bab 10
.
.
.
Hans tersenyum kepuasan ketika melihat bagaimana respon klien saat Namira menunjukkan presentasinya.
" bima memang tidak salah memilih rekan untukku.." batin Hans.
Namira membereskan berkas-berkas yang sudah selesai, tanpa sadar jika sejak tadi Hans tengah memperhatikannya.
dering ponsel Hans Membuyarkan lamunan Hans dan juga Namira.
" duduklah dulu, saya terima telfon." ucap Hans pada Namira.
Namira mengangguk pelan, dan segera duduk dengan sopan dan setia menunggu atasannya.
" ada apa ??!" jawab Hans denga ketus.
" kau sibuk ya ?? jawabanmu ketus sekali..!!"balas Bima dalam sambungan panggilan.
" huh.. ada apa ??" tanya Hans.
" kau dimana, ini waktunya makan siang kan ?? aku mau mengajak Namira makan diluar.." jawab Bima dengan santai.
Hans membulatkan matanya. ingin melarang namun ia bingung harus beralasan apa, sesekali hans melirik Namira yang masih setia duduk dihadapan Hans.
" aku tunggu direstoran Deriyaki. cepatlah !!" Setelah berkata seperti itu Hans langsung mematikan panggilannya.
" apa maksud Hans ??" gumam Bima sembari melajukan mobilnya memutar arah menuju restoran yang disebutkan Hans.
" apa sudah tuan ??" tanya Namira. jujur sebenarnya Perut Namira sudah berbunyi sejak tadi, namun karna rasa sungkan membuat Namira berusaha menahannya.
" belum !!" jawab Hans tanpa sadar.
Namira menajamkan pendengarannya "ma.maksud tuan ??"
Hans berdehem menyadarkan dirinya. "maaf..maaf.. maksudku kita makan siang bersama saja."
Namira semakin tak mengerti. "ma..makan si..ang ??"
" oh..eee... itu, barusan bima.mengajak kita makan siang bersama." jawab Hans terbata-bata.
" oh..begitu ya.. ya sudah bagaimana jika kita berangkat sekarang ??" tawar Namira.
" kenapa.Namira.semangat sekali bertemu dengan Bima ??" tanya Hans dalam.hati dengan kesal.
Namira melambaikan tangan didepan Hans. "tuan.. halo..."
Hans mengerjapkan matanya, " iya..ayo " hans segera berdiri dan meninggalkan Namira. Meski terlihat bingung, Namira hanya bisa mengikuti saja.
.
.
.
" apa ?? bawaan sejak lahir ??" tanya Attalah saat berbincang dengan dokter yang menangani Erlita. dokter menceritakan segala kronologi dan bagaimana kondisi Erlita terkini
" iya. aku menanganinya sejak dia lahir. sebenarnya aku sudah menyarankan agar Er dioperasi sejak baru menginjak 2 tahun, tapi aku sangat mengerti Bagaimana keadaan Namira yang tidak memiliki suami. makanya aku hanya memberi obat pereda nyeri" jawab Dokter fredi.
Hati Attalah seakan terkoyak dari mendengar sampai melihat langsung kondisi putri dan kekasihnya. semua hanya karna kesalah pahaman, hingga menimbulkan sebuah rasa sesal yang teramat dalam.
Dokter fredi melirik Tio seakan bertanya siapa pria didepannya.
" dia tuanku. bosku.. dan anak.yang kau tangani itu adalah putrinya." terang Tio dengan pasti.
Attalah mengangguk pelan, " iya, saya ayah dari anak.itu.."
" maaf tuan Sebelumnya. hanya saja setau saya Namira belum.menikah, makanya saya..."
" jangan mengatakan Namira yang bukan-bukan ya !!! dia wanita baik-baik !!!" bentak Attalah sembari menggebrak meja.
" tuan...kontrol emosi anda.." Tio memegang pundak Attalah agar kemarahan Attalah mereda.
" maaf tuan, maaf.. saya tidak.bermaksud.." ucap dokter fredi
Attalah kembali duduk dengan mendegus kesal.
" lakukan operasi segera pada putriku."pinta Attalah.
" tapi, bagaimana dengan keluarganya ?? bagaimana jika mereka bertanya siapa donatur yang baik hati membayar biaya operasi Er ??" tanya Dokter fredi.
" apa kau.bisa membantuku ??" tanya Attalah balik.
Dokter fredi mengangguk pelan. Segera Attalah membisikkan semua rencananya pada Fredi. hanya itu cara terbaik untuk Attalah agar bisa membantu kesembuhan putrinya. entah mengapa.Attalah tetap kekeh menebus semua kesalahannya terdahulu.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments