bab 2
.
.
.
Diruangan dokter Namira mendengar penjelasan tentang keadaan putrinya. sesak terasa ketika dokter mengharuskan Erlita menjanali operasi pencangkokan pada jantungnya, seakan Namira tidak sanggup berdiri kokoh saat itu.
dengan langkah tertatih Namira keluar dari Ruangan dokter.
Mia sang kakak yang selalu menemani Namira segera menghampiri sang adik yang terlihat kosong pada tatapan matanya.
" bagaimana ?? apa kata dokter ??" tanya Mia.
Namira belum menjawab, ia hanya menatap sang kakak dengan sendu.
" apa Keadaan Erlita memburuk Mir ??" tanya Fadil suami Mia kakak ipar Namira.
Namira memilih mendudukkan tubuhnya dikursu panjang. lemah masih terasa dikedua kakinya. Mia dan Fadil segera mengikuti Namira duduk.
" ada apa Mir ?? katakan pada kakak ??!"tanya Mia penuh kawatir.
" Er kak.. er....er..harus menjalani operasi secepatnya.." balas Namira dengan lemah sembari mengusap wajahnya. keterbatasan ekonomi Namira yang membuatnya begitu meyakitkan.
" ya sudah. dioperasi saja. nanti kakak akan jual toko supaya bisa buat biaya operasi Erlita." balas Fadil.
" iya. itu ide bagus. aku akan mengumpulkan emas yang kupunya untuk membantu biayanya juga." tambah Mia.
" jangan kak... selama ini kalian sudah banyak kurepotkan. menjual aset kalian akan merugikan kalian nanti. lagian itukan milik ridho juga. aku akan berusaha mendapatkan biayanya nanti." timpal Namira.
" kau adikku Mira, kau tanggung jawabku, setelah ayah dan ibu meninggal aku dan fadil akan selalu menjaga dan membantu serta melindungimu.. jadi jangan berkata seperti itu.." terang Mia dengan lembut.
" terima kasih kak.. maafkan Mira, belum bisa membalas kebaikan kakak.." balas Namira.
"jangan berkata seperti itu.. " timpal Mia yang begitu prihatin dengan adik satu-satunya itu.
" lalu kau akan bagaimana ??" tanya Fadil.
" aku akan bekerja kembali kak, Bima menawarkan pekerjaan menjadi sekretaris lagi seperti dulu." jawab Namira dengan pasti.
" Bima ?? tapi itu kan dikota dimana pria brengsek itu tinggal.." timpal Mia.
" biarkan saja kak, aku hanya berniat mencari uang untuk biaya Erlita saja." balas Namira lirih.
Mia mengusap punggung adiknya. "kau harus kuat, jangan terpengaruh apapun."
Namira mengangguk dengan menggenggam tangan Mia. "kak, aku mau menitipkan Erlita pada kalian berdua."
Mia mengangguk pasti. "kau tenang saja, kakak akan menjaganya dengan baik."
" jadi kapan kau berangkat ??" tanya Fadil.
" besok kak, aku tadi sudah menghubungi Bima dan dia mengatakan agar aku segera berangkat." jawab Namira.
" apa kau sudah katakan pada Er ??" tanya Fadil lagi.
" aku akan bicara padanya," Namira berdiri dari duduknya dan berjalan menyusuri lorong menuju ruangan dimana putrinya dirawat.
Nampak Perawat tengah mengganti infus dengan memberikan candaan pada Erlita.
senyum keramahan dilayang kan perawat itu setelah selesai dan berpamitan.
" bunda.." panggil Erlita.
Namira tersenyum manis yang duduk disisi pembaringan erlita. dengan penuh kasih sayang Namira mengusap kepala putri kecilnya itu.
" Er. bunda mau bicara sama Er.." ucap Namira.
" ada apa bunda ??" tanya Erlita
" Er, harus semangat buat sembuh ya.. jangan menyerah.." ucap Namira dengan menahan air mata.
" besok bunda mau keluar kota untuk mencari biaya buat pengobatan Er, er mau kan dirumah dengan Bibi Mia dan paman Fadil, ?? nanti kalau uangnya sudah banyak bunda pasti akan pulang.." terang Namira dengan bergetar menahan sesak didalam hatinya.
Erlita menatap Wajah bundanya. "bunda nanti tidak lupakan sama Er ??"
" tentu saja tidak sayang.. kau harta berharga milik bunda.. bagaimana bunda bisa lupa.."balas Namira
" Er akan menunggu bunda, bunda hati-hati ya.. Er nggak akan nakal kok.." ucap Erlita.
mendengar kata-kata Putrinya Namira seolah tertampar, Erlita seolah menjadi dewasa diusia dini dalam sakitnya.. Tanpa berkata Namira hanya memeluk putri kecilnya dengan erat.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments