17 Manusia Rambut Puith

Meski baru saja menyaksikan kejadian hebat, tetap saja ini posisi yang menyebalkan. Tubuh Arif tidak bergerak untuk beberapa lama. Dia harus duduk tenang dahulu sambil menahan rasa lapar tang kian melilit. Tidak terhitung sudah berapa kali perutnya merengek minta makan.

Pemandangan di hutan itu lumayan bagus, cukup untuk membasuh mata selama masa tunggu. Arif memperhatikan sekitarnya, menghadap kesegala arah. Pucuk-pucuk yang tinggi berdaun lebat, pohon-pohon dengan batang yang kokoh dan besar. Alas hutan penuh dengan dedauanan kering dan batu-batuan kecil.

Angin pagi menyapa Arif, menggoyangkan rambut putihnya yang berantakan dan sepanjang bahu. Sejak Melati tidak pernah berkunjung, Arif tidak memotong rambutnya.

Pakaian Arif compang-camping, bekas terbakar terlihat di beberapa titik, juga dengan luka bakar di kedua lengan dan kaki. Luka bakar itu masih sedikit perih jika berkontak dengan obyek kasar. Sementara mata Arif terlihat menghitam, jela sekali di kurang tidur.

Orkestra alam adalah pilihan terbaik ketika pergi ke hutan, sebagaimana kali ini. Dulu, ketika duduk menikmati kemegahan Dewa Naga Bukit, Arif tidak bosan untuk mendengar alam menyanyi untuknya. Kicau burung, suara aliran sungai, langkah-langkah hewan yang menyusur hutan, dan angin yang menggoyangkan dahan-dahan tinggi.

Nampaknya Arif mulai menyukainya. Dia mencoba memasan senyum, kata dokter senyum dapat menghilangkan stres dan membuat suasana hati lebih baik. Dokter selalu tersenyum seakan-akan tidak pernah mendapat masalah apapaun. Arif mulai kangan dengan Dokter Jago. Bagaimana ya kabarnya?

Setelah matahari cukup tinggi Arif mencoba berdiri, berhasil meski kakinya sempat gemetaran. Arif masih kesulitan berjalan, pelan-pelan saja tidak mengapa. Arif mengedarkan pandang, berharap semoga ada sesuatu yang dapat dimakan selain dedaunan.

Setelah berjalan cukup jauh dan melelahkan, Arif menemukan sang naga biru, sungai berair bening. Suasana hati Arif seketika membaik, sebelumnya ia pernah menangkap ikan di sungai bersama dokter dan Melati.

Arif pelan-pelan turun, menuju tepian sungai. Belum kakinya menyentuh permukaan air, mata Arif menangkaps sesuatu yang membuatnya mematung. Di ujung barat, terlihat seorang lelaki dan seekor anjing gunung. Lelaki itu mengenakan caping besar dan penutup baju tubuh berupa jas dari serat alam. Dia sedang mengisi kantung air dengan air sungai.

Hewan berbulu putih dan abu-abu itu adalah peliharaanya. Dia duduk santai di sebalah tuannya yang sedang mengerjakan sesuatu di tepian sungai. Bagus, dia lebih lama disana.

Arif pelan-pelan mundur. Jelas sekali pengalaman beberapa hari yang lalu membuatnya trauma. Arif tidak bisa percaya manusia kecuali keluarganya, Melati, dan Dokter Jago. Selain itu Arif tidak mau pikir panjang, dia akan menjauh sejauh-jauhnya.

Arif melangkah mundur. Keringat kembali mengalir, ketegangan ini membuat dada berdegup kencang.

Pelan-pelan, pelan-pelan. Arif mengabil langkah lebar tanpa suara. Sementara matanya terus memantau lekaki itu. Semoga tidak sadar, semoga tidak sadar. Arif berdoa dalam hati. Ketika lelaki itu berdiri, Arif seketika mengambil langkah berlari, bersembunyi di balik pohon.

Tentunya lelaki itu menoleh ke sumber suara. Dia mendengar suara langkah kaki tergesa-gesa. Bisa saja binatang buas. Lelaki itu lantas menggulung pekerjaanya kemudian mengikatnya dengan tali. Lelaki itu lantas memasukannya kedalam tas kulit miliknya.

Dibalik pohon besar, Arif menyetuh dadanya. Degupannya sangat kencang. Dalam kepalanya terngiang bayangan yang akan terjadi kalau dirinya ketahuan atau tertangkap. Dadanya terasa sakit, pernafasannya berantakan. Kenapa masalah selalu datang?

