13 Anak Iblis III

Mengetahui targetnye pergi, pria tersebut makin naik pitam. Dia raih beberapa batu di sekitar. Tanpa memikirkan akibat tindakannya, dia segera melempar batu-batu itu kearah Arif. Sekuat mungkin seakan yang dilemparinya adalah makhluk buas, bukan manusia.

Arif yang tidak sempat memperhatikan belakang terkenal lemparan di kepala. Arif bertariak kemudian terjungkal kedepan dengan kepala terlebih dahulu menyentuh tanah. Ketela dalam bakulnya berceceran. Arif menyentuh belakang kepala yang sangat perih dan berdenyut-denyut, tangannya gemetaran ketika ada cairan merah di atas telapak tangan.

“Tangkap! Tangkap anak itu!” Teriak pria yang sama.

Mendengar seruan yang tidak asing itu, seluruh orang dari kejauhan segera menoleh, menghadapkan wajah kepada Arif. Para lelaki dengan tubuh besar-besar segera mendekat dengan berlari, mematuhi perintah atasannya. Arif yang tidak sempat mencerna situasi yang dia pahami sekarang adalah lari sejauh-jauhnya.

Arif langsung berdiri meninggalkan orang-orang yang mengejarnya begitu juga bakulnya. Kondisi semkin menekan Arif ketika teriakan itu malah bersaut-sautan, saling merantai orang-orang dari kejauahan, memanggil para lelaki desa pemberani untuk meringkus Arif.

Arif menatap segala arah, semua orang berlari kearahnya. Aku akan di tangkap, lalu apa yang akan mereka lakukan kepadaku? Pikir Arif. Langkah kakinya sudah membeku, semua jalan kabur telah tertutup. Semua penjuru di liputi lelaki berbadan besar.

Tangan dan kaki gemetaran, matanya pun mengisyaratkan ketakutan. Belum sempat mencerna rangkain kejadian dihadapannya, kedua lengan Arif di kunci, dan dilipat kebelakang. Kakinya menekuk lutut, dan wajah tertunduk ketakutan.

Para lelaki desa melakukannya dengan paska, membuat Arif kesakitan dan nyaris saja mematahkan lengan kanan Arif. Mereka sebenarnya memang menunggu waktu ini, saat-saat dimana mereka punya alasan untuk melakukan tindak kekerasan terhadap Arif.

Merekalah orang-orang yang nuraninya telah tertutup. Tenggelam dalan cerita-cerita tidak benar dan ketakutan akan petaka yang dihantarkan manusia berambut putih. Maka dari itu, ketika saat-saat seperti ini tiba, mereka mememnuhinya dengan bangga dan terhormat seakan ksatria suci yang mendapat tugas membunuh mahluk jahanam.

Wajah Arif ditundukkan di atas tanah. Pipi kirinya merasakan permukaan tanah yang kasar dan berdebu. Sementara belakang kepal bertambah sakit karena dicengkram kuat. Kedua lengannya dikunci kebelakang, bahunya ditekan agar tidak bisa berdiri. Arif merasa tidak di manusiakan lagi.

Hari yang semula cerah dan panas berubah jauh. Langit tiba-tiba membawa awan gelap. Kilat menyambar dari kejauhan. Angin bertiup beberapa kali di anatara mereka. Bersamaan dengan datanganya itu pria yang melemparkan batu padanya berdiri tepat di hadapnnya.

Ujung kemari kakinya tepat berada di depan wajah Arif. Arif beberapa kali meronta-ronta tapi tiap kali ia meronta, orang-orang itu menekuk lengan kanan Arif lebih kuat kebelang. Rasa sakit menjalar cepat, membuatnya berteriak.

Wajah Arif basah dengan keringat dan ketakutan. Apalagi yang dapat harapkan? Orang-orang mungkin akan membunuhnya. Arif mendongak, memperhatikan pria yang melempar batu padanya. Itu adalah kepala desa. Bapak dari Melati.

Pria yang gelap mata tersebut mencengkram kedua pipi Arif, kemudian mengangkatnya agar wajah keduanya berhadapan. Arif pun berusaha membuangan pandangan.

“Tatap aku anak terkutuk!” Seru pria tersebut. Mata terbuka lebar-lebar, ganas. Gerahamnya saling beradu, menahan amarah yang melangit-langit. Arif terpaku dalam posisi itu, itu tatapan paling mengerikan yang pernah ia dapati.

BUK!

Baru dua detik, pria sedikit gempal itu mengirimkan pukulan ke wajah. Sangat keras, kepala Arif langsung terasa pusing. “Karena kau putriku jatuh sakit!”

BUK!

Pukulan kedua datang, kali ini pipi kanan Arif menjadi korban. Arif tidak bisa berkutit. Rasanya sakit sekali. Nampaknya gusinya sudah berdarah karena pukulan tersebut.

BUK!

Pukulan ketiga, tepat menghantam antara kedua mata Arif. Rasa pusing bertambah-tambah. Penderitaan ini masih panjang.

“Melati, Melatiku!” Pukulan keempat. Lebih keras dari sebelumnya. Arif semakin tidak berdaya.

“Apa yang kau lakukan padanya!” Teriaknya, keras sekali sampai orang-orang disekitarnya tertegun dengan reaksi kepala desa mereka. Orang-orang hanya menonto aksi itu dengan miris.

“Melati sakit-sakitan. Dia terus terbaring di atas tempat tidur. Aku tahu kau pasti melakukan sesuatu padanya. Cepat jawab anak terkutuk!” Ucapannya dan pukulannya bertambah kasar. Wajah Arif sudah berdarah-darah dan nyaris tidak dikenali.

Lama-kelamaan pun hati yang membatu juga bisa terkikis. Melihat seorang anak yang tiada berdaya mendapat kekerasan karena dosa yang belum jelas menumbuhkan simpati di hati orang-orang. Salah satu orang yang tidak menerima semua itu segera menarik kepala desa, menjauhkannya dari Arif.

Kepala desa protes, marah besar dan sampai memukul orang itu. Tidak hanya satu orang yang membantunya, bahkan orang-orang yang semula berniat mencelakai arah ikut andil menenangkan kepala desa mereka. Orang-orang yang sebelumnya mengunci Arif mulai berhamburan, berbalik menahan kepala desa mereka dari amarah.

“Hey! Apa yang kalian lakukan!” Seru kepala desa protes. Amarahnya semakin pekat. “Lepaskan! Lepaskan biarkan aku memberi pelajaran anak terkutuk itu!”

“Tenang, pak. Bapak sudah terlalu jauh menghakiminya.” Salah seorang memberanikan diri untuk menasehati. Pukulan benci pun datang kembali, kali ini melukai orang yang menantangnya. Hatinya sudah gelap. Tidak bisa membedakan salah dan benar

“Kau tidak berhak menasihatiku! Apa yang kulakukan tidak salah! Anak itu seharusnya memang tidak pernah terlahir! Dia adalah sumber segala masalah!” Kini kepala desa berteriak-teriak sampai apa yang dia teriakan tidak jelas.

Diskusi tidak mungkin dilakukan. Semua pun orang berbondong-bondong menahannya, mengunci tangan dan kaki kepala desa agar tidak bisa bergerak bebas. Amukannya pun tinggal kata-katanya saja. Semua kebencian itu keluar lewat lidah yang tak bertulang.

Sementara tubuh Arif yang sudah sangat kesakitan layu di tanah. Jatuh tanpa sedikitpun tenaga. Matanya terpejam, mungkin inilah ujung kisahnya. Kepalanya sangat sakit dan itu membuat bagiann tubuh lainnya juga kesakitan. Dan itu tidak pernah terjadi.

