada Duchess yang sedang tersenyum.
"Apa yang kamu inginkan? kembali ke kediaman Duke."
"Aku belum memikirkannya, kak."
"Aku harap kamu kembali, aku akan menjemput mu."
Metteo berdiri, "Aku ada urusan, kak. Lain kali kita melanjutkan obrolannya." Metteo pun melenggang pergi di serta dada yang terasa panas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Jarmini Wijayanti
duke Matteo mulai ada rasa dengan Duches mungkin
2024-09-10
1
Rizky Anindiya
gara" Duke Marcello tidak mau jujur.jadi banyak yg tersakiti secara tidak langsung😱
2023-10-05
1
Ida Blado
nathalie nya jg bego,menyelidiki kok setengah2.kalau ada kecurigaan lgi ya di kumpulin selidiki lbh lanjut,hanya krn jadian lalu berlalu gitu aja.
2022-03-24
0