Arif menghembuskan nafas beberapa kali, mencoba menenangkan diri. Degupan di dada semakin normal. Bagus.

“Guk.” Terdengar suara anjing dari samping Arif. Hewan itu duduk disana sambil mengibas-ngibaskan ekornya. Dia seakan menunggu Arif. Tapi Arif tidak berpikir demikian. Arif melakukan langkah seribu, ketakutannya kembali memuncak.

Arif berlari sekuat mungkin, kemanapun tidak apa-apa. Asalkan tidak bertemu manusia. Di belakangnya, anjing itu pun memburu. Langkahnya kuat dan lebar, tidak perlu berlama-lama hewan dengan penciuman super itu berhasil menghadang Arif dari depan.

Arif langsung mengubah arah berlari, nyaris saja membuatnya terpeleset. Semak belukar ditrobis begitu saja. Jalanan yang tidak rata membuat keseimbangannya hilang berkali-kali. Hampir saja dia tersungkur karena itu. Arif tetap berlari. Tubuhnya mulai sakit, tenggorokan terasa terbakar, keringat sudah kembali benjir.

Dipenghujung perjuangan, Arif jatuh ke depan. Dadanya dam dagunya terbentur terlebih dahulu. Sangat sakit. Siku dan lututnya berdarah. Kesadarannya berkedip-kedip. Dalam penglihatan yang remang ia lihat anjing gunung itu duduk disebelahnya dan lelaki bercamping datang. Suaranya terdengar mencemaskan Arif.

@@@

Arif membuka mata perlahan-lahan, mengumpulkan kesadarannya. Dalam kondisi setangah sadar, Arif mencium bau asap. Arif terkaget sampai melompat, bayangannya terlempar pada peristiwa mengerikan itu.

Arif menatap depan. Ternyata ada sebuah api unggung kecil. Dihapannya ada beberapa ikan sungai yang di sate. Api unggun bergoyang-goyang, mencoklatkan kulit ikan sungai tersebut. Tercium bau harum, nampaknya sudah dibubuhi bumbu.

“Duduklah, jangan takut. Aku tidak ada niatan buruk.” Arif menghadap kepada sumber suara. Itu lelaki bercamping. Dia melapas capingnya, menunjukkan rambutnya yang berwarna hitam. Ketakutan seketika merambati layaknya pasukan semut.

“Santai nak. Ini makanlah terlebih dahulu.” Lelaki itu memberikan salah satu ikan yang sudah matang. Baunya harum dan nampaknya sangat lezat. Berhari-hari tidak makan membuat Arif bagaimana rasanya makanan lezat.

Arif makan dengan lahap, mulutnya langsung kepanasan. Arif menahannya. Tenggorokannya sangat panas. “Minumlah.” Lelaki itu memberikan kantong air miliknya. Air cepat-cepat menerima dan langsung menegak separuh dari isinya. Rasanya sangat lega.

“Bagaimana, apa sekarang sudah lebih baik?” Lelaki bertanya ramah tapi suaranya sedikit dingin. Arif menjawab dengan anggukan.

Arif diam-diam memperhatikannya yang sedang sibuk membuka sesuatu di telapak tangan. Lelaki ini memilik tatapan mata yang dingin, lengan baju yang dilipat menunjukkan otot disepanjang lengan. Lelaki ini sangat fokus dengan pekerjaanya. Dia nampaknya orang yang sangat disiplin.

Sebenarnya masih tersisa keraguan dalam diri Arif. Hatinya masih sangat gelisah kalau lelaki di hadapnnya ini mendadak melakukan hal buruk. Arif tidak ingin itu terjadi. Meski suasana ini terasa bersahabat, Arif tidak bisa merasakannya. Hal itu juga berpengaruh pada selera makannya, Arif tidak bisa merasakan rasa gurih ikannya.

“Jangan gelisah nak.” Lelaki itu berkata lagi seakan tahu kata hati Arif. “Ini makanlah, kau pastinnya sangat lapar.” Lelaki itu memberikan sate ikan kedua. Kali ini Arif melahapnya pelan-pelan sambil beberapa kali meniupnya.

“Sambil kau habiskan, aku akan bercerita sedikit.” Lelaki itu membenarkan posisi duduknya. Dua tusuk yang masih tersisa diberikan pada anjing gunungnya dan satu lagi untuk dirinya sendiri.