Arif melompat ke depan, memberikan pukulan terbaiknya ke wajah kepala desa. Kepala desa yang masih sibuk mengeluarkan umpatan-umpatannya tidak menyadarinya. BUK.

Hanya dengan sekali pukulan itu, tubuhnya ambruk bersama beberapa orang yang menahannya. Kepala desa seketika pingsan.

Orang-orang giliran menatap Arif dengan ketakutan. Anak itu sedang menatap langit, mematung. Seharusnya anak itu tidak punya kekuatan lagi. Apa yang terjadi padanya? Kenapa pukulannya kuat sekali? Mitos itu benar-benar terjadi?

Paling tidak itulah yang disampaikan setiap pandangan mata disana. Suasana hening beberapa saat, kejutan Arif membuat seribu lisan terdiam. Membisu.

Arif menggeram marah. “Kalian tidak paham apa yang kurasakan!” Teriakannya keras sekali. Arif segera merengsek ke sembarang arah. “Memangnya apa salahku! Sampai aku harus menerima semua ini!”

Arif Melepaskan pukulan demi pukulan yang terlatih dengan batang pohon tebal di belakang rumah. Dia melampiaskan kebencian pada orang-orang, melanggar janjinya kepada Dokter Jago untuk tidak melukai orang. Lupakan janji itu. Arif sudah gelap mata. “Matilah kalian semua!”

Apapun yang dihapannya adalah musuh. Dendam yang terkunci sekian lama akhirnya terbuka.

Arif meninju perut, wajah, dada, punggung, dan bagian tubuh lain semua orang dengan brutal. Arif melakukannya kesembaranga orang, bahkan orang-orang yang sempat membelanya pun adalah musuh.

Semuanya segera membubarkan diri. Beberapa yang kurang beruntung menjadi korban keganasan Arif. Mereka terkapar dengan tubuh bersimbah darah dan pingsan.

Orang-orang lari ketakutan, menjauh sejauh-jauhnya darinya. Sosok iblis masa depan. Arif.

Terpopuler

Comments

Maulana Malik Ibrahim

Maulana Malik Ibrahim

mantap dah

2021-05-16

0

Li Na

Li Na

😍😍😍😍

2020-06-12

0

PADISTRIA

PADISTRIA

mantap

2020-05-09

0

lihat semua
Episodes
1 01. Keajaiban
2 02. Segelas Air Keruh
3 03. Kebun Ketela
4 04 Dosa Hanah
5 05 Dimana Kepedulian Terletak?
6 06 Melati dan Jago
7 07. Bola dari Akar Kering
8 08 Raksasa Batu
9 09 Bermain Petak Umpet
10 10 Bukan Anak Terkutuk
11 11. Anak Iblis
12 12 Anak Iblis II
13 13 Anak Iblis III
14 14. Di bawah Malam Purnama
15 15. Mengabu
16 16 Keping Harapan
17 17 Manusia Rambut Puith
18 18 Menjadi Adik
19 19 Apa itu Sahabat?
20 20 Kebangkitan Dewa Langit
21 21 Kesalahan
22 22 Cara Mendapat Sahabat
23 23 Cara Mendapat Sahabat II
24 24 Cara Mendapat Sahabat III
25 25 Waktunya Terjun ke Lapangan
26 26 Sheiny
27 27 Tarian Surgawi
28 28 Kembali ke Lapangan
29 29 Aku Adalah Manusia Rambut Putih
30 30 Sesuatu Yang Harus Disyukuri
31 31 Pergi Memancing
32 32 Awal Petualangan
33 33 Siapa Pencurinya?
34 34 Selamat Datang
35 35 Persembahan
36 36 Sang Penerus
37 37 Kembali
38 38 Bunga Purnama
39 39 Anggota Ke tiga.
40 40 Kota Arkkana
41 41 Kota Arkkana II
42 42 Kota Arkkana III
43 43 Senior Tein
44 44 Kesungguhan
45 45 Kesungguhan II
46 46 Jurang Besar
47 47 Penduduk Lokal
48 48 Kecurigaan
49 49 Musuh Sebenarnya
50 50 Orang-orang yang cemas
51 51 Impian
52 52 Persiapan
53 53 Pertarungan di Wilayah Luas
54 54 Kekuatan Manusia
55 55 Sang Pembebas Melawan Si Penggenggam Matahari
56 56 Pahlawan
57 57 Pahlawan II
58 58 Pahlawan III
59 59 Kembali ke kehidupan normal ?
60 60 Sahabat Dari Masa Lalu
61 61 Seseorang yang memikat hati
62 62 Tanpa Keraguan
63 63 Pasangan Baru
64 64 Kampung Halaman
65 65 Hantu Masa Lalu
66 66 Hantu Masa Lalu II
67 67 Hantu Masa Lalu III
68 68 Campur Tangan
69 69 Tabir yang Terbuka
70 70 Menyerahkan Diri
71 71 Datangnya Sang Penghancur
72 72 Zeg Sang Iblis Putih
Episodes

