Hati Yang Panas

Metteo berjalan menunduk sampai langkah kakinya berhenti di sebuah gerbang. Kedua laki-laki itu membukakan pintu, sebuah kediaman yang berlantai dua. Ada seseorang yang menempatinya dan sedang menunggunya.

Metteo melanjutkan langkahnya, saat ini dirinya bukan Duke Marcello melainkan Metteo yang telah di buang. Sampai di depan pintu, ia ingin masuk. Namun hatinya tak karuan, ia membelokkan langkahnya ke halaman belakang.

Metteo memandang bunga iris yang berjajar rapi dan sebuah pohon besar. Ia membuka jubah kebesarannya, membuangnya ke sembarangan arah. Kini hanya tersisa kemeja putih. Ia menghela nafas, kemudian duduk dan menyandarkan punggungnya, salah satu kakinya di tekuk dan tangannya berada di atas lututnya.

Metteo memandang ke depan, pandangannya melihat Duchess Natalie yang kadang membuatnya aneh, marah dan ingin tertawa. Baru beberapa hari saja ia melihat Duchess Natalie yang menurutnya berubah setelah kepulangannya.

Metteo memegangi dadanya, debaran itu membuat pakaian yang ia kenakan bergerak sesuai irama detakannya.

"Konyol." Metteo mengambil batu kerikil di sampingnya, melemparkannya ke sembarangan arah.

"Wanita itu memporak-porandakan semuanya. Dia ingin mengikis Keyna di hati ku, lucu bukan. Aku masih ingin di sana, tapi keadaan tidak bisa membuat ku di sana. Seharusnya dari dulu aku tidak menerima tawaran ini, mungkin sekarang tidak akan ada debaran konyol ini."

"Metteo!" Teriak seseorang, dia mengangkat gaunnya dan berlari menghampiri seorang laki-laki yang tengah duduk di bawah pohon. "Metteo!" Dia duduk di atas tanah dan memeluk laki-laki yang sangat ia rindukan.

Metteo membalasnya, pelukan ini menyadarkan arti hidupnya yang sesungguhnya. Bahwa dirinya tetap akan kembali pada Keyna, apapun yang terjadi. Hatinya akan memilih Keyna, ia harus menentang pikiran dan segala hal aneh di hatinya itu.

"Aku sangat merindukan mu," Keyna berkata lirih, kemudian berpindah ke samping Metteo, membaringkan kepalanya di atas bahu Metteo. "Metteo, aku merindukan mu. Kamu ingat, biasanya kita akan melakukan hal ini di sore hari sambil menikmati matahari terbenam."

"O iya, bagaimana dengan luka mu?"

Metteo mengelus pipi Keyna, "Aku baik-baik saja. Lihatlah!"

Keyna kembali membaringkan kepalanya. Wanita itu pun mengoceh, menceritakan semuanya semasa dirinya tidak ada. Tanpa ia sadari, laki-laki di sampingnya malah melamun dan tidak mendengarkannya.

"Dengar Metteo!" lamunan laki-laki itu langsung buyar, "Nanti malam kita ke kota. Sudah lama aku tidak kesana."

"Maaf Keyna," Metteo berkata lirih. Hatinya kacau, ia tidak bisa menemani Keyna."Aku sibuk dengan pekerjaan ku, kamu tahu sendiri kan. Kediaman Duke membuat ku sibuk."

"Padahal aku sangat merindukan mu, ingin menghabiskan malam bersama mu." Keyna merengek, melilitkan tangannya ke tangan Metteo.

"Aku sangat menyesal karena tidak bisa menemani mu." Metteo menyesalinya, karena tugas. Ia jarang memiliki waktu dengan Keyna. Biasanya setia sore ia akan menemui gadis itu.

"Tidak masalah, tapi kapan kebohongan ini berakhir Metteo? aku tidak mau. kamu terus-terusan ada di sana. Kami tahu sendiri kan, aku sangat menyayangi mu. Aku tidak bisa menunggu lebih lama. Aku takut, Aku takut Metteo. Aku takut kamu akan berpaling."

"Apa yang kamu bicarakan? siapa yang berpaling? tidak akan ada, hati ku milik mu."

Keyna berdiri, ucapan Metteo tidak membuatnya yakin. Bisa jadi, suatu saat nanti hatinya akan berubah. Apa lagi melihat kecantikan Duchess? ia tidak bisa mengentengkannya.

"Sekarang kamu berkata seperti itu, bagaimana jika nanti mu berubah? Duchess sangat cantik, aku takut kamu...."

Metteo membalikkan tubuh Keyna, "Takut apa? hem, percayalah pada ku. Apa kamu meragukan cinta ku, tidak mempercayai ku lagi?"

"Tidak, tidak, aku mempercayai mu, tapi tolong jaga hati mu untuk ku." Keyna memeluk Metteo dengan erat. Hidupnya tidak akan berarti, jika seandainya Metteo pergi meninggalkannya.

"Iya... "

Keduanya pun menghabiskan waktu bersama hingga malam hari dan memutuskan akan keluar malam.

"Metteo, aku sudah lama tidak keluar malam. Aku senang sekali," Keyna sangat berantusias melihat sekelilingnya.

Sedangkan Metteo dia menggunakan sebuah jubah hitam yang menutupi kepalanya sehingga tidak ada orang yang mengenalinya.

Keyna menarik tangan Metteo, memasuki satu toko ke toko lainnya. Rasanya, wanita itu tak pernah habis mencicipi dan membeli sesuatu.

"Sayang, lihat di sana ada permen kapas?!" tunjuk Keyna ke salah satu orang yang berteriak mempromosikan dagangannya.

"Ayo!"

Keyna mengambil permen kapas itu dari tangan laki-laki setengah baya itu.

"Dua permen kapas," ujar seorang wanita.

Tubuh Metteo membeku, di balik jubahnya ia melirik wanita di sampingnya, memastikan suara wanita itu adalah wanita yang ia kenal. Metteo menarik jubah hitamnya, semakin menutupi kepalanya.

Terpopuler

Comments

Jarmini Wijayanti

Jarmini Wijayanti

siapa

2024-09-10

0

Sulati Cus

Sulati Cus

iy bener krn cinta hadir karena biasa dan rasa nyaman

2022-02-16

0

momy ida

momy ida

metteo mulai jatuh cinta sama ducches

2022-02-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!