“Namaku Haz dan ini Gagug.” Tunjuk Haz pada anjing gunungnya yang sedang lahap menghabiskan ikan bakar.

“Kami berasal dari Desa Rakatta, dekat dengan hutan ini. Aku adalah seorang peramu, aku pergi ke hutan untuk mencari tanaman-tanaman herbal bersama Gagug.” Arif mendengarkan baik-baik.

“Kalau tidak salah, namu Arif bukan.” Arif sedikit kaget akan hal itu. Dia hanya mengangguk sebagai konfirmasi.

“Guru Jago memberitahukannya padaku. Kau pastinya kenal beliau.” Arif mengangguk lagi. Nama Dokter Jago disebut membuat Arif ingin bertanya perihal keadaan beliau sekarang. Haz menghembuskan nafas pendek.

“Empat puluh tahun yang lalu negeri-negeri barat dilanda wabah mematikan sampai-sampai setiap hari ada saja orang yang meninggal di jalan-jalan. Di tengah kekacauan itu, Guru Jago hadir sebagai pahlawan. Beliau meracik obat yang berhasil menyelesaikan polemik tersebut. Karena besarnya jasa yang diberikannya, Dokter Jago mendapat pengharagaan tertinggi dan dijuluki Dokter Yang Menaklukan Kematian. Beliau adalah guruku sekaligus dokter terhabat yang pernah kutemui.” Haz menjelaskan panjang lebar. Nampaknya dia sangat bangga menceritakan perihal beliau. Jelas sekali, sebagaimana Arif, Haz adalah orang yang mengagumi Dokter Jago.

Arif yang baru saja mendengarkan hal itu sangat terkagum-kagum. Orang yang sudah seperti bapak baginya ternyata adalah sosok yang sangat hebat, pahlawan umat manusia. Rasanya sangat bangga pernah bertemu apalagi dibesarkan beliau.

“Di pertemuan terakhir kami, Guru memberitahukan perihal dirimu, Arif. Manusia rambut yang unik. Memiliki tanda lahir tidak biasa di lengan kanan dan kekuatan tersembunyi.” Haz memberikan jeda pada kalimat. Kalimat Haz menjadi lebih serius.

“Apakah Ibumu dan Guru pasti tidak pernah menceritakan perihal manusia rambut putih?” Haz bertanya. Tatapan matanya tajam. Arif mengangguk lagi.

“Tidak perlu merasa aneh Arif. Tindakan ibumu dan Guru benar. Aku yang akan menceritakannya, kau boleh percaya dan tidak.” Arif memasang telinga baik-baik. Entah mengapa atmosfer ini membuatnya semakin gugup.

“Aku tidak bisa menceritakan latar belakang kalian, terlalu banyak informasi palsu yang dicampur aduk dengan sejarah. Aku akan menceritakan yang kutahu. Kalian adalah manusia terpilih, dan dalam kasusmu seharusnya kau mustahil terlahir Arif.” Arif merasa tersedak. Kalimat Haz mengerikan sekaligus menyakitkan.

“Maaf aku mengatakan demikian, tapi begitulah kenyataanya. Menurut catatan lama dan penelitianku dua tahun terakhir, pewarisan sifat sebagai manusia rambut putih hanya dapat diwariskan lewat jalur bapak. Tapi kau terlahir sebagai manusia rambut putih karena ibumu. Itu mustahil terjadi.” Haz masih menatap tajam. Arif tertunduk, percakapan ini membuatnya tidak enak badan dan hati.

“Selain itu, apa kau memiliki Keping Harapan?” Lagi-lagi Arif menjawab hanya dengan anggukan.

“Seharusnya pihak bapak yang bisa mewariskan Keping Harapan kepada putranya. Kejadian sepertimu jarang terjadi. Apakah terjadi gejala tidak biasa kepada ibumu sebelum beliau meninggal?” Arif semakin tertunduk. Jika mengikuti kemauan hati, Arif memilih diam. Percakapan ini terasa menyakitkan baginya, namun Arif juga ingintahu jawaban. Siapa aku?

“Kata dokter, Ibu koma. Komanya bertahun-tahun.” Jawab Arif. Nada suaranya terdengar gugup dan gelisah. Haz menyilangkan lengan di depan dada sambil memasang pose berpikir.