Updated 72 Episodes

1
01. Keajaiban
2
02. Segelas Air Keruh
3
03. Kebun Ketela
4
04 Dosa Hanah
5
05 Dimana Kepedulian Terletak?
6
06 Melati dan Jago
7
07. Bola dari Akar Kering
8
08 Raksasa Batu
9
09 Bermain Petak Umpet
10
10 Bukan Anak Terkutuk
11
11. Anak Iblis
12
12 Anak Iblis II
13
13 Anak Iblis III
14
14. Di bawah Malam Purnama
15
15. Mengabu
16
16 Keping Harapan
17
17 Manusia Rambut Puith
18
18 Menjadi Adik
19
19 Apa itu Sahabat?
20
20 Kebangkitan Dewa Langit
21
21 Kesalahan
22
22 Cara Mendapat Sahabat
23
23 Cara Mendapat Sahabat II
24
24 Cara Mendapat Sahabat III
25
25 Waktunya Terjun ke Lapangan
26
26 Sheiny
27
27 Tarian Surgawi
28
28 Kembali ke Lapangan
29
29 Aku Adalah Manusia Rambut Putih
30
30 Sesuatu Yang Harus Disyukuri
31
31 Pergi Memancing
32
32 Awal Petualangan
33
33 Siapa Pencurinya?
34
34 Selamat Datang
35
35 Persembahan
36
36 Sang Penerus
37
37 Kembali
38
38 Bunga Purnama
39
39 Anggota Ke tiga.
40
40 Kota Arkkana
41
41 Kota Arkkana II
42
42 Kota Arkkana III
43
43 Senior Tein
44
44 Kesungguhan
45
45 Kesungguhan II
46
46 Jurang Besar
47
47 Penduduk Lokal
48
48 Kecurigaan
49
49 Musuh Sebenarnya
50
50 Orang-orang yang cemas
51
51 Impian
52
52 Persiapan
53
53 Pertarungan di Wilayah Luas
54
54 Kekuatan Manusia
55
55 Sang Pembebas Melawan Si Penggenggam Matahari
56
56 Pahlawan
57
57 Pahlawan II
58
58 Pahlawan III
59
59 Kembali ke kehidupan normal ?
60
60 Sahabat Dari Masa Lalu
61
61 Seseorang yang memikat hati
62
62 Tanpa Keraguan
63
63 Pasangan Baru
64
64 Kampung Halaman
65
65 Hantu Masa Lalu
66
66 Hantu Masa Lalu II
67
67 Hantu Masa Lalu III
68
68 Campur Tangan
69
69 Tabir yang Terbuka
70
70 Menyerahkan Diri
71
71 Datangnya Sang Penghancur
72
72 Zeg Sang Iblis Putih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!