bab 7
.
.
.
Sinar mentari masih malu-malu menampakkan diri. Namun namira sudah bersiap memasak untuknya sarapan dan bekal bekerja. Ibu kost dengan baik hati meminjamkan kompor satu tungku untuk Namira memasak.
hari ini adalah hari pertamanya bekerja menjadi sekretaris lagi. setelah vakum selama kurang lebih 4 tahun membuat Namira merasakan grogi yang luar biasa. Namira juga tidak mau mempermalukan Bima, teman masa kecil yang sudah merekomendasikannya.
Dengan menaiki angkot kota, Namira menuju Kantor dimana Ia akan bekerja. sesekali Namira menatap potret senyum pucat sang putrinya, sebagai semangat tersendiri bagi Namira.
.
.
.
Sementara Attalah kini juga tengah diperjalanan menuju Rumah sakit dimana putri Namira dirawat. seakan sudah tak sabar bertemu, Attalah menyuruh Tio mempercepat laju mobilnya.
.
.
Setelah bertemu Resepsionis Namira diarahkan agar menuju lantai teratas dimana Hans Wiguna, Sang CEO berada. dengan sibantu beberapa karyawan Namira telah sampai diruangan bos barunya.
perlahan Namira mengetuk pintu ruangan Hans. hingga jawaban untuk masuk terdengar samar-samar, segera Namira membukanya. Nampak Hans tengah duduk dikursi kebesarannya dengan kaca mata bertengger dimatanya.
" selamat pagi tuan.." sapa Namira penuh sopan.
Hans seolah terpana dengan Namira. yang begitu cantik meski dengan setelah kemeja sederhana hitam dan Rok hitam setinggi lutut.
" emm. pagi.. apa kau sudah siap bekerja hari ini ??" tanya Hans.
" saya sangat siap tuan." jawab Namira dengan senyum semangat.
Hans mengangguk pelan. ia meletakkan kaca mata miliknya dan menghampiri Namira.
" Mari saya tunjukkan ruanganmu.." ajak Hans.
Namira mengangguk dan segera mengarahkan Hans pada Pintu keluar.
Tepat disisi Ruangan Hans, Namira akan menghabiskan waktu seharian menjadi sekretaris.
" ini ruanganmu, disana ada ruangan pribadi khusus untukmu pakailah jika kau benar-benar lelah. didalamnya ada baju ganti untuk kau pakai ketika kita akan bertemu klien. kau jangan kawatir, baju-baju disana dulu juga dipakai sekretarisku yang lain, setiap hari akan ada yang membersihkannya, jadi selalu bersih." terang Hans.
Namira manggut-manggut pertanda mengerti. Bahkan hanya ruangan sekretaris saja ada ruang pribadinya. sungguh kantor yang mewah. batin Namira sendiri.
" mulai hari ini kau bisa bekerja. oh ya, nomer ponselmu sudah saya daftarkan sebagai sekretaris saya. otomatis klien ataupun kolega bisnis saya akan menghubungimu terlebih dulu guna membuat janji. apa kau keberatan ??" terang Hans.
" sama sekali tidak pak. " balas Namira dengan cepat.
" bagus.." hans menyerahkan buku hitam jadwal.mittingnya. "ini sekarang kau yang pegang, semua jadwal saya tertulis disana. setelahnya, kau yang mengatur semua pertemuan dan jadwal saya." lanjut Hans memberikan penjelasan dengan tenang dan sangat mudah difahanmi Namira.
" terima kasih atas kepercayaannya pak.. saya akan berusaha memberikan yang terbaik." ucap Namira dengan kesopanannya.
" iya. selamat bekerja. saya kembali keruangan dulu.." Hans berjalan kearah pintu dan segera keluar dari ruangan Namira.
sedangkan Namira pun segera menuju ruang ganti, ia harus segera berganti baju karna pukul 09.00 Hans akan menemui kliennya, meski baru membuka jurnal jadwal Hans, Namira langsung bisa mengingatnya.
.
.
Atas informan yang terpercaya, Attalah menuju ruangan khusus rawat yang disebutkan. meski ia ragu, namun rasa rindu dan penasaran bercampur aduk didalam.benaknya.
Tio menghentikan langkahnya saat kamar yang bernomer yang mereka cari sudah berada dihadapannya.
ketukan dilayangkan Tio pada pintu kamar itu.
beberapa kali Tio mengulangnya. hingga jawaban untuk masuk terdengar dari dalam.
Attalah mengatur nafasnya, perlahan Attalah memegang handle pintu kamar rawat itu.
saat sudah terbuk sempurna, Attalah mematung dengan mata menatap kearah pembaringan, tubuhnya meremang, kakinya seakan melemah,melihat dimana seorang anak kecil dengan selang infus ditangannya serta oksigen yang melekat sempurna dihidungnya. entah mengapa seolah Attalah merasakan sesak didalam hatinya, yang seolah terhimpit bongkahan batu besar.
" paman cari siapa ??" tanya Erlita dengan suara lemah.
Attalah belum menjawab. lidahnya seakan kelu untuk sekedar mengucapkan salam.
"Bibi dan pamanku sedang diruangan dokter. sebentar lagi datang.."ucap erlita yang mendesis kesakitan saat sesuatu mengganggu pernafasannya.
Melihat itu Attalah segera berlari mendekat dan terlihat sekali diwajahnya jika ia amatlah kawatir.
" ada apa ?? kau sakit sayang ??" tanya Attalah dengan raut wajah Kawatir.
Erlita menggeleng pelan. "Er, memang begini paman. suka sakit didadanya." jawab Erlita dengan lemah.
Kembali Attalah dihimpit rasa bersalah yang amat dalam. putrinya sedang berjuang melawan sakit bawaan sejak lahir itu. dengan penuh kelembutan Attalah mengusap kepala Erlita dengan lembut. ciuman dilayangkan dikening Erlita, bahkan Attalah meresapi dengan memejamkan matanya. meski terlihat bingung, Erlita hanya menatap pria asing yang memberikannya sebuah kehangatan dalam belaian yang sebenarnya amat Erlita rindukan.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Uthie
mengharukan 👍
2022-09-25
0