“Mungkin saja, ini hanya dugaanku. Selama ibumu koma, beliau mencurahkan segenap usahanya untuk membentuk Keping Harapan. Aku harus bangga padanya Arif. Itu adalah pekerjaan yang seharusnya dilakukan laki-laki dari keluargamu” Haz meraih tas kantungnya dan mengeluarkan lembaran kecil yang terlipat-lipat. Haz memperlihatkannya kepada Arif.

Arif memperhatikan lembaran tersebut. Hanya berisi tulisan dengan huruf yang tidak dia mengerti. Garis, lengkung, kurva, kotak, lingkaran, titik, Arif tidak mengerti apa itu. “Ini adalah salinan tua yang kudapatkan dari situs kuno, waktu itu aku melakukannya bersama Guru. Momen menyenangkan.” Haz membayangkan kejadian itu.

Haz menunjuk pada salah satu baik di catatannya. Arif memfokuskan kesana.

Disana tertulis, perihal Keping Harapan. Benda ajaib yang mampu meniadakan hukum-hukum alam. Salah satu fungsi Keping Harapan adalah penghubung orang hidup dengan orang-orang yang sudah mati.

“Apakah aku bisa bertemu Ibu.” Kalimat itu reflek keluar ketika Haz menjelaskan Keping Harapan dapat menghubungkan orang hidup dan mati.

“Aku tidak tahu, aku hanya membaca catatan kuno. Kaulah yang harus membuktikannya, Arif.” Lagi-lagi Haz menjawab dingin. Arif mendengarkan, sebagian besar penjelasan Haz tidak dia pahami.

“Tapi terlepas dari semua itu, aku sangat kagum padamu.” Haz melipat catatannya dan memasukannya kembali ke tas kulitnya. Gagug yang sudah selesai dengan ikan bakarnya mendekat seakan ingin dengar juga.

Arif merasakan hembusan nyaman di dadanya.

“Kau adalah anak hebat. Hidup penuh tekanan oleh anak seusiamu adalah hal yang sangat berat. Kalau aku di posisimu, pasti aku sudah kehilangan kewarasanku.” Haz memuji Arif meski suaranya tetap terdengar dingin dan tidak peduli.

“Dan juga_” Haz berdiri sambil menggedong tas kulitnya. “Cita-cita guru adalah cita-citaku , kalau kau mencari tempat tinggal, maka rumahku selalu terbuka lebar untukmu. Namun keputusan akhir terserah padamu. Ini hanya tawaran, tidak ada paksaan.” Haz segera mematikan obornya, mengenakan capingnya, dan berlalu dari hadapan Arif yang belum memberi jawaban.

Arif terduduk dengan penuh kebingungan. Pikirannya penuh dengan bermacan perkara. Ini memusingkan.

Apa yang harus dipilih?

Bukankah sudah jelas?

Namun kalau lelaki itu berbohong, menjebak, dan mencelakai?

“Kau pasti akan memerlukannya.” Haz meletakkan capingnya di atas kepala Arif. Arif menoleh dengan penuh rasa heran kepada Haz.

“Jaga benda itu baik-baik.”

Aneh, hanya dengan sebuah kebaikan kecil. Hati seketika berbalik. Kadang membawa bencana, juga kadang membawa kebaikan. Namun, tanpa menghiraukan hal tersebut Arif sudah mendapat jawabannya.

