bab 14
.
.
.
Namira dan Hans sudah tiba ditempat pertemuan mereka dengan klien. karna datang terlalu pagi, Hans sengaja membawa Namira kesebuah resto sederhana sebagai titik pertemuan dengan kliennya.
" sepertinya kita datang lebih dulu. sambil menunggu, bagaimana jika kita sarapan ??"tawar Hans.
" maaf sebelumnya tuan. saya sudah sarapan dirumah. em..tapi jika tuan belum sarapan silahkan saja, saya bisa menunggu."balas Namira.
dalam hati Hans terus menggerutu kesal, "bahkan makan saja sudah. memang dia bangunnya jam berapa sih !!" batin Hans.
Sambil menunggu hans menikmati sarapannya, Namira membuka berkas untuk bertemu kliennya, membacanya kembali. sejak semalam ia hanya menyiapkan presentasi tanpa melihat label perusahaannya.
seolah tak percaya, Namira mengedipkan matanya beberapa kali, ia bahkan sampai menelan ludahnya beberapa kali. sudah hampir 4 tahun dia tak melihat logo perusahaan itu, matanya terasa perih, bahkan rasa dingin mulai terasa dari jari hingga sekujur tubuhnya, Bahkan Namira tak menyadari jika Hans sudah selesai dalam acara sarapannya.
" selamat pagi tuan Hans Wiguna" sebuah suara yang juga sudah 4 tahun tak didengar Namira saat ini berada dibelakangnya. gemetar dan bergemuruh dalam hatinya, nafas Namira memburu benarkah ?? hanya itu yang terus Namira terka.
Hans segera berdiri dan menyambut Kliennya. sedangkan Namira masih mematung dengan menunduk,
" selamat pagi Tuan Attalah.." balas Hans.
Tak salah lagi, Namira tidak bermimpi, tidak juga salah dengar, memang benar Kliennya adalah dari perusahaan Attalah, pria dari masa lalu Namira yang menyisahkan luka terdalam.
Attalah melirik Namira yang masih duduk membelakanginya.
" oh.. maaf. Mira.. klien kita sudah datang.." Hans memanggil Namira.
Meski air mata hendak menetes, Namira berusaha menahannya. ia harus kuat, harus memganggap tak mengenal pria itu. perlahan Namira bangkit, dan memutar tubuhnya, meski kakinya pun bahkan gemetar Namira berusaha menerbitkan senyum.
" maaf tuan. selamat datang.. silahkan duduk.." sapa Namira dengan senyum terhias diwajahnya.
Attalah mematung dengan mata berbinar, kerinduannya yang tertahan selama 4 tahun seakan sudah terobati hanya dengan melihat wajah ayu Namira, " ternyata benar kau menjadi sekretaris lagi Namira.." batin Attalah. mata Attalah bahkan tak lepas dari Namira, meski Namira berusaha membuang tatapannya kearah lain.
Tio bahkan ikut menganggumi Sosok Namira, yang cantik alami meski hanya menggunakan makeup tipis.
"pantas saja Tuan tidak bisa melupakannya, cantiknya kebangetan begini.."batin Tio dalam hati.
Hans yang merasa risih dengan tatapan Attalah pada Namira segera berdehem "ehhemmm!!!"
" apa bisa kita mulai ??" tanya Hans memecah keheningan.
" oh..iya. mari.." Attalah segera duduk dihadapan Namira bersama Tio disisinya.
Namira tak.henti-hentinya mengatur nafas agar tubuhnya yang gemetar tak terlihat oleh pria yang begitu amat ia benci itu.
sangking gemetarnya, Namira sampai tak sadar jika tangannya meraih cangkir kopi Hans dan meneguknya hingga tandas. Hans yang melihat keheranan.
Dengan segera Namira membuka Mitting pagi itu, Tio yang melihat, sangat mengakui betapa Namira memang sangat pandai dan bisa dikatakan begitu berbakat.
hingga diakhir presentasi Namira, Attalah tak melepas pandangannya. senyum sesekali menghiasi wajahnya semua itu mengingatkan dia pada mereka berdua yang dulu begitu kompak saat bekerja sama bersama.
Namun Hans yang memperhatikan merasa kesal, bahkan Hans mengira Attalah adalah pria hidung belang, karna setau Hans Attalah sudah memiliki istri, namun saat menatap Namira, attalah bahkan tak melepas pandangan itu sedetikpun.
Namira sangat sadar jika Attalah terus memperhatikannya, Namun Namira berusaha tak ambil pusing dan segera mengakhiri semuanya. berada didekat pria yang begitu amat ingin ia lupakan membuat Hati Namira perih tak karuan.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Erni Handayani
ikut deg2an euy🤭 lanjuutt 😍
2022-01-01
1