Terpopuler

Comments

Li Na

Li Na

terus semangaat thor

2020-06-12

0

PADISTRIA

PADISTRIA

NEXT

2020-05-10

0

lihat semua
Episodes
1 01. Keajaiban
2 02. Segelas Air Keruh
3 03. Kebun Ketela
4 04 Dosa Hanah
5 05 Dimana Kepedulian Terletak?
6 06 Melati dan Jago
7 07. Bola dari Akar Kering
8 08 Raksasa Batu
9 09 Bermain Petak Umpet
10 10 Bukan Anak Terkutuk
11 11. Anak Iblis
12 12 Anak Iblis II
13 13 Anak Iblis III
14 14. Di bawah Malam Purnama
15 15. Mengabu
16 16 Keping Harapan
17 17 Manusia Rambut Puith
18 18 Menjadi Adik
19 19 Apa itu Sahabat?
20 20 Kebangkitan Dewa Langit
21 21 Kesalahan
22 22 Cara Mendapat Sahabat
23 23 Cara Mendapat Sahabat II
24 24 Cara Mendapat Sahabat III
25 25 Waktunya Terjun ke Lapangan
26 26 Sheiny
27 27 Tarian Surgawi
28 28 Kembali ke Lapangan
29 29 Aku Adalah Manusia Rambut Putih
30 30 Sesuatu Yang Harus Disyukuri
31 31 Pergi Memancing
32 32 Awal Petualangan
33 33 Siapa Pencurinya?
34 34 Selamat Datang
35 35 Persembahan
36 36 Sang Penerus
37 37 Kembali
38 38 Bunga Purnama
39 39 Anggota Ke tiga.
40 40 Kota Arkkana
41 41 Kota Arkkana II
42 42 Kota Arkkana III
43 43 Senior Tein
44 44 Kesungguhan
45 45 Kesungguhan II
46 46 Jurang Besar
47 47 Penduduk Lokal
48 48 Kecurigaan
49 49 Musuh Sebenarnya
50 50 Orang-orang yang cemas
51 51 Impian
52 52 Persiapan
53 53 Pertarungan di Wilayah Luas
54 54 Kekuatan Manusia
55 55 Sang Pembebas Melawan Si Penggenggam Matahari
56 56 Pahlawan
57 57 Pahlawan II
58 58 Pahlawan III
59 59 Kembali ke kehidupan normal ?
60 60 Sahabat Dari Masa Lalu
61 61 Seseorang yang memikat hati
62 62 Tanpa Keraguan
63 63 Pasangan Baru
64 64 Kampung Halaman
65 65 Hantu Masa Lalu
66 66 Hantu Masa Lalu II
67 67 Hantu Masa Lalu III
68 68 Campur Tangan
69 69 Tabir yang Terbuka
70 70 Menyerahkan Diri
71 71 Datangnya Sang Penghancur
72 72 Zeg Sang Iblis Putih
Episodes

Updated 72 Episodes

1
01. Keajaiban
2
02. Segelas Air Keruh
3
03. Kebun Ketela
4
04 Dosa Hanah
5
05 Dimana Kepedulian Terletak?
6
06 Melati dan Jago
7
07. Bola dari Akar Kering
8
08 Raksasa Batu
9
09 Bermain Petak Umpet
10
10 Bukan Anak Terkutuk
11
11. Anak Iblis
12
12 Anak Iblis II
13
13 Anak Iblis III
14
14. Di bawah Malam Purnama
15
15. Mengabu
16
16 Keping Harapan
17
17 Manusia Rambut Puith
18
18 Menjadi Adik
19
19 Apa itu Sahabat?
20
20 Kebangkitan Dewa Langit
21
21 Kesalahan
22
22 Cara Mendapat Sahabat
23
23 Cara Mendapat Sahabat II
24
24 Cara Mendapat Sahabat III
25
25 Waktunya Terjun ke Lapangan
26
26 Sheiny
27
27 Tarian Surgawi
28
28 Kembali ke Lapangan
29
29 Aku Adalah Manusia Rambut Putih
30
30 Sesuatu Yang Harus Disyukuri
31
31 Pergi Memancing
32
32 Awal Petualangan
33
33 Siapa Pencurinya?
34
34 Selamat Datang
35
35 Persembahan
36
36 Sang Penerus
37
37 Kembali
38
38 Bunga Purnama
39
39 Anggota Ke tiga.
40
40 Kota Arkkana
41
41 Kota Arkkana II
42
42 Kota Arkkana III
43
43 Senior Tein
44
44 Kesungguhan
45
45 Kesungguhan II
46
46 Jurang Besar
47
47 Penduduk Lokal
48
48 Kecurigaan
49
49 Musuh Sebenarnya
50
50 Orang-orang yang cemas
51
51 Impian
52
52 Persiapan
53
53 Pertarungan di Wilayah Luas
54
54 Kekuatan Manusia
55
55 Sang Pembebas Melawan Si Penggenggam Matahari
56
56 Pahlawan
57
57 Pahlawan II
58
58 Pahlawan III
59
59 Kembali ke kehidupan normal ?
60
60 Sahabat Dari Masa Lalu
61
61 Seseorang yang memikat hati
62
62 Tanpa Keraguan
63
63 Pasangan Baru
64
64 Kampung Halaman
65
65 Hantu Masa Lalu
66
66 Hantu Masa Lalu II
67
67 Hantu Masa Lalu III
68
68 Campur Tangan
69
69 Tabir yang Terbuka
70
70 Menyerahkan Diri
71
71 Datangnya Sang Penghancur
72
72 Zeg Sang Iblis Putih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!